Pertumbuhan Ekonomi 2025 Diperkirakan tak Beranjak dari Kisaran 5

PERTUMBUHAN ekonomi Indonesia di tahun ini diprediksi tak akan beranjak jauh dari realisasi di 2024, alias tetap bertahan di kisaran 5%. Itu merujuk dari berbagai laporan maupun proyeksi yang dikeluarkan berbagai lembaga kajian, baik domestik maupun internasional.
Salah satu cara agar perekonomian Indonesia mampu tumbuh melampaui angka 5% ialah melalui optimalisasi kinerja sektor industri pengolahan. Itu juga perlu diikuti dengan terus memperkuat dan memperbesar porsi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi di Indonesia.
Sayangnya, kontribusi industri pengolahan di Indonesia terus menyusut. Pada 2024, distribusi sektor industri pengolahan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hanya 18,98%, jauh dari angka ideal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
“Ini yang disebut terjadi deindustrialisasi. Untuk mengembalikan dibutuhkan reindustrialisasi,” ujar ekonom Bright Institut Awalil Rizky saat dihubungi, Rabu (5/2).
Demikian halnya dengan kinerja PMTB. Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan investasi berada di bawah angka pertumbuhan ekonomi. Kontribusi PMTB terhadap PDB juga terbilang masih rendah, yakni 29,15% di 2024. Awalil menilai, kontribusi ideal PMTB ialah mencapai 35% dari PDB jika Indonesia ingin memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi.
Lebih lanjut, dia berpendapat program 3 juta rumah yang dijanjikan pemerintah sedianya berpotensi besar untuk mengerek perekonomian dalam negeri. Sayangnya, sejauh ini program tersebut masih berkutat pada narasi dan belum menunjukkan aksi yang konkret.
“Ini baru pada narasi kebijakan. Tentang asing (Qatar) yang mau investasi belum bisa dipastikan akan segera terealisasi. Program tiga uta rumah setahun termasuk yang bisa memberi kontribusi, asal dilaksanakan dengan tepat. Jika memasukan modal asing perlu diperhitungkan dampak selanjutnya,” tutur Awalil.
Dia juga menilai tantangan bagi perekonomian Indonesia di tahun ini juga masih akan didominasi dari eksternal. Itu terkait dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump yang akan mendahulukan kepentingan negaranya.
Awalil mengatakan, Indonesia tak akan akan terdampak langsung atas kebijakan AS yang dikeluarkan Trump. “Risikonya lebih pada kestabilan ekonomi global dan termasuk keuangan dunia. Dalam hal keuangan global ini yang bisa memberi risiko tambahan bagi Indonesia,” pungkas Awalil. (Mir/M-3)
Terkini Lainnya
Ekonomi dan Sektor Jasa Keuangan Indonesia Masih Dihadapkan Tantangan
Ekonomi dan Sektor Jasa Keuangan Berkinerja Baik di 2024
Rosan: RI Butuh Investasi Rp13.032 Triliun hingga 2029
Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Tunjukan Performa Positif
BI DIY: Pertumbuhan Ekonomi DIY Diprediksi 4,8-5,6% (yoy)
Bambang Brodjonegoro: Ekonomi Indonesia Bakal Didorong MBG dan Program 3 Juta Rumah
Indonesia Gagal Tangani Deindustrialisasi dan Membiarkan Utang Membengkak
Alumni ITB Dukung AMIN, Syahganda: Reindustrialisasi Berbasis Teknologi Harus Dikembangkan
Reindustrialisasi dan Ekosistemnya
Solusi atas Konversi 20 Juta Hektare Hutan untuk Food Estate
Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Reposisi Core Business Perguruan Tinggi dan Mengadaptasi Kebijakan Presiden Prabowo
Kebijakan Imperialisme Trump
Penyehatan Tanah untuk Peningkatan Produktivitas Pertanian
Trumpisme dalam Tafsiran Protagorian: Relativitas dalam Ekonomi Global
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap