Berbiaya Besar, Kesejahteraan Dokter Asing yang Praktik di Indonesia akan Sulit Dipenuhi
PENGURUS Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dr Iqbal Mochtar menilai jika kesejahteraan dokter asing yang praktik di Indonesia akan sulit dipenuhi. Pada dasarnya dokter dari luar negeri datang ke Indonesia ingin mendapat kesejahteraan yang minimal sama seperti di negara asalnya.
"Kalau di Amerika Serikat dokter spesialis jantung saja gajinya antara sekitar Rp400-600 juta per bulan belum terhitung tunjangan, sekolah anak, kompensasi, dan lain. Pertanyaannya apakah pemerintah punya dana untuk mendatangkan dokter asing yang jumlahnya ribuan itu," kata Iqbal saat dihubungi, Jumat (12/7).
Iqbal menilai, program mendatangkan dokter asing untuk menutupi kekurangan dokter spesialis di Indonesia akan sulit tercapai jika programnya hanya berjalan untuk lima tahun. Kecuali pemerintah mendatangkan dokter asing dalam jumlah ribuan dalam waktu berdekatan.
Baca juga : Jangan Sampai Gaji Dokter Asing Lebih Tinggi dari Lokal
"Jadi harus ada ribuan, contohnya sekitar 10% dari jumlah dokter yang dibutuhkan misalnya. Contohnya pemerintah mengatakan butuh 120 ribu harus datang dalam waktu cepat apakah pemerintah bisa menggaji 12 ribu dokter ini," ungkap Iqbal.
Dengan skenario tersebut, pembayaran gaji dokter jika dibebankan pada rumah sakit, kompensasinya biaya pengobatan akan menjadi tinggi berkali-kali lipat Namun kalau dibebankan kepada anggaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga akan sulit karena anggarannya terbatas.
Menurutnya dengan gaji yang tinggi tersebut, lebih baik menggunakan dokter dalam negeri. Karena untuk menggaji satu dokter asing, anggarannya bisa digunakan untuk membayar 5 sampai 6 dokter lokal.
Baca juga : Menimbang Urgensi Hadirnya Dokter Asing di Indonesia
"Jadi program yang sangat tidak efektif," ucapnya.
Selain itu, ia menegaskan jika program dokter asing bertujuan menutupi kekurangan dokter di Indonesia, selayaknya harus bekerja di daerah tertinggal. Itu karena di situlah sebenarnya puncak kekurangan dokter di Indonesia.
"Apakah mereka mau bertugas ke sana jangan-jangan mereka hanya datang di Indonesia kerja di Jakarta karena jadi kerja di rumah-rumah rumah sakit kelas atas di Jakarta dengan pelayanan masyarakat kelas yang tinggi yang sosial ekonominya tinggi," pungkasnya.
(Z-9)
Terkini Lainnya
Kerancuan Pendidikan, Pelayanan, dan Pembiayaan Kesehatan
Cegah Perundungan, Jam Kerja Peserta PPDS akan Diatur
Kasus Melebar, Muncul Dugaan Pelecehan Seksual di PPDS Anestesi Undip
Rektor Undip Ajak Semua Pihak Evaluasi Sistem Pendidikan Kesehatan
Tidak Hanya Senioritas, Sistem Juga Bisa Mem-bully Peserta PPDS
Perundung akan Dilarang oleh Kemenkes Bekerja di RS Vertikal
Kerja Sama Universitas dan Industri akan Dorong Inovasi Sektor Kesehatan
Sikap Kemendag dan Kemeperin Defensif terhadap PP Kesehatan Dinilai Absurd
Tersangka Korupsi APD di Kemenkes Berpeluang Dihukum Mati
Pemerintahan Prabowo Disebut akan Lakukan Skrining Kesehatan Jiwa Gratis Tahunan
Aturan Rokok tanpa Logo Dikritik, Kemenkes : Kita Bisa Berbeda Pendapat
Daerah Diminta Kejar Cakupan Vaksinasi Polio Minimal 95%
Pertautan Muslim Indonesia dan Tiongkok Menyambut 75 Tahun Hubungan Diplomatik Dua Bangsa
75 Tahun Tiongkok dan Ambisi Globalnya Langkah Strategis Indonesia
Menyiapkan Generasi Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Pembangunan Manusia dan Makan Bergizi Anak Sekolah
Menunggu Perang Besar Hizbullah-Israel
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap