Potensi Bioteknologi di Indonesia Belum Dimanfaatkan Secara Optimal
PERMASALAHAN lingkungan hidup menjadi salah satu topik yang banyak diperbincangkan di kalangan generasi muda Indonesia dan dunia saat ini.
Banyak anggota gen Z yang menilai permasalahan lingkungan yang terjadi berpotensi menjadi masalah besar untuk kehidupan generasi mendatang.
Mereka tak ingin mewarisi kondisi lingkungan yang tidak mampu mendukung kehidupan yang lebih sehat dan bermutu.
"Ketika berpikir tentang cara mengatasi permasalahan lingkungan, yang umumnya menimbulkan efek samping buruk berkepanjangan, kita juga harus mampu melihat pelbagai peluang dan jawaban terbaik dengan dampak positif yang berkesinambungan. Bioteknologi mampu memberikan solusi tersebut," kata Mario D. Bani, SP, MBiotech, pada keterangan kepada media, Senin (1/11).
Secara umum, bioteknologi adalah pemanfaatan makhluk hidup (biasanya mikroorganisme dan tumbuhan) atau produk yang mereka hasilkan untuk memberikan keuntungan bagi manusia.
"Salah satu contoh sederhana produk bioteknologi yang lekat dengan keseharian kita adalah tempe, tape, atau makanan dan minuman terfermentasi lainnya," kata Mario.
Di dalam tempe, misalnya, terdapat jamur, seperti Rhizopus oligosporus, yang tumbuh di permukaan kacang kedelai dan mengubah struktur, aroma, dan rasa kacang tersebut menjadi tempe.
Hal serupa dapat dilakukan untuk menghasilkan produk bioteknologi lain yang berhubungan dengan kelestarian lingkungan.
Pada Maret 2016, misalnya, ilmuwan dari Jepang mempublikasikan penemuan bakteri Ideonella sakaiensis yang didapatkan dari lokasi pengolahan sampah plastik di Osaka. Bakteri ini telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang banyak ditemukan materi plastik.
I. sakaiensis mampu mengurai polyethylene terephthalate (PET), salah satu unit kimia yang digunakan dalam memproduksi botol plastik.
"Bayangkan, jika kita dapat memanfaatkan kemampuan bakteri ini untuk menguraikan sampah plastik yang semakin menjadi permasalahan besar saat ini," ujar Mario.
"Bayangkan pula jika ada spesies bakteri lain asli Indonesia yang bisa ditemukan dari lokasi pembuangan sampah seperti Bantar Gebang, Bekasi. Itu adalah salah satu contoh solusi ditawarkan bioteknologi," tuturnya.
Phytomining (phyta: tumbuhan, mining: menambang) adalah salah satu metode dalam bioteknologi lingkungan yang memanfaatkan tumbuhan untuk mengambil mineral tertentu, seperti kobalt, nikel, dan besi dari perut bumi tanpa perlu membuat lubang besar menganga di tanah. Hal ini sudah mulai diteliti secara lebih mendalam oleh ilmuwan di Australia.
"Mereka memanfaatkan tanaman asli Australia, Crotalaria novae-hollandiae, yang telah beradaptasi untuk memanfaatkan kobalt dari dalam tanah. Untuk bisa mendapatkan kobalt murni dari tanaman tersebut, proses ekstraksi dan purifikasi lanjut masih harus dilakukan," terang Mario.
"Bayangkan, jika ada tumbuhan atau mikroorganisme asli Indonesia yang mampu mengekstraksi emas, tembaga, atau nikel dari dalam tanah tanpa perlu membuka lokasi tambang baru," jelasnya.
Hal lain yang dapat ditawarkan oleh bioteknologi adalah tanaman dengan gen yang termodifikasi (GMO: genetically modified organisms). Banyak orang berpikir bahwa GMO adalah produk gagal yang tidak alami dan berbahaya bagi kesehatan.
"Akan tetapi, sebenarnya ada salah satu contoh GMO yang sudah sering kita manfaatkan hasilnya, yakni kapas yang sudah dimodifikasi dengan memasukkan gen bakteri Bacillus thuringiensis," kata Mario
Gen bakteri tersebut mampu menghasilkan racun yang membunuh serangga hama perusak tanaman kapas.
Ketika gen bakteri dimasukkan ke dalam kode genetika tanaman kapas, kapas tersebut menjadi GMO yang dikenal sebagai kapas-bt (Bt cotton) yang selalu dihindari serangga hama kapas karena beracun untuk mereka.
"Alhasil, produksi kapas tetap meningkat, uang yang harus dikeluarkan untuk penyemprotan hama jauh berkurang, dan petani akan mendapatkan hasil yang baik setiap tahun," ujar Mario.
Satu produk ini saja sudah mampu berkontribusi baik bagi lingkungan, bagi petani, dan bagi ekonomi negara.
"Masih banyak produk bioteknologi yang sudah dikembangkan dan dapat dimanfaatkan dalam skala besar di Indonesia," katanya.
"Sayangnya, belum banyak konsumen Indonesia yang sadar akan potensi produk bioteknologi sehingga permintaan di Indonesia masih sangat rendah bila dibandingkan dengan permintaan produk serupa di negara lain seperti Amerika dan Australia," ujar Mario.
"Start-up bioteknologi pun masih belum banyak dikembangkan di Indonesia, sehingga justru Singapura yang selalu mendapatkan tempat pertama sebagai lokasi pengembangan bioteknologi di Asia Tenggara," paparnta.
"Semua ini dapat berubah dengan cepat di masa mendatang bila kita mulai sadar akan potensi bioteknologi Indonesia dan memanfaatkan potensi tersebut," tuturnya. (RO/OL-09)
Terkini Lainnya
Kiat Awet Muda dan Panjang Umur
Letusan Dahsyat 1831: Misteri Dua Abad yang Akhirnya Terpecahkan
Ilmuwan Ungkap Cara Tingkatkan Kekuatan dan Fleksibilitas Titanium
Penemuan Fosil Dinosaurus Tertua Ubah Sejarah Evolusi
Penemuan "Dunia yang Hilang", Peneliti Ungkap Adanya Struktur Misterius di Mantel Bumi
Ilmuwan Temukan Lapisan Es Tertua di Antartika
Wamen Diktisaintek Dorong Peneliti BRIN Gencarkan Riset
Rencana Kenaikan PPN Dinilai Menurunkan Potensi Pertumbuhan Ekonomi
Inovasi Jamur Tempe Jadi Daging Vegetarian: Solusi Superfood Nabati Berpotensi Kurangi Stunting
Mengenal 'Oksigen Gelap' yang Ada di Laut Dalam
Fosil Bayi Berusia 17.000 Tahun Ditemukan Arkeolog dengan Kulit Gelap, Rambut Keriting, dan Mata Biru
Latihan Pernapasan Lima Menit yang Mampu Turunkan Tekanan Darah
Transformasi Zakat di Era Digital: Kiprah Baznas Selama Dua Dekade (2001-2024)
Drama Nasib Honorer Pasca-UU ASN
Takdir Mahmoud Abbas Pascaperang Gaza
PLTN di Tengah Dinamika Politik dan Korupsi, Siapkah Indonesia Maju?
Setelah 30 Kali Ditolak MK
Dokter Buruh
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap