Begini Kenangan Chatib Basri dan Sri Mulyani Tentang Faisal Basri
ERA 1980-1990 Indonesia belum banyak memiliki pemikir yang fokus pada permasalahan ekonomi politik Indonesia. Faisal Basri menjadi salah satu ekonom muda yang berani masuk ke dalam area tersebut saat itu.
Di saat banyak pemikir yang tak berani berusara, Faisal Basri kerap lantang menyuarakan bobroknya pemerintahan Soeharto kala itu. Tumbuh subur korupsi, kronisme, dan ekonomi rente marak dan lekat saat itu.
"Di masa itu, tak banyak orang berani menunding Soeharto secara langsung dalam diskusi terbuka. Faisal adalah kekecualian. Tak hanya marah dan berani, tetapi Faisal adalah ekonom yang membaca data dengan baik. Pemikirannya cemerlang. Pandanganya segar," kenang ekonom senior Chatib Basri seperti dikutip pada Kamis (5/9).
Baca juga : Faisal Basri, Menteri Kelautan, Mendagri Respons Isu Anggaran untuk Bansos
Faisal Basri layaknya lentera perubahan. Di tangannya, kata Chatib, demokrasi menemukan rekan dan ketidakadilan mendapati musuh. Melalui pemikirannya, Faisal Basri berani menyuarakan ketidakadilan dan mendorong penguasa tak berkuasa sewenang-sewenang.
"Demokrasi memang gaduh, mungkin menyebalkan. Tapi ia bisa menahan kecenderungan manusia untuk berbuat sewenang-wenang. Faisal menyuarakan pesan tua itu," jelas Chatib.
"Ia mengingatkan kekuasaan untuk tak sewenang-wenang. Ia seperti sebuah lentera bagi perubahan. Di tangannya, keberpihakan pada demokrasi menemukan suaranya, dan ketidakadilan menemukan musuhnya," tambahnya.
Baca juga : Menkeu Sri Mulyani Mundur? Ini Kata Mahfud MD
Memori Faisal Basri juga terekam jelas dalam ingatan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Ia yang merupakan rekan sejawat sejak di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (sekarang Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI) bergerak bersama sebagai peneliti di Lembaga Penyelidik Ekonomi Makro (LPEM) UI.
Faisal Basri dan Sri Mulyani menjadi pengurus di LPEM UI. Keduanya juga melanjutkan karier bersama sebagai staf dari menteri ekonomi di era Gus Dur.
"Bang Faisal dan saya ditunjuk untuk menjadi staf Pak Widjojo Nitisastro dan Pak Ali Wardhana yang diminta Presiden Gus Dur sebagai Penasihat Ekonomi Presiden - terutama dalam proses negosiasi Paris Club dan IMF Program," kata Sri Mulyani.
"Bang Faisal selalu sangat passionate bekerja dan berbicara dengan hati, karena kecintaannya yang luar biasa kepada Indonesia. Bang Faisal ingin Indonesia maju dan bebas korupsi, dan selalu tergerak berjuang bila melihat ketidakadilan. Pemikiran, peran dan posisi Bang Faisal tidak pernah berubah, konsisten, jujur, tegas, dan bekerja sepenuh hati," tambahnya. (N-2)
Terkini Lainnya
DPR Setujui Pagu Anggaran Kemenkeu di 2025 Sebesar Rp53 Triliun
Sri Mulyani Tambah Anggaran Belanja untuk Prabowo Subianto Rp117 Triliun
Rupiah Dipatok Rp16.100, Sri Mulyani: Pemerintah Hati-Hati dengan Gejolak Global
Airlangga Hartarto dan 5 Mantan Menko Perekonomian Bahas Kelas Menengah
5 Mantan Menko Perekonomian Temui Airlangga Hartarto, Ini yang Dibahas
Partisipasi Masyarakat dan Peran Pemda dalam Upaya Pemberantasan Mafia Tanah
Menafsir Sandal Jebol Faisal Basri
Imaji Perang Kembang dalam Pilpres 2024
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
Transformasi BKKBN demi Kesejahteraan Rakyat Kita
Fokus Perundungan PPDS, Apa yang Terlewat?
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap