Obsesi Merapikan Rumah Tren Estetika yang Memicu Stres dan Kelelahan Mental
TREN merapikan dan mengatur barang-barang di rumah belakangan sangat populer. Sayangnya bagi sebagian orang, tren ini menjadi obsesi.
Para ahli berpendapat kecenderungan untuk selalu rapi dan teratur bisa membuat kita kewalahan, bahkan menimbulkan stres. Ketika Asosiasi Profesional Declutterers dan Organisers (APDO) sampai menyarankan untuk berhenti, ini menjadi sinyal batas sudah dilampaui.
"Kebutuhan untuk selalu mengikuti tren pengorganisasian ini benar-benar memicu stres mental dan fisik," kata Siân Pelleschi, presiden APDO.
Baca juga : 5 Tips Kurangi Stres Peran Sebagai Orangtua
"Banyak orang kehilangan kemampuan untuk membedakan antara tren dan metode yang benar-benar bermanfaat, membuat mereka merasa kewalahan dan putus asa dengan berbagai teknik yang ada."
APDO begitu prihatin dengan fenomena ini sehingga mereka menetapkan Pekan Pengorganisasian Nasional dengan tema "Kembali ke Dasar." Tujuan utamanya adalah mengurangi tekanan untuk mencapai kesempurnaan dengan fokus pada kemajuan. "Kami ingin menyoroti pentingnya memenuhi kebutuhan dasar dan fungsi daripada sekadar estetika," jelas Pelleschi.
Meskipun decluttering atau penyortiran barang sudah ada sejak lama, tetapi tren ini melonjak setelah acara Netflix "Tidying Up with Marie Kondo" pada 2019. Kini, dengan tagar TikTok #Cleantok yang telah dilihat lebih dari 110,4 miliar kali, menunjukan semakin banyak orang yang rela menghabiskan waktu untuk merapikan barang hanya demi estetika semata.
Baca juga : Tingkat Stres Orangtua Meningkat: Dokter Mengingatkan Pentingnya Perawatan Diri
Menurut Michael Rossi, manajer acara Clean and Tidy Home Show di London's ExCel, minat terhadap kebersihan dan kerapihan ekstrem meningkat pesat. "Jumlah pengunjung acara kami hampir tiga kali lipat dalam tiga tahun terakhir, dari 6.000 orang menjadi 16.000 tahun ini," katanya. Ketertarikan ini dipicu oleh Shine Squad, sekelompok influencer pembersih yang memiliki lebih dari 9,5 juta pengikut online.
Namun, bagi sebagian ahli, obsesi ini justru mengarah pada stres. Cassandra Jay, psikolog dan psikoterapis, mengatakan metode ekstrim untuk menyederhanakan hidup sering kali menghasilkan lebih banyak tekanan daripada kebahagiaan. "Membuang barang hingga hanya menyisakan sedikit dengan tampilan sempurna malah bisa membuat kita lelah dan merasa terasing," katanya.
Chris Wootton, pemilik waralaba Poppies Cleaning, yang telah melihat berbagai macam kulkas terorganisir selama 44 tahun, meragukan keaslian foto-foto yang beredar di media sosial.
"Kulkas yang tertata memang bisa mengurangi limbah dan meningkatkan manajemen makanan, tapi menjaga kerapihan ekstrem seperti itu tidak praktis bagi kebanyakan orang," ujarnya.
Tren merapikan memang bisa memberikan rasa puas, tetapi penting untuk diingat bahwa kebahagiaan dan identitas kita lebih dari sekadar tampilan yang tertata rapi. Mengatur hidup memang penting, namun tidak perlu berlebihan hingga mengorbankan kesejahteraan mental dan fisik kita. (The Guardian/Z-3)
Terkini Lainnya
Ini Fitur di Galaxy Watch7 yang Bisa Kelola Stres
5 Tips Kurangi Stres Peran Sebagai Orangtua
Tingkat Stres Orangtua Meningkat: Dokter Mengingatkan Pentingnya Perawatan Diri
Main Game, Cara Denny Sumargo Hilangkan Jenuh
Pos Polisi Kebon Sereh Jaktim Dirusak, Pelaku Diduga Stres
Membela Perbedaan
Pemerintah Harus Atasi Turunnya Jumlah Kelas Menengah
Prabowo dan Diplomasi Good Neighbors Policy di ASEAN
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
Transformasi BKKBN demi Kesejahteraan Rakyat Kita
Fokus Perundungan PPDS, Apa yang Terlewat?
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap