Perkuat Edukasi Bahaya Kental Manis untuk Anak

MUSLIMAT Nahdlatul Ulama (NU) mengingatkan agar edukasi perihal bahaya kental manis untuk balita dan anak-anak pengganti susu atau ASI perlu diperkuat karena berkaitan erat dengan pengentasan stunting di Indonesia.
"Takutnya nanti mindset warga berubah lagi. Jangan sampai kental manis kembali dipakai karena murah, padahal berbahaya bagi anak-anak. Ini yang jangan sampai terjadi," kata Ketua periodik Muslimat NU 2024, Aniroh, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Aniroh menekankan urgensi untuk terus mengedukasi masyarakat agar tidak memberikan kental manis kepada anak sebagai pelengkap gizi.
Baca juga : Anggap Kental Manis sebagai Susu, Masyarakat Ikuti Sosialisasi dan Edukasi Pencegahan Stunting
Muslimat NU turut membantu dalam penanganan stunting di Lampung Tengah. Menurutnya, saat ini penanganan stunting di Lampung Tengah telah mengalami perkembangan.
Aniroh mengungkapkan bahwa ada penurunan angka stunting dari 22 persen di 2022 menjadi 18 persen di 2024. Menurutnya, jangan sampai progres yang sudah baik ini berjalan mundur karena kekurangan kesadaran orang tua akan bahaya kental manis.
"Artinya ini ada penurunan tiga persen. Meski demikian, pengetahuan ibu-ibu harus terus ditingkatkan agar stunting di Lampung Tengah ini bisa mencapai 0 persen," katanya.
Baca juga : Konsumsi Kental Manis Masih Salah Kaprah, Kebiasaan di Paud dan TK Kota Bekasi Diteliti
Aniroh mengingatkan bahwa kental manis sebenarnya digunakan sebagai topping makanan. Sebabnya, kata dia, entitas pangan tersebut tidak boleh diberikan kepada anak-anak yang masih tumbuh sebagai pengganti susu.
"Kental manis ini bukan susu, jangan sampai perkembangan otak anak-anak terganggu karena malah diberikan gula," katanya.
Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arief Hidayat menyayangkan bahwa masih masyarakat yang berpersepsi bahwa kental manis adalah susu. Padahal, komposisi kental manis mayoritas berisi gula dan hanya persen mengandung susu.
Baca juga : Kolaborasi Turunkan Angka Stunting lewat 100 Hari Pendampingan Gizi
"Kental manis bukanlah susu dan tidak boleh diberikan sebagai pengganti ASI," kata Arief Hidayat.
Dia mengatakan kental manis merupakan salah satu penyebab stunting. Oleh karena itu, kental manis tidak boleh diberikan kepada anak batita dan baru lahir untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan anak.
Arief mengingatkan bahwa saat ini banyak anak-anak yang terus melakukan cuci darah akibat akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan manis. Dia melanjutkan akan menjadi hal yang sangat berbahaya apabila anak sudah mengonsumsi 3 sampai 6 botol kental manis per hari.
"Ini yang menyebabkan gangguan perkembangan otak pada anak. Makanya ini bahaya. Jadi kalo ibu ngasih kental manis sama saja ibu ngasih sirup ke anak," katanya. (Ant/H-2)
Terkini Lainnya
Bekali Anak dengan Keterampilan Keselamatan sejak Dini
Bangun Kesadaran Menjaga Kesehatan Sejak Dini agar Terhindar dari Kanker
BRI Insurance Edukasi Manfaat Asuransi ke Nasabah PNM Mekaar
Muhammadiyah Gelar Edukasi Akbar Sekolah Sehat untuk Tekan Angka Stunting Nasional
YKPI Gelar Sosialisasi Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara untuk Santri Ponpes Al Ashriyah Nurul Iman Bogor
Pinjol Ilegal, DPR: Pengawasan Ketat Harus Dibarengi Edukasi yang Masif
Pemberdayaan Perempuan dan Pencegahan Stunting di Daerah Harus Terus Diprioritaskan
Orangtua Wajib Tahu! Ini Manfaat Protein Hewani bagi Anak
Lestari Moerdijat: Pola Makan dan Pola Asuh Keluarga Penting untuk Memperbaiki Gizi Masyarakat
BRI Peduli Salurkan Bantuan Cegah Stunting Itu Penting demi Tekan Angka Stunting
Aksi 3 Langkah Maju Dukung Anak Generasi Maju Bebas Stunting
Perkuat Kesehatan Masyarakat di Area Tambang
Ketika Menhan AS Beretorika
Alternating Family dan Perkembangan Keluarga Generasi Z
Hilangnya Kejujuran
Proyek Genom Manusia, Pedang Bermata Dua
Kebijakan Imperialisme Trump
Penyehatan Tanah untuk Peningkatan Produktivitas Pertanian
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap