visitaaponce.com

Ketika Imam Syafii dan Imam Malik Beda Pendapat soal Rezeki

Ketika Imam Syafii dan Imam Malik Beda Pendapat soal Rezeki
Ilustrasi.(Freepik)

KALI ini kisah hikmah datang dari Imam Malik dan Imam Syafii. Diketahui, Imam Syafii pernah belajar kepada Imam Malik. Pada satu kesempatan, dua imam besar mazhab ini berdiskusi tentang konsep rezeki dan tawakal.

Imam Malik berkata, "Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab. Cukup dengan bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan rezeki. Lakukan bagianmu, lalu biarkan Tuhan yang mengurus sisanya."

Imam Syafii bertanya, "Jika seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia mendapat rezeki?"  Guru dan murid itu pun tetap teguh dalam pendapat masing-masing.

Baca juga : Mengenal Imam Al-Muzani Murid Imam Syafii dan Penolong Mazhab

Suatu ketika Imam Syafii pergi berjalan-jalan dan melihat sekelompok petani sedang memanen buah  anggur. Beliau juga membantu mereka.

Setelah pekerjaannya selesai, Imam Syafii menerima imbalan berupa beberapa ikat  anggur. Imam Syafii senang bukan karena mendapat anggur, tetapi karena hadiah itu menguatkan pendapatnya.

Baca juga: Nabi Muhammad Jawab Aisyah tentang Istri yang paling Dicintai

Imam Syafii akhirnya bergegas menemui gurunya Imam Malik. Sambil meletakkan semua anggur yang didapatnya, beliau menceritakan, dan sedikit mengeraskan kalimatnya, ”Jika saya tidak keluar dari gubuk dan melakukan sesuatu (membantu memanen), tentu anggur tidak akan pernah sampai ke tangan saya."

Mendengar perkataan Imam Syafii, gurunya Imam Malik tersenyum sambil mengambil anggur dan mencicipinya.

Kemudian Imam Malik berkata dengan lembut, "Hari ini saya tidak keluar, hanya mengambil pekerjaan sebagai guru dan sedikit berpikir alangkah baiknya jika di hari yang panas ini saya bisa menikmati  anggur. Tiba-tiba engkau datang membawakanku beberapa buah  anggur segar. Bukankah ini juga bagian dari rezeki yang datang tanpa alasan. Cukup dengan tawakal kepada Allah, pasti Allah akan memberikan rezeki. Lakukan bagianmu, lalu biarkan Allah yang mengurus sisanya.”

Baca juga : Akidah Iman kepada Allah Ada tanpa Tempat

Akhirnya, guru dan murid itu saling tertawa. Begitulah cara para ulama melihat perbedaan, bukan dengan menyalahkan orang lain dan hanya membenarkan pendapat mereka. Semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Wallahu a'lam bishshawab. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat