visitaaponce.com

Mengenal Perkembangbiakan Aseksual dan Seksual pada Hewan

Mengenal Perkembangbiakan Aseksual dan Seksual pada Hewan
Ilustrasi.(Freepik)

TUMBUHAN, hewan, dan manusia berkembang biak. Kita sudah mempelajari perkembangbiakan manusia dan tumbuhan. Kali ini kita bahas perkembangbiakan pada hewan.

Secara umum, perkembangbiakan hewan dibagi menjadi dua cara, yaitu vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual). Masih ingatkah kamu apakah yang dimaksud dengan perkembangbiakan aseksual dan seksual?

Untuk lebih jelas terkait perkembangbiakan pada hewan, simak tulisan berikut. Ini dilansir dari Buku Ilmu Pengetahuan Alam/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Untuk SMP/MTs Kelas IX Semester 1 yang ditulis Siti Zubaidah dkk.

Baca juga : Teknologi Perkembangbiakan pada Tumbuhan

1. Perkembangbiakan aseksual pada hewan.

Beberapa hewan dapat melakukan perkembangbiakan aseksual seperti tumbuhan. Apakah hewan juga menggunakan bagian tubuhnya untuk berkembang biak? Bagian tubuh manakah yang digunakan untuk berkembang biak? Bagaimanakah sifat keturunan yang dihasilkan dari perkembangbiakan aseksual pada hewan? Ini penjelasannya.

a. Membentuk tunas.

Terdapat hewan yang mampu berkembang biak aseksual dengan cara membentuk tunas untuk menghasilkan keturunan. Contoh hewan yang melakukan perkembangbiakan dengan cara ini antara lain hewan dari Filum Porifera dan Coelenterata. 

Contoh hewan dari Filum Coelenterata ialah ubur-ubur dan Hydra sp. Hewan dari Filum Coelenterata yang dapat membentuk tunas, misalnya Hydra sp. dan ubur-ubur dari jenis Obelia sp. dan Aurelia sp

Baca juga : Belajar tentang Perkembangbiakan Tumbuhan Paku dan Lumut

b. Fragmentasi.
 
Planaria merupakan salah satu contoh hewan yang melakukan fragmentasi. Perkembangbiakan dengan cara ini terjadi melalui dua tahap. 

Tahap pertama ialah fragmentasi, yaitu pematahan atau pemotongan tubuh induk menjadi dua bagian atau lebih. Selanjutnya, terjadi tahap regenerasi, yaitu setiap potongan tubuh induk tersebut membentuk bagian tubuh lain yang tidak ada pada bagian tersebut. 

Pada akhirnya, setiap potongan tubuh tersebut akan membentuk individu baru dengan bagian tubuh yang lengkap seperti induknya. 

Baca juga : Perkembangbiakan Generatif pada Tumbuhan Angiospermae

c. Partenogenesis.

Partenogenesis secara alami dapat terjadi pada hewan lebah, semut, tawon, kutu daun, dan kutu air. Pada lebah, ovum yang dibuahi akan tumbuh dan berkembang menjadi lebah betina. Sedangkan yang tidak dibuahi akan tumbuh menjadi lebah jantan. 

Lebah betina bersifat steril dan memiliki tugas sebagai pekerja dalam koloni lebah. Lebah jantan bersifat fertil. 

Lebah jantan mampu menghasilkan sel kelamin yang digunakan untuk membuahi sel telur yang dihasilkan oleh lebah ratu. Lebah ratu adalah lebah yang menghasilkan telur-telur yang menjadi lebah betina dan lebah jantan.

Baca juga : Kelainan dan Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia serta Pencegahannya

Selain lebah, kutu daun, dan kutu air juga dapat berkembang biak dengan cara partenogenesis. Kutu daun betina dan kutu air betina dapat terus menerus bertelur. 

Telur yang dihasilkan akan berkembang dan menetas menjadi kutu betina tanpa didahului proses fertilisasi. Meski demikian fertilisasi tetap diperlukan untuk menghasilkan individu baru setelah beberapa generasi kutu mengalami partenogenesis. 

2. Perkembangbiakan seksual pada hewan.

Sebagian besar hewan berkembang biak secara seksual. Perkembangbiakan seksual terjadi melalui proses perkawinan antara hewan jantan dan hewan betina. 

Melalui proses ini akan terjadi proses fertilisasi, yaitu proses peleburan inti sel sperma dan inti sel telur. Proses fertilisasi ini akan menghasilkan zigot. Selanjutnya, zigot akan berkembang menjadi embrio (calon anak) dan pada tahap selanjutnya embrio akan berkembang menjadi individu baru.

Fertilisasi dapat terjadi melalui dua cara, yaitu fertilisasi internal dan fertilisasi eksternal? Fertilisasi internal terjadi apabila proses peleburan antara inti sel telur dan inti sel sperma terjadi di dalam tubuh induk betina. Contoh hewan yang melakukan fertilisasi secara internal antara lain sapi, ayam, kura-kura, dan buaya. 

Fertilisasi eksternal terjadi apabila proses peleburan antara sel telur dan sel sperma terjadi di luar tubuh induk betina. Fertilisasi dengan cara ini biasanya terjadi pada hewan yang hidupnya di lingkungan perairan, misalnya ikan.

Berdasarkan cara perkembangan dan kelahiran embrionya, hewan yang berkembang biak secara seksual dibagi menjadi tiga jenis, yaitu hewan vivipar, ovipar, dan ovovivipar. 

a. Hewan vivipar.

Tahukah kamu bahwa kucing, gajah, badak, kerbau, anoa, babi, banteng, paus, dan kambing ialah beberapa hewan yang tergolong hewan vivipar? Hewan vivipar disebut juga hewan melahirkan

Hewan ini memiliki embrio yang berkembang di dalam rahim induk betinanya dan akan dilahirkan pada saat umurnya sudah mencukupi. Embrio akan memperoleh nutrisi dari induk melalui perantara plasenta.

Hewan yang baru dilahirkan memerlukan nutrisi. Sayangnya karena pencernaan bayi hewan belum kuat, diperlukan makanan yang mudah dicerna. 

Apa saja makanan yang mudah dicerna oleh bayi hewan? Pada hewan mamalia, induk hewan tidak perlu mencari makanan tambahan untuk anaknya. 

Tuhan Yang Mahakuasa melengkapi tubuh mamalia dengan kelenjar mammae yang dapat menghasilkan susu. Susu mengandung laktosa yang dapat dicerna oleh perut bayi hewan dengan mudah untuk menghasilkan nutrisi dan energi yang diperlukan.

b. Hewan ovipar.

Contoh hewan ovipar antara lain cicak, katak, ikan mujair, ayam, burung elang, dan itik. Hewan ovipar disebut juga dengan hewan bertelur. Hewan ini embrionya berkembang di dalam telur. Telur hewan ini akan dikeluarkan dari dalam tubuh induk betina. 

Hewan tertentu, misalnya penyu, ikan mujair, dan katak, menghasilkan puluhan hingga ratusan telur setiap kali bertelur. Tidak semua telur yang dihasilkan oleh ikan mujair dan katak yang telah mengalami pembuahan dapat menetas menjadi individu baru. 

Tidak semua telur penyu yang menetas dapat bertahan hidup sampai dewasa, karena ada predator, ombak, dan arus laut yang mengancam kehidupan penyu yang baru saja menetas. Meskipun dapat dihasilkan puluhan bahkan ratusan individu baru dalam sekali perkembangbiakan, kita juga tetap harus menjaga kelestarian ikan, katak, dan terutama penyu agar tetap lestari.

Kamu tentu pernah melihat atau bahkan memakan telur ayam, bebek, atau telur unggas lain sebagai lauk pauk. Tahukah kamu apa sebenarnya telur itu? Telur yang kamu jumpai sehari-hari terdiri atas kuning telur (yolk), membran vitelin, putih telur (albumen), kalaza, embrio, ruang udara, cangkang telur, dan membran cangkang telur. 

Pada telur ayam kampung atau telur bebek yang sering kamu jumpai, telah terdapat embrio yang berada pada tahap awal perkembangan. Embrio dijaga agar tetap berada di bagian atas kuning telur oleh 'tali' yang berada di bagian samping kuning telur yaitu kalaza. 

Kalaza berfungsi menjaga agar kuning telur tetap berada di tempatnya. Kuning telur mengandung protein, lemak, ion fosfor, zat besi, pigmen karoten, dan air. 

Kuning telur dan putih telur merupakan cadangan makanan bagi embrio yang sedang tumbuh. Putih telur tersusun atas protein albumin, air, beberapa ion, dan beberapa mineral. 

Putih telur juga berfungsi sebagai pelindung embrio dari goncangan. Ruang udara menyediakan keperluan oksigen untuk embrio. 

Bagian paling luar dari telur ialah cangkang yang merupakan pelindung telur dari kerusakan, baik dari goncangan maupun perlindungan dari kuman penyakit. Pada cangkang telur terdapat pori yang memungkinkan pertukaran gas-gas pernapasan. 

Telur dapat menetas jika dierami. Ayam, itik, dan burung merpati mengerami telur di bagian bawah tubuhnya di atas sarang. Penyu memiliki cara unik untuk mengerami telurnya, yaitu dengan meletakkan telurnya di dalam tanah daerah pantai. 

Tahukah kamu apa fungsi pengeraman pada telur? Embrio pada telur dapat berkembang dengan baik jika berada pada suhu dan kelembapan tertentu. Jika suhu kurang atau lebih rendah dari yang diperlukan oleh telur, embrio akan berhenti berkembang. 

Sebaliknya, jika suhu untuk pengeraman terlalu tinggi dapat mengakibatkan kematian embrio atau ketidaknormalan perkembangan embrio. Tiap telur memerlukan suhu yang berbeda untuk dapat berkembang dan menetas menjadi individu baru. 

Embrio telur ayam dapat berkembang dengan baik pada suhu 38,33°C-40,55°C, itik 37,78°C-39,45°C, puyuh 39,5°C, dan walet 32,22°C-35°C.

c. Ovovivipar.

Hewan ovovivipar disebut juga hewan bertelur dan melahirkan. Embrio hewan yang tergolong ovovivipar sebenarnya berkembang di dalam telur, tetapi embrio tidak dikeluarkan dalam bentuk telur seperti pada hewan ovipar. Telur tetap berada di dalam tubuh induk betina. 

Setelah umur embrio cukup untuk dilahirkan, telur akan menetas di dalam tubuh induk dan kemudian anaknya dilahirkan. Contoh hewan ovovivipar antara lain kadal dan sebagian jenis ular.

Pernahkah kamu melihat cacing yang sedang kawin? Cacing merupakan hewan hermaprodit. Artinya, dalam satu tubuh cacing terdapat dua alat kelamin yaitu jantan dan betina. 

Meskipun memiliki dua alat kelamin sekaligus, cacing tidak dapat melakukan perkembangbiakan secara seksual sendiri. Pada perkembangbiakan seksual cacing tetap memerlukan cacing yang lain. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat