Ketua IDAI Rekomendasikan Anak Tetap Belajar di Rumah
KETUA Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman B Pulungan melihat tren kasus covid-19 di Indonesia masih akan terus meninggi. Karena itu, menurutnya, pembelajaran tatap muka di sekolah dan kampus pada Januari 2021 belum tepat dilakukan.
"IDAI tetap merekomendasi anak belajar di rumah sampai kasus terkendali sesuai kriteria WHO," ungkapnya dalam webinar Gerakan Pakai Masker, pekan lalu, yang disiarkan di kanal Youtube.
Aman menegaskan bahwa anak merupakan kelompok usia yang rentan terpapar virus dan sangat berpotensi menjadi penyebar (carrier) virus. Data IDAI sendiri mencatat sudah 50 anak menjadi korban meninggal karena Covid-19.
Adapun presentase kelompok usia yang menjadi korban adalah 0 - 28 hari 13%, 29 hari - 11 bulan 29 hari 27%, 1 tahun - 5 tahun 11 bulan 29 hari 24%, 6 tahun - 9 tahun 11 bulan 29 hari 13%, dan 10 tahun - 18 tahun13%.
"Paling menyedihkan, paling banyak meninggal di bawah 5 tahun, juga di bawah 1 tahun. Inilah anak-anak yang gagal kita lindungi yang mereka bahkan tidak sempat ulang tahun yang petama," tuturnya.
Menurutnya, ada tiga hal penting yang menjadi pertanyaan ketika pemerintah ingin melonggarkan atau membuka sekolah. Pertama terkait wabah saat ini sudah terkendali atau belum. "Kita jawab sendiri, belum, tidak terkendali. Kita lihat kasusnya masih meningkat," tambahnya.
Terkait kapasitas sistem kesehatan yang harus dipastikan mampu menangani meningkatkannya kasus Covid-19 yang mungkin tejadi. Sebab, jika dilakukan ponggaran atau sekolah di buka, mitigasi penanganan perlu dipersiapkan.
"Ini yang harus menjawabnya adalah kepala dinas atau pemda. Kalau ini jawabnya iya, mereka harus bisa menanggung semua dan menyediakan termasuk PCR juga," terangnya.
Selain itu, juga penting untuk mendeteksi penyebaran Covid-19. Pemantauan harus terus dilakukan baik melalui tes dan tracing, sehingga rencana pembukaan sekolah bisa berjalan dengan baik.
Dia juga menambahkan, bahwa korban tenaga kesehatan di Indonesia pun sangat tinggi di bandingkan negara lain. Hal itu yang menjadi concern IDAI dan perlu menjadi perhatian pemerintah. Ia juga mengkritik, rencana pemerintah yang akan merekrut tenaga medis asing.
"Alih-alih kita sekarang mau mengimpor dokter asing, jangan gitu dong kita jaga dulu dokter yang ada, jangan sampai dokter yang ada ini juga banyak terinfeksi," imbuhnya.
Dengan berbagai pertimbangan itulah, kata dia, IDAI tetap merekomendasikan anak untuk belajar di rumah. Selama di rumah, anak dan keluarga harus terus disiplin melaksanakan 3 M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak) dan menciptakan lingkungan rumah yang ramah anak. (H-2)
Terkini Lainnya
Studi Baru Mengungkap Tiga Profil Mikrobioma Unik pada Kotoran Bayi
Kasus Cacar Monyet Meningkat, Kenali Gejala Cacar Monyet pada Bayi dan Anak
Mengapa Bayi Baru Lahir Dianjurkan untuk Diazani?
Cardi B Tegaskan Bayi Ketiganya Tidak Akan Dinamai 'Hurricane'
Teknologi dan Budaya Pengaruhi Pemberian Nama Anak
Obat Bayi BBLR dan Penyakit Langka Sudah Disahkan Sebagai Obat Resmi
15 Contoh Cita-cita Anak Zaman Sekarang, ini Alasannya
Sekolah Diminta Beri Edukasi Makanan Sehat untuk Cegah Obesitas pada Anak
Program Ruang Tumbuh Bantu Tingkatkan Edukasi Ibu dan Kesehatan Anak
Kementerian PPPA Minta Anak Tidak Dilibatkan dalam Aktivitas Politik Jelang Pilkada
Gamer Anak-Anak Jadi Sasaran Penjahat Siber
Anak dengan PJB Wajib Diimunisasi untuk Cegah Pneumonia
Partisipasi Masyarakat dan Peran Pemda dalam Upaya Pemberantasan Mafia Tanah
Menafsir Sandal Jebol Faisal Basri
Membela Perbedaan
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
Transformasi BKKBN demi Kesejahteraan Rakyat Kita
Fokus Perundungan PPDS, Apa yang Terlewat?
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap