Mpox Merebak, Kemenkes Diminta Tracing Kelompok Berisiko
ANGGOTA Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto mengingatkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) agar tidak memandang remeh penyakit cacar monyet atau monkeypox (mpox) yang mulai masuk ke beberapa negara ASEAN termasuk Filipina dan Thailand. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengumumkan kedaruratan kesehatan global (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC).
"Belajar dari Covid-19, kita tidak boleh menganggap enteng penyakit ini agar tetap waspada," kata Edy dalam keterangannya, Rabu (28/8).
Baca juga : Kemenkes Konfirmasi 88 Kasus Mpox hingga 17 Agustus 2024
Di Indonesia terdapat 88 kasus Mpox. Edy menyatakan bahwa penemuan 88 kasus di Indonesia baru melalui metode pasif case finding (penemuan kasus secara pasif). Artinya pasien datang ke fasilitas kesehatan karena ada keluhan dan terdiagnosa Mpox. Untuk itu ia menyarankan agar ada active case finding.
"Tracing kelompok berisiko dan kontak erat ini perlu dilakukan. Sehingga kemungkinan adanya kasus yang tidak terdeteksi menjadi lebih sedikit," ujar dia.
Selain itu, Edy meminta agar pemerintah memperketat pintu masuk negara. Misalnya saja bandara dan pelabuhan internasional.
Baca juga : Dinkes DKI Tunggu Kemenkes soal Penambahan Vaksin Cacar Monyet
"Tolong betul-betul dilihat apakah ada WNA atau WNI dari luar negeri yang sakit. Suhunya berapa, itu dipantau," ucapnya.
Menyarankan ketika petugas mencurigai bahwa mereka yuang dari luar negeri itu sedang sakit maka harus segera diisolasi dan dilakukan pemeriksaan.
Selain itu, terkait vaksin, sampai ini Kementerian Kesehatan menurut rilisnya menyediakan 4450 dosis. Lalu Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sempat menyebutkan akan menambah 1.000 dosis. Perlu diketahui, vaksin Mpox harus diberikan dua kali. Artinya sasaran vaksinasi Mpox sejumlah 2.725 orang.
Baca juga : DPR Minta Pemerintah Skrining Penumpang dari Negara dengan Kasus Mpox
Sehingga diharapkan vaksin diperbanyak. Sehingga perlu segera membuat rencana untuk menyetok vaksin. Vaksinasi mpox rencananya diberikan kepada kelompok berisiko.
Edy menyarankan agar kontak dekat termasuk tenaga kesehatan juga diberikan vaksin ini. Tujuannya agar memberikan kekebalan bagi tubuh mereka.
"Mpox ini penyebabnya adalah virus. Maka perlu mempertebal imunitas kelompok berisiko termasuk tenaga kesehatan agar mereka tidak tertular Mpox,” ungkapnya. (H-3)
Terkini Lainnya
Kasus Virus Hand, Foot, and Mouth Disease Melonjak, Bisa Mengganggu Nafsu Makan Anak
Terima Laporan terkait Kelakar Suswono soal Janda Kaya, Bawaslu Lakukan Kajian Awal
Pengamat Minta KPK Umumkan Status Eddy Hiariej
Kisah Kelam di Balik Dinding Pesantren: Kekerasan dan Pelecehan yang Menodai Institusi Pendidikan
Faktor Non Hukum Diduga Penyebab Kasus Firli Mandek
KY Pantau Kasus Landak Jawa dan Dugaan Hakim Selingkuh di Bali
Diserbu Varian Baru, Kasus Mpox di Australia Meningkat Drastis 570% sejak Juli
Ini Perkembangan Terkini Kasus Mpox di Dunia dan Indonesia
Dinkes Pastikan Belum Ada Tambahan Kasus Mpox
Kemenkes Konfirmasi 88 Kasus Mpox hingga 17 Agustus 2024
Pendidikan Bermutu dan Kesejahteraan Guru
Belajar Kolaboratif
Membangun Kapasitas Biologi Komputasi untuk Kemandirian Bangsa
Indonesia Kekurangan Dokter: Fakta atau Mitos?
Serentak Pilkada, Serentak Sukacita
Menuju Pendidikan Tinggi Transformatif
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap