Pertamina Hulu Kalimantan Timur Kembangkan Eduwisata Kopi Luwak di Marangkayu
PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) bekerja sama dengan kelompok petani kopi di Desa Prangat Baru, Marangkayu, Kutai Kartanegara, sukses mengembangkan kawasan edukasi wisata kopi luwak bernama Kampung Kopi Luwak atau Kapak Prabu.
Program ini tidak hanya meningkatkan perekonomian lokal melalui budidaya kopi liberika dan kopi luwak, tetapi juga mendukung konservasi satwa luwak sebagai bagian dari ekosistem yang menjaga nilai ekonomi produk kopi tersebut.
Program ini juga meningkatkan pendapatan masyarakat, dari Rp3,2 juta per bulan pada 2022 menjadi Rp4,7 juta pada 2023. Produk kopi liberika juga mencatat omzet sekitar Rp72 juta per tahun.
Baca juga : Upaya Pembangunan Berkelanjutan Pj Gubernur Kaltim Diganjar Penghargaan
Penghematan modal produksi Rp83 ribu per bulan dari penggunaan panel surya, dan sertifikat PIRT (Pangan, Industri, Rumah tangga) dan Halal. Produk Kopi Luwak Liberika memiliki empat diferensiasi produk kopi, yaitu Liberika honey, Luwak Liar Process, Wine, dan Natural Process.
“Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Desa Prangat Baru terus meningkat, dari 591 pengunjung pada 2022 menjadi 1.763 pada 2023,” ujar Ketua Kelompok Tani Kapak Prabu Rindoni.
Dia mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Kutai Kartanegara untuk memantau dampak meningkatnya kunjungan terhadap habitat luwak liar.
"Perencanaan kegiatan monitoring satwa luwak liar harus dilakukan secara terpadu," ujarnya.
Baca juga : KPK Pastikan sudah Ada Tersangka soal Kasus Baru di Kaltim
Program Kapak Prabu dimulai pada 2020 ketika PHKT memberikan bantuan pupuk kompos biogreening kepada kelompok petani. Seiring perkembangan, kawasan ini menjadi pusat ekowisata dengan terbentuknya empat kelompok sadar wisata yang melibatkan 152 penerima manfaat.
Rindoni menjelaskan, kelompok tani kini siap menuju kemandirian dan terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan akademisi.
Dengan adanya Ibu Kota Nusantara (IKN), kopi luwak dari Kapak Prabu memiliki potensi besar sebagai oleh-oleh khas Kalimantan Timur. Strategi pemasaran, termasuk kerja sama dengan asosiasi hotel, akan meningkatkan peluang produk kopi ini di pasar yang lebih luas.
Baca juga : Teknologi Pemadatan Cerdas Diuji Coba di Penajam Paser Utara
Program Kapak Prabu berawal ketika PHKT, selaku pengelola fasilitas hulu migas Terminal Santan, memberikan bantuan berupa pupuk kompos hasil biogreening kepada kelompok petani kopi di Desa Prangat Baru pada 2020. Kolaborasi tersebut berlanjut hingga berhasil melakukan pengembangan budi daya Kopi Liberika dan Kopi Luwak satu-satunya di Kaltim.
“Seiring berjalannya waktu, potensi Kapak Prabu ini tumbuh menjadi kampung ekowisata yang ditandai dengan terbentuknya empat kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Desa Prangat Baru dengan total 152 penerima manfaat,” ungkap Rindoni.
Setelah hampir lima tahun pendampingan dari PHKT, Program Kapak Prabu ini dinilai siap menuju tahap mandiri secara keseluruhan. Rindoni menjelaskan, pihaknya membuka kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan lainnya, tidak hanya dengan PHKT.
Baca juga : Pemerintah Genjot Peningkatan Investasi di Kaltim
“Keterlibatan pemerintah juga penting, di mana pemerintah harus ada kontribusi untuk petani dengan memberikan gagasan yang dapat diaplikasikan dengan jelas. Selain itu, kalangan akademisi juga dapat membantu membina menjadikan petani yang serius agar hasilnya lebih optimal,” ungkapnya.
Keberadaan Ibu Kota Nusantara (IKN), menurut Rindoni, memberikan kesempatan kepada produk kopi luwak untuk berkembang sebagai oleh-oleh kopi khas Kalimantan Timur. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan strategi branding dan pemasaran produk kopi yang melibatkan entitas seperti asosiasi hotel di Kalimantan Timur.
Ke depan, Rindoni berencana membangun sistem pengolahan kopi komunal terpadu dengan mengadopsi pencatatan dari bank sampah. Sistem ini bertujuan menjaga kualitas mutu biji kopi liberika yang dihasilkan, yaitu dengan sistem pengolahan cherry dan green bean satu tempat di rumah kopi kampung kopi luwak Desa Prangat Baru. Anggota kelompok petani kopi di sana kini sudah memiliki kemampuan untuk menjadi trainer bagi para petani dari desa lain yang memiliki potensi dan tantangan serupa.
Manager Communication Relations & CID PHI Dony Indrawan meyakini bahwa hubungan yang harmonis dengan masyarakat di wilayah operasi Perusahaan akan mendukung keberhasilan dan keberlanjutan operasi dan bisnis Perusahaan. “Oleh karena itu, kami mendukung pengembangan kemandirian masyarakat melalui program-program CSR yang inovatif dan berkelanjutan,” jelas Dony. (J-3)
Terkini Lainnya
Pengelolaan Tambang Harus Utamakan Kesejahteraan Masyarakat
Ekosistem di IKN belum Siap, Pengamat: Memaksakan Rencana Bisa Berakibat Buruk
Shenina Cinnamon Pakai Bahasa Kutai di Film Tale of The Land
Menyulap Limbah Tali Kapal Jadi Produk Beromzet Ratusan Juta Rupiah
Upaya Pembangunan Berkelanjutan Pj Gubernur Kaltim Diganjar Penghargaan
Keselamatan Pasien: Tanggung Jawab Profesi dan Kompetensi
Muhibah Ideologis Megawati ke Rusia dan Uzbekistan
Hizbullah Pasca-Nasrallah dan Hasyim Sofiyuddin
Pemerintahan Baru dan Reformasi Pemilu
Pembangunan Manusia dan Makan Bergizi Anak Sekolah
Menunggu Perang Besar Hizbullah-Israel
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap