Utang Bertambah dan Pendapatan Menurun, Apa Risikonya Bagi Indonesia

EKONOM dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo DP Irhamna menilai bahwa peningkatan utang di tengah menurunnya pendapatan negara akan berdampak pada investment rating Indonesia. Indonesia akan dianggap tidak mampu membayar utang atau memiliki risiko gagal bayar.
"Risiko jika menambah hutang dan pendapatan menurun adalah credit/ investment rating kita menurun sebab indonesia dianggap tidak mampu menambah pendapatan dan meningkatkan risiko gagal bayar," ujarnya kepada Media Indonesia, Minggu (14/7).
Untuk itu, pemerintah sebaiknya lebih berhati-hati dalam menambah hutang. Di sisi lain harus ada kebijakan untuk meningkatkan pendapatan dan menekan pengeluaran.
Baca juga : Amerika Selamat dari Kebangkrutan, Batas Utang Ditangguhkan Hingga 2025
Menurut Ariyo, salah satu pengeluaran terbesar dalam program pemerintah adalah pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Meski menggunakan skema investasi pihak ketiga, pembangunan IKN bisa dihentikan di pemerintah berikutnya bila ingin meningkatkan pendapatan dan menurunkan pengeluaran.
"Pemerintah perlu meningkatkan pendapatan dan mengurangi pengeluaran. Peningkatan pendapatan pemerintah perlu memperbaiki administrasi perpajakan, pengenaan tax saat harga komoditas melambung tinggi. Sedangkan program yang perlu dihentikan adalah IKN," kata dia.
Pengamat ekonomi lainnya Ahmad Sadruddin menilai penambahan utang akan berisiko pada ketahanan negara. Baik ekonomi maupun politik, sosial dan keamanan bisa terdampak di masa depan.
Baca juga : Prabowo Diklaim tak akan Naikkan Hutang Tanpa Tingkatkan Pendapatan Negara
"Penambahan utang berisiko pada ketahanan negara, baik ketahanan ekonomi maupun ketahanan Polsoshankam. Sekalipun saat ini Debt Ration terhadap GDP masih 33.74% dari PDB 2024 dan dianggap masih jauh dari batasan 60%, namun hal ini tetap menjadi warning potensi ancaman pada ketahan," ucapnya.
"Jika utang luar negeri terus membengkak, ada risiko pada penurunan ketahanan ekonomi negara yang biasanya berlanjut dalam bentuk penguasaan sumber daya alam oleh asing, pemaksaan SDM asing, pemaksaan penggunaan alat operasi (pabrik, tambang dll) dari import terutama berupa barang-barang bekas," tambah Ahmad.
Dia mengatakan bahwa pemerintah merasa tidak ada pilihan untuk menciptakan ruang belanja negara. Namun harusnya masih ada alternatif untuk menahan hutang luar negeri, seperti efektivitas pencegahan dan pemberantasan korupsi, menghentikan belanja negara yang tidak ada implikasi pada terciptanya GDP.
"Penghematan penyelenggaraan rapat-rapat/kegiatan pemerintah di tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya cash flight ke negara lain, pengurangan barang import termasuk kendaraan bermotor dengan didorong penggunaan produk dalam negeri, dan lainnya," tandasnya. (Z-10)
Terkini Lainnya
Sri Mulyani: Defisit APBN 2024 Jauh Lebih Kecil dari Perkiraan
Pemerintah Diminta Kreatif Cari Sumber Pendapatan Negara, Jangan Cuma Andalkan PPN
Penundaan Penaikan Tarif PPN Tunjukkan Keberpihakan Negara pada Rakyat
Ekonom Serukan Penundaan Penaikan Tarif PPN
DPR dan Pemerintah Setujui Belanja Negara Membengkak di RAPBN 2025
Pengamat: RAPBN 2025 Terlalu Ambisius
Olahraga Malam Hari: Manfaat dan Risiko yang Perlu Diketahui
Risiko Diabetes Meski Ada Riwayat keluarga Bisa Diminimalisir Sejak Usia Muda
Penelitian: Duduk Terlalu Lama Tingkatkan Risiko Gagal Jantung
Penyakit Jantung Koroner: 5 Risiko Utama Ini Harus Anda Waspadai!
Risiko Kesehatan Akibat Konsumsi Gula dan Garam Berlebihan, Berikut Panduan Mengonsumsinya!
Ini Pekerjaan yang Bisa Meningkatkan Risiko Terkena Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Ketika Menhan AS Beretorika
Alternating Family dan Perkembangan Keluarga Generasi Z
Hilangnya Kejujuran
Proyek Genom Manusia, Pedang Bermata Dua
Kebijakan Imperialisme Trump
Penyehatan Tanah untuk Peningkatan Produktivitas Pertanian
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap