visitaaponce.com

Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia Melalui Pendampingan Caregiver Keluarga

Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia Melalui Pendampingan Caregiver Keluarga
(DOK ITB)

SAAT ini Indonesia mulai memasuki era penuaan penduduk atau aging population. Data BPS pada 2023 mencatat sebanyak 12% atau sekitar 29 juta penduduk Indonesia adalah lansia. Jumlah tersebut diyakini akan terus meningkat sampai 2025 menjadi 20%.

Salah satu yang perlu menjadi perhatian adalah menjaga para lansia agar memiliki kualitas hidup yang baik. Untuk itu, pendampingan sangat diperlukan para lansia mengingat kondisi tubuhnya mulai menurun.

Upaya tersebut antara lain bisa dilakukan oleh caregiver keluarga. Peran caregiver keluarga bisa sangat beragam, mulai dari memberikan bantuan dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, makan, dan berpakaian, hingga mengelola obat-obatan, mengatur janji medis, dan memberikan dukungan emosional yang diperlukan.

Baca juga : Program Green Pharmacy, ITB Jadi Mitra Pemerintah untuk Riset Farmasi dan Kesehatan

Caregiver juga sering kali menjadi penengah antara orang yang mereka rawat dengan penyedia layanan kesehatan atau sosial lainnya.

Pentingnya peran caregiver keluarga dalam merawat lansia ini antara lain diejawantahkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB). Dengan tajuk Upaya Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Lansia melalui Caregiver Pendampingan Keluarga, kegiatan itu diikuti sekitar 45 peserta yang merupakan caregiver keluarga.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini berlangsung pada 24 Agustus 2024 di Puskesmas Jumpandang Baru, Makassar, Sulawesi Selatan. Acara tersebut juga mengahdirkan 4 pemateri, yakni dr. Saldy Meirisandy, SpPD FINASIM, Prof. apt. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., apt. Andi Muflihunna, S.Si., M.Si, dan Rahmawati Ramli, S.Kep.Ns.M.Kes.

Baca juga : Jangan Overthinking, BPA Belum Terbukti Berdampak pada Kesehatan

Ketua panitia pengabdian masyarakat, Dr. apt. Pratiwi Wikaningtyas menyebut pemilihan Kota Makassar dalam kegiatan ini karena wilayah itu termasuk ke dalam enam kota di Indonesia yang memiliki populasi lansia yang tinggi. Meskipun tugas-tugasnya bisa sangat memuaskan secara emosional, menjadi caregiver keluarga juga bisa sangat menuntut secara fisik dan emosional. Hal ini dapat menimbulkan stres, kelelahan, dan merasa terisolasi.

Namun, bagi banyak orang, peran sebagai caregiver keluarga juga merupakan ekspresi kasih sayang dan komitmen kepada anggota keluarga yang membutuhkan bantuan mereka.

Dalam pemaparannya yang berjudul Pengantar tentang Lansia dan Sindrom Geriatrik, dr. Saldy Meirisandy, SpPD FINASIM, menjelaskan bahwa caregiver perlu memahami berbagai sindrom geriatri yang sering dialami oleh lansia.

Baca juga : Pakar ITB Nilai Disinformasi Label BPA Kemasan Galon Polikarbonat Bisa Menyesatkan Publik

Terdapat 14 sindrom yang dikenal sebagai 14I dan 1F yang harus diperhatikan. Sindrom-sindrom itu antara lain Immobility (kesulitan bergerak), Instability (mudah jatuh), Impotence (gangguan seksual), Infeksi (mudah terinfeksi), Impairment of Hearing, Vision, and Smell (gangguan pada indra pendengaran, penglihatan, dan penciuman).

Kemudian Isolation/Depression (penarikan diri dan depresi), Impecunity (kesulitan ekonomi), Intellectual Impairment (gangguan intelektual/demensia), Iatrogenic (gangguan akibat pengobatan), Immune-Deficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh), Incontinence (gangguan kontrol buang air), Insomnia (gangguan tidur), Inanition (malnutrisi), dan Impaction (kesulitan buang air besar), serta satu sindrom "F" yaitu Frailty (kelemahan fisik).

"Pemahaman mengenai sindrom-sindrom ini sangat penting bagi caregiver untuk memberikan perawatan yang lebih empatik dan efektif kepada lansia," kata dr. Saldy.

Baca juga : 120 UMKM Binaan Kemenkop UKM dan SBM ITB Lulus Kurasi Program Mikromandiri

Prof. apt. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., dalam pemaparan berjudul 'Harmoni untuk Hidup Sehat', menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara kesehatan mental, fisik, dan spiritual dalam merawat lansia. Prof. Ketut menekankan bahwa harmonisasi antara ketiga aspek ini adalah kunci untuk menjaga kualitas hidup lansia.

Dalam paparan itu, ia juga membahas strategi praktis untuk mendukung keseimbangan tersebut, termasuk pentingnya pola makan yang sehat, rutinitas olahraga seperti yoga yang dapat membantu mengurangi stres, serta teknik relaksasi yang dapat diterapkan sehari-hari. "Perawatan holistik seperti ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan pada kesejahteraan lansia," katanya.

Pemaparan ketiga dibawakan oleh Rahmawati Ramli, S.Kep.Ns.M.Kes dengan judul Perawatan Lansia. Ia menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan dasar lansia yang dapat dibantu oleh caregiver. Rahmawati menjelaskan bahwa peran caregiver tidak hanya terbatas pada memenuhi kebutuhan fisik lansia, seperti memastikan nutrisi dan kebersihan, tetapi juga melibatkan perhatian khusus terhadap kesehatan mental mereka.

Ia juga mengingatkan bahwa kesehatan dan kesejahteraan caregiver tidak boleh diabaikan. Pasalnya caregiver memegang peran penting dalam memastikan lansia mendapatkan perawatan yang optimal. "Menjaga keseimbangan antara merawat lansia dan merawat diri sendiri adalah kunci untuk keberhasilan jangka panjang dalam pengasuhan," ujarnya.

Pada pemaparan terakhir, apt. Andi Muflihunna, S.Si., M.Si., berbagi pengalamannya sebagai caregiver dalam menghadapi situasi yang menantang, seperti saat orang tua mengalami fraktur. Andi menekankan pentingnya kesadaran bahwa peristiwa seperti ini tidak boleh menjadi sumber penyesalan, melainkan menjadi peluang untuk lebih memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan lansia.

Ia memberikan saran praktis seperti penggunaan karpet anti-slip untuk mencegah jatuh, serta memastikan bahwa kebutuhan dasar lansia, seperti asupan makanan yang bergizi dan lingkungan yang aman, selalu terpenuhi. "Dengan langkah-langkah tersebut, lansia akan merasa lebih dihargai, nyaman, dan termotivasi untuk menjalani kehidupan mereka dengan semangat yang tinggi," paparnya.

Selain empat materi dari narasumber, peserta juga berkesempatan untuk mengikuti simulasi asuhan pasien lansia secara langsung yang dipandu oleh Rahmawati Ramli, seorang perawat berpengalaman di bidang asuhan pasien lansia.

Dalam simulasi ini, peserta dapat mempraktikkan teknik-teknik perawatan yang telah dipelajari, serta mendapatkan bimbingan langsung dalam menangani situasi yang sering dihadapi saat merawat lansia. Harapannya peserta dapat lebih memahami dan mengaplikasikan teori dalam praktik nyata. (S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat