visitaaponce.com

Aksi Iklim dari Anak Muda Diharapkan Bisa End to End

Aksi Iklim dari Anak Muda Diharapkan Bisa End to End
Festival LIKE 2 yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat (9/8/2024).(MI/SUSANTO)

PERAN generasi muda dalam aksi nyata perubahan iklim dinilai sangat krusial. Di Indonesia sendiri, lanskap penduduk muda (15-24 tahun) mencapai 45 juta jiwa. Untuk itu, potensi anak muda perlu dimanfaatkan untuk berbagai inisiatif aksi lingkungan.

Hal itu disampaikan Direktur Penghimpunan dan Pengembangan Dana Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) Endah Tri Kurniawaty dalam acara Festival LIKE 2 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Jumat (9/8).

“Ketika 45 juta pemuda bisa menggerakkan inisiatif yang dilakukan berbagai pihak, ini akan sangat berdampak baik terhadap aksi nyata perubahan iklim,” ujarnya.

Baca juga : Fetival LIKE 2 Buktikan Kontinuitas dan Konsistensi KLHK Dalam Menangani Lingkungan

Pemerintah, sambungnya, mengharapkan adanya inisiatif dari gerakan pemuda yang end to end program, yakni dari penggerak (enabler) hingga ke aksi nyata.

“Dari end to end program ini kami berharap anak muda ini akan merasa bangga (terhadap) apa yang bisa dikontribusikan ke pemerintah dari inisiatifnya ini,” ujarnya.

Ia mencontohkan bahwa BPDLH sendiri memiliki program inisiatif anak muda sejak 2021 bernama youth camp untuk pelestarian lingkungan.

Baca juga : Festival Pengendalian Lingkungan 2024 Atasi Pencemaran

“Pertama kita mengedukasi mereka. Kita mengajak mereka untuk magang di satu tempat, misalnya taman nasional. Setelah itu mereka menganalisis, belajar, kemudian menulis paper dan kita seleksi. Pemenangnya akan kita berikan insentif,” paparnya.

Contoh lain inisiatif dari anak muda adalah Society of Renewable Energy (SRE). Ini merupakan wadah pergerakan mahasiswa untuk Indonesia yang bertransformasi ke penggunaan energy baru terbarukan (EBT).

Pada kesempatan yang sama, Chairperson SRE Indonesia Reiner Nathaniel Jabanto menyebut SRE tersebar di 50 kampus di Indonesia. Ia menurutkan, salah satu program yang cukup dibanggakan dan terus diupayakan adalah pelibatan dan pemberdayaan mahasiswa dalam pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

Baca juga : Menggali Potensi Transformasi Lingkungan dan Energi

“Untuk sekarang SRE akan coba membantu itu dengan menjembatani antara perusahaan yang memang ingin melakukan instalasi energi terbarukan, kami mengkoneksikan ke mahasiswa-mahasiswa,” kata Reiner.

“Sejauh ini sudah ada 200 kilowatt peak (kWp) dari energi terbarukan yang terpasang, melibatkan 300 mahasiswa yang tersebar di 50 lokasi,” imbuhnya.

Selain itu ada Desa Bumi, proyek anak muda yang fokus menyediakan akses listrik dari EBT untuk komunitas adat terpencil. Founder Desa Bumi Gamma Thohir mengatakan potensi EBT Indonesia mencapai sekitar 400 gigawatt. Namun yang diimplementasikan baru sekitar 2,3%.

Baca juga : AGP Dukung Festival LIKE, Jokowi Dialog dengan Pegiat Lingkungan 

“Dari data BPS terbaru, rasio elektrifikasi Indonesia cukup tinggi di atas 99%. Tapi fokus saya dan Desa Bumi lebih ke 1% yang tertinggal itu. Sampai sekarang kita sudah 3 titik dengan total sekitar 50 kilowatt dari EBT,” katanya.

Solusi-solusi yang ingin dihadirkan Desa Bumi di daerah-daerah terpencil ini, antara lain bagaimana menyediakan akses kepada energi terbarukan melalui teknologi dan inovasi baru.

“Tantangan kita memulai proyek sebagai anak muda itu bagaimana kita mengumpulkan massa, bagaimana kita kolaborasi, dapat pendanaan, itu tiga tantangan yang menurut saya sangat susah,” pungkasnya. (H-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat