Target Harbolnas Meleset, Sinyal Kuat Daya Beli Masyarakat Lemah

PROGRAM Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang dijalankan pemerintah pada periode 10-16 Desember 2024 hanya mampu membukukan nilai transaksi Rp31,2 triliun. Nilai tersebut lebih rendah dari yang ditargetkan sebesar Rp40 triliun.
Digelar selama sepekan, nilai transaksi Harbolnas 2024 lebih tinggi jika dibandingkan dengan gelaran yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp25,7 triliun yang diadakan hanya tiga hari. Meski nilai tersebut meningkat 21,4%, secara rerata harian nilai transaksi Harbolnas 2024 turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Itu berarti (di Harbolnas 2024), sehari transaksi bisa Rp4,4 triliun Sedangkan tahun lalu, total transaksi Rp25 triliun selama 3 hari. Artinya, transaksi sehari bisa Rp8 triliun lebih. Secara transaksi ada penurunan tajam," kata ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda saat dihubungi, Minggu (29/2).
Realisasi transaksi Harbolnas 2024 juga terbilang jauh dari target yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp40 triliun. Periode obral diskon yang lebih lama namun tak mendorong nilai transaksi itu, kata Huda, mengonfirmasi adanya pelemahan daya beli masyarakat.
Pelemahan itu pada akhirnya juga dapat memengaruhi ke pergerakan lokapasar yang ada di Indonesia.
"Beberapa data tersebut mengonfirmasi ada pelemahan daya beli yang ber-impact juga ke e-commerce. Gaung Harbolnas tahun ini juga sangat minim. Bakar uang di Harbolnas tahun ini juga lebih sedikit karena dananya juga terbatas," jelas Huda.
Sementara itu, periset dari Center of Economic and Reform (CoRE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengungkapkan, nilai transaksi yang terbatas pada Harbolnas tahun ini tak semata disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat. Dia menilai ada faktor perubahan perilaku konsumen yang kian selektif dalam membelanjakan uangnya.
"Konsumen kini semakin selektif dalam berbelanja online, terutama di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian. Konsumen cenderung lebih berhati-hati dan fokus pada kebutuhan esensial dibanding impulsif mengikuti momentum diskon," kata Yusuf.
Selain itu, persaingan antarplatform e-commerce yang semakin ketat berkontribusi pada fragmentasi transaksi. Hal itu terjadi karena konsumen semakin cermat dalam membandingkan harga dan mencari penawaran terbaik di berbagai platform," pungkasnya. (Mir/E-2)
Terkini Lainnya
Nilai Transaksi Harbolnas Tak Capai Target
Bertaburan Diskon di Harbolnas, Toco Gandeng Wholesaler Manjakan Pembeli
Harbolnas 2024 Dorong Pertumbuhan Perekonomian Digital dan Lokal Selama 7 Hari Penuh
Akhir 2024, Pemerintah Genjot Belanja lewat Harbolnas hingga Penurunan Tiket Pesawat
Pemerintah Optimalkan Harbolnas untuk Pacu Daya Beli Masyarakat
Ketika Menhan AS Beretorika
Alternating Family dan Perkembangan Keluarga Generasi Z
Hilangnya Kejujuran
Proyek Genom Manusia, Pedang Bermata Dua
Kebijakan Imperialisme Trump
Penyehatan Tanah untuk Peningkatan Produktivitas Pertanian
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap