Indonesia Butuh US14,2 Miliar untuk Tingkatkan Kapasitas Listrik EBT
Pengembangan listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia memerlukan setidaknya investasi sebesar US$14,2 miliar. Anggaran sebesar itudiperlukan untuk meningkatkan kapasitas listrik EBT menjadi 8,2 Giga Watt (GW).
"Kita memerlukan investasi hingga tahun depan (2025) investasi hingga US$14,2 miliar guna menaikkan kapasitas dari renewable energi itu hingga 8,2 gigawatt. Kita bisa menaikkan bauran energi terbarukan tahun depan dari 13% menjadi 21%," ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukkan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi melalui keterangan tertulis, Kamis (5/9).
Ia mengatakan peningkatan kapasitas listrik EBT sesuai target pada 2025 begitu sulit karena memerlukan investasi yang sangat besar. Beberapa sumber energi terbarukan di Indonesia yang potensi ketersediaanya mencukupi bahkan melimpah adalah solar atau tenaga surya (3.294 GW), angin (155 GW), air (95 GW), arus laut (63 GW), BBN (57 GW) dan panas bumi (23 GW).
Baca juga : Komisi VII DPR: Pemerintah Tak Perlu Buru-buru Ekspor Listrik EBT ke Singapura
Untuk sumber energi panas bumi yang potensinya sangat besar dan berperan penting dalam mewujudkan NZE, Eniya mengatakan, pihaknya sudah menawarkan pengembangannya kepada investor.
"Indonesia memiliki potensi sumber energi panas bumi yang melimpah hingga mencapai 23,6 GW. Sekarang, yang sudah termanfaatkan 2,6 GW atau 11% sehingga ketersediaannya untuk dimanfaatkan masih sangat terbuka. Sudah kita tawarkan ke berbagai pihak dan sekarang sudah ada yang di-develop. Ada yang masih kita tawarkan kepada investor yang berminat mengembangkan panas bumi di Indonesia," tutur Eniya.
Selain mempunyai potensi yang besar sebagai base load, ketersediaan sumber EBT hampir ada di seluruh wilayah Indonesia.
Pemerintah berencana menawarkan 5 wilayah kerja panas bumi pada 2025 mendatang untuk Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) yakni, Gn Lawu (+-195 MW), Sipoholo Ria-Ria (+-35 MW) dan Cubadak - Panti (+-30 MW) dan 2 Tender Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), satu di Telaga Ranu (+-85 MW) dan Wapsalit (+-46 MW). "Kami berharap 5 lokasi panas bumi tersebut dapat menarik investor untuk mengembangkannya," pungkas Eniya. (Z-11)
Terkini Lainnya
Tangkap Peluang Kerja Sama Energi Terbarukan Indonesia-Tiongkok
Proyek Panas Bumi Mandek, Jokowi: karena Perizinan Lambat
Kurangi Emisi Karbon, Penggunaan Renewable Energy Certificate Kian Luas
Kalimantan Simpan Potensi Besar Energi Terbarukan
Jerman Dukung Pendanaan Transisi Energi di Indonesia
Tarif Listrik Tidak akan Naik hingga Akhir 2024
PLN Unit Salatiga Edukasi Siswa SD Perihal Kelistrikan
Rasio Desa Berlistrik di Sumba Tengah Capai 100 Persen
Indonesia Perlu Tetapkan Target Transisi Energi yang Agresif
ABB Komitmen Dukung Transisi Energi di Indonesia
Tim Ekonomi Prabowo Minta Buruh Tak Cemaskan Perkembangan Kendaraan Listrik
75 Tahun Tiongkok dan Ambisi Globalnya Langkah Strategis Indonesia
Menyiapkan Generasi Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Kerancuan Pendidikan, Pelayanan, dan Pembiayaan Kesehatan
Pembangunan Manusia dan Makan Bergizi Anak Sekolah
Menunggu Perang Besar Hizbullah-Israel
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap