Kepala BKKBN Tegaskan Aturan Kontrasepsi Sesuai Norma Agama
KEPALA Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menegaskan aturan tentang kontrasepsi dan pendistribusiannya sudah sesuai dengan norma agama.
"Pendistribusian alat kontrasepsi ke puskesmas dan bidan praktik mandiri terkontrol dengan baik hingga hari ini. Sejak Undang-Undang (UU) Nomor 52 tahun 2009 ditetapkan, metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan pasangan suami-istri dengan mempertimbangkan usia, paritas (keadaan kelahiran), jumlah anak, kondisi kesehatan, dan norma agama,"katanya dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (22/8).
Ia menyampaikan hal tersebut saat menerima kunjungan perwakilan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) di Kantor Pusat BKKBN pada Selasa (20/8) sekaligus merespons keresahan masyarakat terkait Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 tahun 2024.
"Dalam PP tersebut, Pasal 98 harus dibaca karena memuat upaya kesehatan reproduksi dilaksanakan dengan menghormati nilai luhur yang tidak merendahkan martabat manusia sesuai dengan norma agama. Jadi, tidak boleh bertentangan dengan itu, sehingga pasal-pasal yang ada di bawahnya tidak boleh lepas dari yang ada di Pasal 98 itu,"ujar dia.
Hasto juga menyinggung Pasal 103 terkait pengadaan alat kontrasepsi. Ia menegaskan, sesuai UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, disebutkan bahwa pemenuhan alat kontrasepsi hanya untuk pasangan usia subur yang sah sebagai suami istri.
Menurutnya, penggunaan alat dan obat kontrasepsi bagi pasangan usia subur sudah diatur dengan jelas. Selain UU 52 tersebut, juga telah diatur dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, serta Peraturan BKKBN Nomor 1 tahun 2023.
Dalam peraturan-peraturan tersebut sudah jelas bahwa pemenuhan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi untuk pasangan usia subur dalam KB adalah bagi pasangan suami istri.
"Kita tidak pernah membuat program itu bukan untuk suami istri, di BKKBN tidak pernah karena sudah dikunci dengan norma agama sejak tahun 2009. Maka itu menjadi inti bagi suami-istri di UU 52 tahun 2009 yang wajib kita pedomani,"paparnya.
Hasto juga mengemukakan pelayanan kesehatan reproduksi yang disebutkan di Undang-Undang Nomor 17 tahun 2023 tentang Kesehatan, didalamnya ditegaskan pelayanan kesehatan reproduksi dilakukan dengan tidak bertentangan dengan nilai agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ia menyoroti saat ini ada pasangan usia subur yang masih di usia sekolah tetapi telanjur menikah di usia terlalu muda ehingga perlu mendapatkan layanan KB, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini dari 1.000 perempuan usia 15-19 tahun, terdapat 26 anak perempuan yang sudah hamil dan melahirkan. (Ant/H-3)
Terkini Lainnya
Mahfud MD: Makin Banyak Masyarakat tidak Taat Hukum adn Norma
Gus Muhaimin Minta Imigrasi Perketat Pintu Masuk dan Awasi Turis
Legislator Sebut RUU Omnibus Kesehatan Titipan Pemerintah
Ini Contoh Norma Hukum dan Sanksi jika Melanggar
Fungsi Reproduksi Pria Tak Terganggu Usai KB Vasektomi
1 dari 3 Remaja Indonesia Miliki Masalah Kesehatan Mental
BKKBN : Pembangunan Harus Libatkan dan Untungkan Penduduk
Transformasi BKKBN demi Kesejahteraan Rakyat Kita
BKKBN Integrasikan Sekolah Siaga Kependudukan dalam Kurikulum Merdeka
Apa itu Vaginismus dan Varikokel, Masalah Kesehatan Reproduksi yang Kerap Diabaikan
Pertautan Muslim Indonesia dan Tiongkok Menyambut 75 Tahun Hubungan Diplomatik Dua Bangsa
75 Tahun Tiongkok dan Ambisi Globalnya Langkah Strategis Indonesia
Menyiapkan Generasi Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Pembangunan Manusia dan Makan Bergizi Anak Sekolah
Menunggu Perang Besar Hizbullah-Israel
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap