Review Film Racun Sangga Mencekam dan Memicu Kengerian
RACUN Sangga: Santet Pemisah Rumah Tangga jadi film horor terbaru Rizal Mantovani, yang total tahun ini setidaknya sudah menyutradarai enam judul horor. Kali ini, ia berkolaborasi dengan produser Sunil Soraya dan studio Soraya Intercine Films. Horor yang diadaptasi dari utas (thread) Twitter/X viral, yang juga dengan label kisah nyata, memang sedang populer. Hampir banyak rumah produksi belakangan memanfaatkan kekayaan intelektual yang sudah populer di medium lain.
Sejak KKN di Desa Penari pertama yang fenomenal itu, jejak adaptasi dari thread Twitter (X) viral memang kian deras. Tahun ini saja misal, ada 10 judul horor dari adaptasi thread Twitter, termasuk Racun Sangga.
Rizal Mantovani membuka Racun Sangga melalui sajian visual yang memanfaatkan arsip dokumen lawas dengan narasi tentang sihir. Dilanjutkan dengan narator si pemilik kisah korban santet racun sangga, dengan visual udara Kalimantan yang penuh hutan dan jalanan berkelok.
Prolog yang disampaikan, cukup sampai di situ. Selanjutnya kisah film ini langsung masuk secara cepat. Maya (Frederika Cull) dan Duma (Wafda Saifan) baru saja lulus kuliah. Maya punya cita-cita, setelah pendidikannya selesai, ia lekas menikah. Sementara Duma, yang kala itu dekat dengan Maya, memintanya untuk mempertimbangkan setidaknya tiga tahun lagi untuk memutuskan menikah. Waktu berlalu. Maya bekerja sebagai pegawai negeri sipil di kecamatan. Setelahnya, tidak ada lagi layar untuk Duma. Sisanya hanya via suara telepon.
Praktis, guliran cerita pun difokuskan pada perjalanan Maya bertemu dengan Andi (Fahad Haydra), yang ia kenal lewat majelis kajian agama. Di tengah rutinitas kerja Maya, yang juga mendapat desakan kapan menikah oleh keluarga Maya, kehadiran Andi terasa tepat. Potongan-potongan perjalanan langsung berujung pada menikahnya keduanya, dan teror pun siap mengintai.
Dimulai saat Andi dan Maya tinggal di rumah baru, alarm telah dibunyikan saat Andi menginjak benda yang lengket di karpet depan pintu masuk rumah. Sejurus dengan scoring yang diracik komposer Aghi Narottama yang semakin mencekam. Semacam bom waktu yang telah diatur, scoring mengikuti teror yang belum terlihat bertransformasi menjadi serangan yang lebih intens.
Berpindah pada latar baru, menandai serangan-serangan yang telah mengintai seperti pada konformitas genre horor muncul. Film Racun Sangga dirancang bukan sebagai horor yang menampilkan penampakan-penampakan hantu, tapi lewat intensitas nuansa dengan scoring yang siap menerkam. Beberapa jumpscare memang masih digunakan untuk memberi efek kejut.
Salah satu yang menarik, film ini menggunakan bahasa Banjar, Kalimantan. Menjadi tawaran baru pada perfilman kita, yang memang lebih banyak berkutat pada horor berlatar Jawa. Dunia sihir dan santet yang selama ini juga lebih menonjolkan pada latar Jawa, film ini mencoba memberikan penawaran tentang sihir dan santet dengan latar Kalimantan, racun sangga, sebuah santet yang dikirim untuk memisahkan kehidupan pasangan suami-istri.
Racun Sangga juga memang masih menitikberatkan pada konformitas drama, sebenarnya, jika menihilkan sisi mencekam dari ancaman sihir dan santetnya. Ketakutan, dibangun Rizal Mantovani lewat segala tingkah aneh yang dialami Andi. Bagaimana ruam di sekujur tubuhnya muncul dan perlahan menjalar menjadi luka busuk. Film ini agaknya juga perlu memiliki peringatan bagi mereka yang memiliki upaya untuk menyakiti diri sendiri. Karena Andi, di banyak adegan menunjukkan upaya menyakiti diri sendiri akibat bisikan-bisikan yang ia dengar.
Salah dua adegan yang jadi ‘golden scene’ film ini adalah ketika ritual baharagu dilakukan. Secara artistik, praktis film ini tak hanya menawarkan kebaruan audio lewat bahasa Banjar, tetapi juga musiknya. Berpadu dengan scoring Aghi yang memberikan spektrum dinamis sekaligus grande.
‘Golden scene’ kedua adalah pada saat babak akhir. Ketika Maya membawa Andi ke rumah Ustaz Idris untuk melakukan ritual pengusiran roh yang mendiami tubuh Andi akibat racun sangga. Menjadi sekuens epik yang jadi penutup manis film ini.
Alih-alih menyandarkan sepenuhnya pada gaib, Racun Sangga juga memasukkan unsur medis untuk menyelidik riwayat penyakit yang diderita Andi. Karakter Maya, yang punya latar belakang keluarga keturunan Arab, juga tak serta-merta percaya pada sihir. Karakter-karakter di film ini, digerakkan dengan pendekatan yang membumi bagaimana manusia yang tak percaya pada sihir sehingga akhirnya mencoba segala cara untuk mencari penyembuhan.
Film Racun Sangga: Santet Pemisah Rumah Tangga menjadi horor yang membangkitkan rasa mencekam dengan bangunan nuansa dan scoring musik yang menonjol, serta datang dengan tawaran baru pada sinema kita lewat latar budaya Banjar dan Kalimantan. Racun Sangga: Santet Pemisah Rumah Tangga tayang mulai 12 Desember 2024 di bioskop. (M-3)
Terkini Lainnya
Film Animasi Shrek 5 dan Minions 3 bakal Hadir di 2026
Ariana Grande Bakal Nyanyikan Lagu Baru di Wicked : For Good
Emir Mahira Tegaskan Pengantin Setan tidak Hanya Sekadar Film Horor
Honor of Kings Berkolaborasi dengan Frozen
30 Film Semi Filipina Terbaru dengan Cerita Penuh Gairah dan Intrik
Film Ambyar Mak Byar Bawa Popularitas Jawa Koplo
Film Racun Sangga: Santet Pemisah Rumah Tangga, Ini Tanggal Tayangnya
Risa Saraswati Cuekin Makhluk Gaib Saat Syuting Film Jurnal Risa
Debut Akting, Prinsa Langsung Dapat Adegan Kesurupan di Jurnal Risa
Bikin Gerbong Sendiri, Film Kereta Berdarah Tayang 1 Februari 2024
Adagium, Film Terbaru Rizal Mantovani
Apa Susahnya Membereskan Masalah Hasto?
Babak Baru Eksplorasi Rupiah Digital
Saat Teknologi Jadi Tuhan, Apa Kabar Kemanusiaan?
Setelah 30 Kali Ditolak MK
Dokter Buruh
Akses Pendidikan Tinggi
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap