visitaaponce.com

Heboh Natrium Dehidroasetat pada Produk Roti, Ini Bahayanya

Heboh Natrium Dehidroasetat pada Produk Roti, Ini Bahayanya
Ilustrasi roti(Dok. Freepik)

PENGGUNAAN unsur natrium dehidroasetat untuk bahan tambahan pangan (BTP) dapat menimbulkan sejumlah risiko, termasuk kanker. Kandungan natrium dehidroasetat dalam makanan menjadi perbincangan akhir-akhir ini setelah ada dugaan dugaan penggunaan bahan tersebut pada produk roti merek Aoka (PT Indonesia Bakery Family) dan Okko (PT Abadi Rasa Food).

Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) sekaligus Guru Besar IPB Prof Hardinsyah menjelaskan, natrium dehidroasetat awalnya digunakan untuk kosmetik. Namun sejumlah perkembangan di Amerika dan Eropa membuat unsur tersebut dipakai pada bahan pangan dengan batas tertentu yang sangat kecil.

"Karena itu perlu ada izin dari lembaga berwenang dan penuh pengawasan," kata Hardinsyah kepada wartawan di Jakarta, Rabu (24/7).

Baca juga : DPR Desak Pemerintah Beri Penjelasan Keamanan Roti Aoka

Dalam berbagai kajian, lanjutnya, konsumsi makanan yang mengandung natrium dehidroasetat pada awalnya akan menyebabkan iritasi, seperti terbakar, gatal, atau luka.

"Akhirnya menjadi pendarahan kecil. Tapi kalau penelitian-penelitian yang berkaitan dengan safety toxicology juga sampai risiko kanker," imbuhnya.

Hardinsyah juga menjelaskan terkait risiko bahan-bahan kimia yang melebihi batas aman, termasuk natrium dehidroasetat, pada berbagai organ tubuh manusia.

Baca juga : Luncurkan Buku, Ahli Kesehatan Serukan Gerakan Hidup Sehat Tanpa BPA 

"Hati organ kita yang pertama untuk mengelola racun. Kalau dibuang salah satunya melalui ginjal dan dibuang melalui urin. Pasti organ-organ yang dilaluinya bisa terganggu. Keparahan terganggunya sangat tergantung paparannya. Kualitas organ setiap orang juga beda-beda," katanya.

Ia pun mengimbau agar produk-produk yang diketahui mengandung bahan-bahan kimia yang melebihi batas aman agar ditarik dari peredaran. "Lebih aman ya ditarik biar konsumen segera tenang," pungkasnya.

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan keterangan terkait dugaan penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) berupa natrium dehidroasetat pada produk roti merek Aoka (PT Indonesia Bakery Family, Bandung) dan Okko (PT Abadi Rasa Food, Bandung).

Baca juga : Wajib Diingat! Simbol Bahan Kimia Berbahaya

Pada 28 Juni 2024, BPOM menyatakan telah mengambil sampel produk roti Aoka dari peredaran dan melakukan pengujian. Hasil pengujian menunjukkan produk tidak mengandung natrium dehidroasetat.

"Hal itu sejalan dengan hasil inspeksi ke sarana produksi roti Aoka pada 1 Juli 2024 yang menunjukkan tidak ditemukannya natrium dehidroasetat di sarana produksi," ungkap keterangan resmi di laman BPOM, dikutip Rabu (24/7).

Selain itu, BPOM melakukan inspeksi ke sarana produksi roti Okko pada 2 Juli 2024. BPOM menemukan bahwa produsen tidak menerapkan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) dengan benar dan konsisten.

Baca juga : 5 Bahan Kimia Berbahaya Ini Perlu Diwaspadai Saat Pilih Produk Body Care

Terhadap temuan ini, BPOM telah melakukan penghentian kegiatan produksi dan peredaran. Sebagai tindak lanjut, BPOM juga melakukan sampling dan pengujian di laboratorium.

"Hasil pengujian terhadap sampel roti Okko dari sarana produksi dan peredaran menunjukkan adanya natrium dehidroasetat (sebagai asam dehidroasetat) yang tidak sesuai dengan komposisi pada saat pendaftaran produk dan tidak termasuk BTP yang diizinkan berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan," ungkap keterangan tersebut.

Terhadap temuan ini, BPOM memerintahkan produsen roti Okko untuk menarik produk dari peredaran, memusnahkan, dan melaporkan hasilnya kepada BPOM. BPOM melalui unit pelaksana teknis (UPT) di daerah mengawal proses penarikan dan pemusnahan produk roti Okko.

"BPOM terus melakukan pengawasan produk pangan secara komprehensif, meliputi pengawasan sebelum produk beredar (pre-market) hingga pengawasan setelah produk beredar (post-market) untuk menjamin keamanan produk yang dikonsumsi masyarakat," katanya.

BPOM juga mengimbau agar masyarakat selalu merujuk informasi tentang obat dan makanan pada sumber yang terpercaya, termasuk website dan akun media sosial resmi BPOM.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat