visitaaponce.com

Penerapan Teknologi Pembangkit Listrik Hemat Triliunan

Penerapan Teknologi Pembangkit Listrik Hemat Triliunan
Para nara sumber pada pemaparan hasil laporan berjudul Crossroad to net zero, Rabu (11/12).(Dok.Istimewa)

Penerapan teknologi pembangkit listrik agar bisa mengurangi emisi gas rumah kaca dan membatasi pemanasan global dari 2025 hingga 2050, sesuai target Perjanjian Paris, bisa dilakukan lewat dua jalur. Pertama, lewat jalur energi terbarukan. Kedua, lewat jalur teknologi pembangkitan daya yang seimbang dari 2025 hingga 2050

Diskusi tersebut dihadiri Senior Geothermal Inspector Direktorat Panas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Irwan Wahyu Kurniawan,  dan Vice President Pengendalian Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN Persero,  Ricky Faizal, dengan moderator Alloysius Joko Purwanto dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia).

Jalur pertama yang dimaksud dan hanya energi terbarukan, adalah seperti tenaga angin dan matahari, dan penyimpanan energi yang ditambahkan ke dalam bauran energi. Sedangkan pada jalur kedua, teknologi pembangkitan daya yang seimbang, yang dapat ditingkatkan dengan cepat saat dibutuhkan untuk mendukung energi terbarukan yang terputus-putus, juga ditambahkan ke dalam sistem.

Pada kesempatan itu, Direktur Penjualan Wartsila Energy Indonesia Febron Siregar menyampaikan, pencapaian target nol emisi bersih Indonesia pada 2060 dapat dilakukan dengan teknologi yang ada, yaitu dengan menambahkan energi terbarukan dan teknologi penyeimbang tenaga listrik, sambil menghentikan secara bertahap pembangkit listrik yang tidak fleksibel. Selain itu juga dilakukan dengan cara memperluas pembangkit energi terbarukan dengan cepat dalam jangka pendek, bisa sangat penting mencapai target emisi nol bersih.

Kapasitas daya terbarukan di Indonesia menurutnya harus 3-4 kali lebih tinggi dari target 2030 saat ini. Di Sulawesi, total kapasitas tenaga surya yang direncanakan adalah 300 MW pada tahun 2030. Namun, agar Sulawesi selaras dengan target emisi nol bersih Indonesia sambil menurunkan biaya sistem, maka target tenaga surya harus ditingkatkan menjadi empat kali lipat dari level ini, yakni sebesar 1.200 MW pada tahun 2030.”

Mengikuti tren yang sama, pemodelan global menunjukkan bahwa sistem tenaga listrik yang mencakup daya seimbang memiliki keuntungan signifikan dalam hal pengurangan biaya dan CO. Model tersebut mengungkapkan bahwa jalur ini menghasilkan penghematan kumulatif sebesar 65 triliun Euro tahun 2050, dibandingkan dengan jalur yang hanya menggunakan energi terbarukan, karena kapasitas energi terbarukan yang dibutuhkan lebih sedikit. Ini akan menghasilkan rata-rata 2,5 triliun Euro pertahun, setara dengan lebih dari 2% PDB global tahun 2024.

Pada laporan tersebut, beberapa keuntungan didapat seperti efektivitas energi terbarukan bisa dimaksimalkan jika didukung pembangkit listrik seimbang, yang merupakan kunci dalam meningkatkan energi terbarukan.

Keuntungan lainnya adalah, biaya yang lebih rendah karena studi menunjukkan bahwa dibandingkan dengan jalur energi terbarukan dan penyimpanan energi saja, penerapan pembangkit listrik seimbang akan mengurangi biaya sistem tenaga listrik di masa depan hingga 42%, atau setara 65 triliun Euro.

Keuntungan lainnya adalah adanya pengurangan emisi: Penambahan daya penyeimbang dapat mengurangi total kumulatif emisi CO? di sektor tenaga listrik antara saat ini dan tahun 2050 sebesar 21% (19 Gt), dibandingkan dengan jalur energi terbarukan dan penyimpanan saja.

Selain itu, bakal ada lebih sedikit energi yang terbuang: Pemodelan menunjukkan bahwa penggunaan daya penyeimbang memungkinkan optimalisasi sistem daya yang lebih baik, sehingga menghasilkan 88% lebih sedikit energi yang terbuang karena pembatasan energi terbarukan pada tahun 2050, dibandingkan dengan jalur energi terbarukan dan penyimpanan energi saja.

Secara total, pembatasan 458.000 TWh akan dapat dihindari, cukup untuk memberi daya kepada seluruh dunia dengan konsumsi listrik saat ini selama lebih dari 15 tahun.

Kapasitas terbarukan dan lahan yang dibutuhkan lebih sedikit: Dengan menambahkan pembangkit listrik yang seimbang, kita dapat mengurangi separuh kapasitas terbarukan dan lahan yang dibutuhkan untuk memenuhi target dekarbonisasi kita.

Anders Lindberg, Presiden Wartsila Energy & Wakil President Eksekutif Wartsila Corporation, menyatakan, "Meskipun kita memiliki lebih banyak energi terbarukan di jaringan listrik kita dibandingkan sebelumnya, itu saja tidak cukup. Untuk mencapai masa depan energi bersih, pemodelan kami menunjukkan bahwa fleksibilitas sangat penting."

Indonesia telah menyadari perlunya gas sebagai bahan bakar transisi, yang berfungsi sebagai jembatan antara batu bara dan energi terbarukan dalam Rancangan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).

Indonesia berencana memiliki 58 GW energi terbarukan pada tahun 2040. Untuk mendukung pertumbuhan energi terbarukan, rencana tersebut mencakup penambahan kapasitas gas sebesar 20 GW pada tahun 2040. Namun, selama COP29 pada bulan November, pemerintah Indonesia menetapkan tujuan yang lebih ambisius yaitu memiliki 75 GW energi terbarukan pada tahun 2040. (Ant/N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat