BKBN Minta Daerah Prioritaskan Layanan Kontrasepsi Jangka Panjang
KEPALA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo meminta daerah memprioritaskan pengadaan alat kontrasepsi jangka panjang.
"Kepala Perwakilan BKKBN provinsi agar dalam merencanakan kebutuhan dan pengadaan mengutamakan alat kontrasepsi jangka panjang (IUD dan implan) dibanding alat kontrasepsi lainnya seperti kondom, pil, dan suntik," katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (13/8).
Baca juga : Kepala BKKBN Anjurkan Ibu Menyusui tetap Pakai KB
Hasto menegaskan di antara negara lain, Indonesia paling besar menggunakan anggaran untuk kontrasepsi, yakni 70% yang dibeli dengan anggaran pemerintah, sedangkan sisanya masyarakat dapat membeli secara mandiri.
Baca juga : DPR : Revisi PP Kesehatan tentang Penyediaan Layanan Kontrasepsi Jangan Rancu
"Saya yakin apabila alat kontrasepsi yang disediakan negara habis, masyarakat pengguna suntik dan pil tetap akan menggunakan dengan membeli secara mandiri karena harganya terjangkau," ujar dia.
Ia berharap menjelang pemerintahan yang baru, pengadaan alat kontrasepsi tidak turun atau minimal sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga : MUI Kaji Aturan terkait Penyediaan Alat Kontrasepsi bagi Remaja
"Berbeda kalau susuk, begitu tidak ada stoknya, akseptor berat karena harganya mahal. Oleh karena itu, kami akan perjuangkan ke depan di pemerintahan baru alat dan obat kontrasepsi jangan turun, minimal sama," ucapnya.
Baca juga : Kontroversi Penyediaan Alat Kontrasepsi untuk Remaja
Ia optimistis bahwa pemerintahan baru akan fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sehingga dapat memberikan perhatian yang lebih besar kepada BKKBN yang bekerja untuk menciptakan SDM unggul demi Indonesia maju melalui penyediaan alat kontrasepsi jangka panjang.
"Dalam memperhitungkan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi itu rantai pasoknya otomatis. Harapannya prinsip first in-first out dipegang teguh. Jadi, di daerah itu simpulnya, pelaporan, dan input datanya jalan. Jadi, secara real time kita tahu mana yang stoknya habis dan mana yang kelebihan stok. Harapan saya ini objektif dan jelas," paparnya.
Terkait kepesertaan KB di wilayah khusus, Hasto berpesan agar para kepala perwakilan BKKBN memperluas pemaknaan wilayah khusus.
"Wilayah khusus tidak semata terbatas pada daerah tertinggal, terpencil, dan sulit perbatasan saja. Maka, wilayah khusus juga harus dimaknai sebagai daerah dengan capaian rendah karena tingkat penggunaan alat kontrasepsi modern (mCPR) rendah tetapi unmet need (kebutuhan KB tidak terpenuhi) dan angka kelahiran total (TFR) tinggi," tuturnya.
Menurutnya, masih banyak wilayah yang KB-nya rendah dan angka kelahirannya tinggi, sehingga harus diprioritaskan sebagai wilayah khusus. (Ant/H-3)
Terkini Lainnya
Fungsi Reproduksi Pria Tak Terganggu Usai KB Vasektomi
1 dari 3 Remaja Indonesia Miliki Masalah Kesehatan Mental
BKKBN : Pembangunan Harus Libatkan dan Untungkan Penduduk
Transformasi BKKBN demi Kesejahteraan Rakyat Kita
BKKBN Integrasikan Sekolah Siaga Kependudukan dalam Kurikulum Merdeka
Apa itu Vaginismus dan Varikokel, Masalah Kesehatan Reproduksi yang Kerap Diabaikan
Pertautan Muslim Indonesia dan Tiongkok Menyambut 75 Tahun Hubungan Diplomatik Dua Bangsa
75 Tahun Tiongkok dan Ambisi Globalnya Langkah Strategis Indonesia
Menyiapkan Generasi Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Pembangunan Manusia dan Makan Bergizi Anak Sekolah
Menunggu Perang Besar Hizbullah-Israel
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap