Bagaimana Cara Memulai Hubungan Kembali Sebagai Single Father Tanpa Mengabaikan Anak
MENJADI seorang single father tidaklah mudah karena harus menjalankan dua peran: sebagai ayah dan ibu.
Setelah perpisahan atau kehilangan pasangan, selain merawat anak, seorang single father juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Sebagai single father, sering kali dihadapkan pada berbagai kendala, terutama dalam menjalankan peran pengasuhan seorang diri.
Dukungan sosial dari keluarga, saudara, atau pengasuh anak sangat diperlukan untuk meringankan beban dan membantu merawat buah hati dengan baik.
Dalam proses ini, perasaan kesepian dan kerinduan akan pasangan adalah hal yang wajar, terutama ketika menyadari bahwa anak membutuhkan sosok kedua orang tua yang lengkap.
Perasaan tersebut sangat dimengerti, dan tidak ada salahnya jika seorang single father jatuh cinta dan ingin memulai hubungan kembali.
Namun, penting untuk menjaga keseimbangan antara keinginan pribadi dan tanggung jawab sebagai orang tua.
Single father perlu memahami cara mengelola situasi ini agar tidak mengabaikan anak saat menjalin hubungan baru.
Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga keseimbangan tersebut:
1. Berikan Waktu
Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah memberikan waktu yang cukup setelah perpisahan untuk diri sendiri dan anak. Tidak perlu terburu-buru memulai hubungan baru.
Sebagai contoh, jika Anda baru saja berpisah dengan pasangan, beri waktu setidaknya satu tahun untuk menata perasaan dan mempersiapkan diri.
Waktu ini sangat berharga bagi Anda untuk merenung dan memulihkan diri, serta bagi anak untuk beradaptasi dengan perubahan.
Misalnya, Anda bisa fokus pada kegiatan bersama anak, seperti berlibur atau menjalani rutinitas harian tanpa gangguan dari hubungan baru.
2. Melibatkan Anak dalam Proses Perkenalan
Jika Anda sudah merasa siap untuk memulai hubungan baru, sangat disarankan untuk melibatkan anak dalam proses perkenalan secara perlahan.
Sebelum membawa pasangan baru ke rumah atau mengenalkannya sebagai seseorang yang spesial, Anda bisa mulai dengan mendiskusikan hubungan ini terlebih dahulu dengan anak.
Ini memberi anak kesempatan untuk menerima kenyataan ini dan memberi mereka ruang untuk berpendapat atau mengungkapkan perasaan.
Jangan terburu-buru mengenalkan pasangan Anda sebagai "orang tua pengganti" atau membuat anak merasa terpaksa untuk menyukainya.
Libatkan anak dalam kegiatan yang santai, seperti makan bersama atau pergi ke taman, agar mereka merasa nyaman.
3. Terbuka pada Anak
Komunikasi yang terbuka sangat dibutuhkan untuk menjaga kedekatan dengan anak. Anda bisa mendengarkan perasaan anak tentang hubungan baru ini dan memberi mereka kesempatan untuk berbicara.
Misalnya, setelah beberapa waktu mengenalkan pasangan baru, Anda bisa bertanya, “Gimana perasaan kamu tentang teman baru papah ini? Ada hal yang kamu ingin tanyakan atau rasa khawatir?”
Dengan cara ini, anak merasa dihargai perasaannya, dan mereka tahu bahwa Anda peduli dengan apa yang mereka rasakan. Jika anak merasa cemas atau belum siap, jangan memaksakan mereka untuk menerima pasangan Anda.
Anda bisa memberi jaminan bahwa mereka tetap menjadi prioritas utama dalam hidup Anda.
4. Tetap Prioritaskan Waktu Bersama Anak
Saat menjalin hubungan baru, sangat disarankan untuk tetap memastikan bahwa Anda memberi waktu yang cukup untuk anak.
Misalnya, meskipun Anda sering bertemu dengan pasangan baru, jangan sampai waktu bersama anak berkurang.
Anda bisa membuat rutinitas yang melibatkan anak, seperti kegiatan bersama yang menyenangkan, untuk menunjukkan bahwa mereka tetap penting.
Jangan biarkan hubungan baru mengalihkan perhatian Anda dari anak, dan pastikan mereka tahu bahwa mereka selalu menjadi prioritas utama dalam kehidupan Anda.
Beberapa langkah di atas dapat Anda lakukan untuk memulai hubungan kembali. Namun, yang tak kalah penting adalah memperhatikan kondisi mental anak Anda untuk menerima situasi ini.
Pastikan anak merasa nyaman dan selalu dekat dengan Anda agar mereka tidak merasa diacuhkan atau diabaikan. (Z-10)
Sumber:
- Halodoc
- Jurnal Sains Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Vol. 9, No. 1, Bulan Maret, Tahun 2020
Terkini Lainnya
1. Berikan Waktu
2. Melibatkan Anak dalam Proses Perkenalan
3. Terbuka pada Anak
4. Tetap Prioritaskan Waktu Bersama Anak
Natasha Wilona Pernah Tinggal di Rumah Kayu, Perjuangan Sang Ibu Sangat Menginspirasi
Pentingnya Peran Ayah dalam Membimbing dan Membangun Interaksi dengan Anak
Hari Ayah Nasional, Mari Rayakan Cinta dan Dedikasi Abadi Ayah
Selamat, Jonatan Christie Jadi Ayah
Pentingnya Memperhatikan Konsumsi Alkohol oleh Ayah Demi Kesehatan Janin
Ibu dan Anak Disekap di Kandang Anjing di Wilayah Bangka, Polisi Turun Tangan
Usai Bunuh Ayah dan Nenek, Remaja di Jaksel Buang Pisau di Depan Rumah
Kimberly Ryder Cerai dan Jadi Ibu Tunggal, Ini Cara Jadi Single Mom yang Baik
Duka Mendalam Ibu Kasat Reskrim Solok yang Ditembak Rekannya
Bila Esok Ibu Tiada: Film yang Mengingatkan Kita untuk Menghargai Sosok Ibu
Sakit Hati Politik
Jalan Lain Mengakhiri Korupsi
Pembangunan HAM di Indonesia sebagai Gerakan Transformasi Sosial
Realitas Baru Timur Tengah
Indonesia Kekurangan Dokter: Fakta atau Mitos?
Serentak Pilkada, Serentak Sukacita
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap