BRIN Kembangkan Teknologi LiDAR untuk Petakan Bencana Hidrometeorologi
BADAN Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Geoinformatika bersama PT Urban Spasial Indonesia mengembangkan dan menerapkan pemanfaatan teknologi Light Detection and Ranging (LiDAR) untuk pemetaan kebencanaan hidrometeorologi.
Kepala Pusat Riset Geoinformatika BRIN M. Rokhis Khomarudin menyatakan, kerja sama yang akan dilakukan terkait dengan pemetaan untuk membuat digital elevation model, terutama dengan teknologi LiDAR.
"Teknologi LiDAR adalah metode penginderaan jauh aktif menggunakan cahaya laser untuk mengukur jarak. Hasil keluarannya berupa data model permukaan digital resolusi tinggi," kata Rokhis dalam keterangan resmi, Rabu (7/8).
Baca juga : Masyarakat Perlu Miliki Peta Bahaya Tsunami
Sedangkan bencana hidrometeorologi, lanjut Rokhis, merupakan peristiwa yang disebabkan oleh proses atmosfer, hidrologi, atau oseanografi, seperti banjir, angin topan, badai, gelombang badai, dan hujan deras. Bencana-bencana ini bisa menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur, kehilangan nyawa, dan degradasi lingkungan.
“Memahami dan memetakan peristiwa ini dengan akurat sangat penting untuk strategi manajemen bencana yang efektif dan efisien. Teknologi LiDAR memiliki potensi besar dalam meningkatkan manajemen bencana hidrometeorologi, khususnya dalam mendukung manajemen banjir pesisir,” kata Rokhis.
Rokhis mengungkapkan, ke depan, BRIN akan bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terkait kegiatan monitoring banjir di Pantura Jawa.
Baca juga : Tim Gabungan Lakukan Survei dan Kajian di Latimojong
“Data LiDAR ini sangat penting untuk mengisi kekurangan data,” jelas Rokhis.
Dikatakannya, resolusi spasial DEM Nasional yang tersedia saat ini paling tinggi masih di angka 8,25 meter. “Kalau kita menggunakan LiDAR, tentunya akan mendapatkan data resolusi spasial yang lebih tinggi. Sehingga, kita mampu memodelkan banjir lebih teliti,” ungkap Rokhis.
Dia berharap, riset ini akan berkembang dengan sangat baik. Tidak hanya itu, Rokhis mengatakan LiDAR untuk membuat digital elevation model, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk pemodelan spasial lainnya.
“Kegiatan riset yang dilakukan memerlukan kerja sama, terutama dengan kementerian/lembaga dan perusahaan-perusahaan swasta,” tegasnya. (H-3)
Terkini Lainnya
Pemerintah Terus Kembangkan Alternatif Pembiayaan Penanggulangan Bencana di Indonesia
BNPB: Banjir di Medan sudah Mulai Surut
BNPB Lakukan Simulasi Gempa Megathrust di Wilayah Mentawai
BNPB Matangkan Konsep Penanganan Karhutla Terpadu di IKN
BNPB Minta Tambahan Anggaran Rp1,8 T pada 2025 Perkuat Penanggulangan Bencana di Daerah
BNPB Catat Ada 1.300 Kali Bencana Sepanjang 2024
Ravidho Ramadhan, Doktor Termuda FMIPA UGM dengan IPK 4.00
BRIN Gandeng Swasta Garap Teknologi LiDAR untuk Petakan Bencana Hidrometeorologi
Pemudik Diminta Berhati-Hati dengan Potensi Bencana Hidrometeorologi Basah
Waspadai Bencana Hidrometeorologi di Pulau Jawa Selama Musim Mudik
29 Daerah Jateng Masih Berpotensi Cuaca Ekstrem
Partisipasi Masyarakat dan Peran Pemda dalam Upaya Pemberantasan Mafia Tanah
Menafsir Sandal Jebol Faisal Basri
Imaji Perang Kembang dalam Pilpres 2024
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
Transformasi BKKBN demi Kesejahteraan Rakyat Kita
Fokus Perundungan PPDS, Apa yang Terlewat?
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap