visitaaponce.com

Cek Distribusi dan Harga, Bahlil Sidak Pangkalan Gas Elpiji di Riau

Cek Distribusi dan Harga, Bahlil Sidak Pangkalan Gas Elpiji di Riau
Ilustrasi: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (kedua kiri) saat berdialog dengan warga di Karawaci, Tangerang(ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke salah satu pangkalan gas elpiji 3 kilogram di Jalan Tengku Bey, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, pada Rabu. Bahlil ingin memastikan distribusi dan harga gas melon tetap terkendali serta berjalan sesuai kebijakan pemerintah.

"Kami ingin memastikan tidak ada permainan harga. Semua pangkalan wajib menjual elpiji 3 kg sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah," kata Bahlil, melalui keterangannya, Rabu (5/2).

Di pangkalan tersebut, Bahlil menemukan bahwa pangkalan menjual gas melon ke pengecer dengan harga Rp18.000 per tabung. Namun, Bahlil mengaku menemukan pengecer atau yang akan menjadi sub pangkalan yang membeli dengan harga Rp20.000 dari pangkalan lain.

Menurut Bahlil, hal tersebut tidak dapat dibenarkan. Pasalnya dari Pertamina memberikan harga Rp12.750 ke agen, lalu ke pangkalan sekitar Rp15.000, dan ke masyarakat Rp18.000 atau Rp19.000.

"Kalau rakyat sudah di atas Rp20 ribu, ini yang tidak dibolehkan karena subsidi negara sudah Rp87 triliun. Harapannya agar rakyat membeli di bawah Rp20 ribu, tapi masih ada di atas Rp20 ribu," tambah Bahlil.

Satu hari setelah pemerintah membatalkan pelarangan penjualan elpiji 3 Kg dari pangkalan ke pengecer, serta mengubah status pengecer menjadi sub pangkalan, kebijakan langsung dirasakan oleh para warga yang berjualan gas melon tersebut, khususnya beberapa wilayah di Pulau Sumatera.

Salah satunya yang dialami Hendra, pemilik warung sembako di Kecamatan Kedamaian, Bandar Lampung, Lampung. Ia mengaku, per 5 Februari, penyaluran gas melon dari pangkalan ke pengecer lancar, termasuk ke warung sembakonya.

"Kemarin sempat sepi, tapi sejak keputusan presiden kemarin yang ngebolehin warung buat jualan gas lagi, sudah kembali lagi. Sekarang lancar lagi stok dari pangkalan," katanya.

Ia mengaku menjual gas melon dengan harga Rp24.000 ke warga. "Dari keputusan kemarin sih makin lancar ya, kita dibolehin jualan lagi, dari pangkalan ke pengecer, dengan stok makin banyak warga pada bersyukur karena sempat susah cari gas," tambahnya.

Hendra mengaku setuju jika pengecer diubah statusnya menjadi sub pangkalan, agar tetap bisa berjualan gas melon lagi. Pasalnya, jika hanya membeli ke pangkalan, warga akan kesulitan. "Karena, enggak semua orang aksesnya bisa ke pangkalan, di warung lebih mudah untuk menjangkau orang-orang yang mau beli gas," tambahnya.

Hal senada juga dirasakan oleh Dandi, pemilik Toko Barang Harian Alif di Jalan Ahmad Yani, Pekanbaru, Riau.

“Sampai hari ini, lancar-lancar aja. Saya ambil dari pangkalan itu Rp20.000. Saya jual Rp23.000,” kata Dandi.

Ia mengaku biasanya membeli hingga 50 tabung gas melon dari pangkalan, kemudian menjualnya ke warga. Jumlah tersebut biasanya habis dalam waktu satu minggu, tambah Dandi. Sebagai pengusaha kecil, Dandi tak menolak kebijakan pemerintah yang akan mengubah pengecer menjadi sub pangkalan, asal tetap bisa mendapat keuntungan.

“Tapi tergantung harganya. Saya sebagai pedagang, wajar ambil keuntungan,” tambahnya. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat