visitaaponce.com

Target Harbolnas Meleset, Sinyal Kuat Daya Beli Masyarakat Lemah

Target Harbolnas Meleset, Sinyal Kuat Daya Beli Masyarakat Lemah
Pejalan kaki melintas di samping baliho yang menawarkan diskon belanja online jelang hari belanja online nasional (Harbolnas) di Jakarta, Rabu (11/12/2024). Menjelang Harbolnas yang digelar setiap 12 Desember (12.12), berbagai platform e-commerce menawarka(MI/Usman Iskandar)

PROGRAM Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang dijalankan pemerintah pada periode 10-16 Desember 2024 hanya mampu membukukan nilai transaksi Rp31,2 triliun. Nilai tersebut lebih rendah dari yang ditargetkan sebesar Rp40 triliun.

Digelar selama sepekan, nilai transaksi Harbolnas 2024 lebih tinggi jika dibandingkan dengan gelaran yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp25,7 triliun yang diadakan hanya tiga hari. Meski nilai tersebut meningkat 21,4%, secara rerata harian nilai transaksi Harbolnas 2024 turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

"Itu berarti (di Harbolnas 2024), sehari transaksi bisa Rp4,4 triliun Sedangkan tahun lalu, total transaksi Rp25 triliun selama 3 hari. Artinya, transaksi sehari bisa Rp8 triliun lebih. Secara transaksi ada penurunan tajam," kata ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda saat dihubungi, Minggu (29/2).

Realisasi transaksi Harbolnas 2024 juga terbilang jauh dari target yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp40 triliun. Periode obral diskon yang lebih lama namun tak mendorong nilai transaksi itu, kata Huda, mengonfirmasi adanya pelemahan daya beli masyarakat.

Pelemahan itu pada akhirnya juga dapat memengaruhi ke pergerakan lokapasar yang ada di Indonesia.
"Beberapa data tersebut mengonfirmasi ada pelemahan daya beli yang ber-impact juga ke e-commerce. Gaung Harbolnas tahun ini juga sangat minim. Bakar uang di Harbolnas tahun ini juga lebih sedikit karena dananya juga terbatas," jelas Huda.

Sementara itu, periset dari Center of Economic and Reform (CoRE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengungkapkan, nilai transaksi yang terbatas pada Harbolnas tahun ini tak semata disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat. Dia menilai ada faktor perubahan perilaku konsumen yang kian selektif dalam membelanjakan uangnya.

"Konsumen kini semakin selektif dalam berbelanja online, terutama di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian. Konsumen cenderung lebih berhati-hati dan fokus pada kebutuhan esensial dibanding impulsif mengikuti momentum diskon," kata Yusuf.

Selain itu, persaingan antarplatform e-commerce yang semakin ketat berkontribusi pada fragmentasi transaksi. Hal itu terjadi karena konsumen semakin cermat dalam membandingkan harga dan mencari penawaran terbaik di berbagai platform," pungkasnya. (Mir/E-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat