Ekspansi Industri Fosil dan Pertambangan Ancam Kawasan Konservasi
Penelitian terbaru dari Earth Insight mengungkap ancaman serius terhadap ekosistem paling vital di dunia akibat industri ekstraktif, termasuk bahan bakar fosil dan pertambangan. Laporan berjudul Closing Window of Opportunity: Mapping Threats from Oil, Gas and Mining to Important Areas for Conservation in the Pantropics menunjukkan tumpang tindih yang signifikan antara konsesi minyak, gas, dan pertambangan dengan kawasan konservasi penting, seperti Area Keanekaragaman Hayati Utama (Key Biodiversity Areas/KBAs), hutan alam, kawasan lindung, serta Wilayah Adat.
Direktur Eksekutif Earth Insight Tyson Miller menyatakan penelitian ini mengungkap ancaman besar terhadap keanekaragaman hayati di wilayah Pantropik yang mencakup Cekungan Amazon, Cekungan Kongo, dan Asia Tenggara di mana aktivitas industri terus meningkat. Peta terbaru menunjukkan lebih dari 500 Area Keanekaragaman Hayati Utama (KBAs) dan 180 juta hektar hutan yang tumpang tindih dengan konsesi bahan bakar fosil dan pertambangan.
Selain itu, 30 juta hektare Wilayah Adat di Amazon telah tumpang tindih dengan konsesi minyak dan gas, serta 9 juta hektar dengan konsesi pertambangan. Laporan ini juga menyoroti 25,4 juta hektare kawasan lindung yang kini tumpang tindih dengan blok minyak dan gas di wilayah ini.
"Melestarikan alam sangat penting bagi masa depan bersama kita. Kita berada di persimpangan, kita bisa bertindak sekarang untuk melindungi sistem alam yang menopang kehidupan atau terus menjalankan bisnis seperti biasa yang melaju ke arah jurang," kata Miller.
Laporan ini menyerukan tindakan global yang mendesak untuk menjembatani kesenjangan antara komitmen konservasi dan ancaman nyata dari eksploitasi industri skala besar. Adapun, laporan tersebut merekomendasikan agar memperluas kawasan lindung dan membatasi ekspansi industri.
"Segera menetapkan kawasan lindung baru di wilayah keanekaragaman hayati tinggi dan melindungi kawasan tersebut dari aktivitas industri," ucapnya.
Selain itu menghormati kedaulatan masyarakat adat dengan memberikan dukungan finansial, teknis, dan politik bagi masyarakat adat untuk menjalankan pemerintahan atas wilayah mereka dengan sepenuhnya menghormati kedaulatan mereka.
Serta meningkatkan pendanaan untuk konservasi alam dengan mobilisasi pendanaan nasional dan internasional untuk mendukung upaya konservasi. (Z-11)
Terkini Lainnya
Universitas Brawijaya Luncurkan Teknologi Canggih Konservasi Hutan
Menhut Awali Program Reintroduksi Banteng Jawa di Cagar Alam Pananjung Pangandaran
Jasa Tirta II dan KTI Kerja Sama Pengusahaan Air Baku
Dukung Pelestarian Penyu Sisik dengan Bangun Rumah Penyu
Program BULOG Hijau: Tanam 570 Bibit Mangrove di Bali, Selamatkan Ekosistem Pesisir
Keanekaragaman Hayati Terjaga, Keberadaan Orang Utan Ditemukan di Area Reklamasi
Ajari Anak untuk Menjaga Lingkungan Sejak Dini
Ekosistem Sepak Bola Putri Harus Terjaga dari Level Bawah
Yuk, Kenali Manfaat Luar Biasa Paus untuk Ekosistem dan Iklim Dunia!
UMKM Punya Peran Penting Wujudkan SDGs dan Dorong Kerja Sama Global
Penguatan Ekosistem Kebudayaan Langkah Strategis Pemajuan Kebudayaan Nasional
Profesor Kehormatan
Organisasi Masyarakat dan Tuberkulosis
Ruang Didik Muhammadiyah
Realitas Baru Timur Tengah
Indonesia Kekurangan Dokter: Fakta atau Mitos?
Serentak Pilkada, Serentak Sukacita
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap