Kecanduan Judi Online Bisa Sebabkan Putusnya Hubungan Keluarga
DAMPAK kecanduan judi online tidak hanya terjadi pada psikologis korban, namun, bisa menyebabkan hubungan keluarga terputus.
Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Ratih Ibrahim, dikutip Rabu (27/11), mengatakan korban judi online yang berkonsultasi kepadanya sering kali datang karena mendapat tuntutan keluarga akibat utang atau khawatir putus hubungan keluarga.
"Dari 10 yang datang hanya satu atau dua yang datang sendiri, sisanya dibawa sama keluarganya karena diultimatum oleh keluarganya. Kalau
nggak ikut terapi (akan) cerailah, dicabut dari kartu keluarga, nggak bertanggung jawab lagi, tanda tangan, notaris, pengadilan, pemutusan hubungan keluarga," kata Ratih.
Dia melihat kecenderungan korban judi online berada pada usia produktif, yaitu sekitar 18-23 tahun dan 40 tahun ke atas. Korban rata-rata mengeluhkan putus hubungan keluarga dan tidak mendapat dukungan terhadap keputusan yang berhubungan dengan judi online.
Korban judi online juga mendapat tekanan finansial karena selalu dibayangi tagihan utang, yang membuat dia cemas, murung dan bahkan
paranoid terhadap orang-orang di sekitarnya.
"Tapi, pada satu sisi, ada rasa excited (senang) untuk melanjutkan judi," ujar Ratih.
Korban judi online bergelut dengan kondisi psikologis seperti perasaan cemas, takut, depresi, mengurung diri dan merasa tidak berdaya.
Dia juga bisa mengalami hubungan sosial yang tidak baik karena curiga penilaian orang terhadap dirinya.
Dalam menyembuhkan adiksi korban judi online, peran keluarga sangat penting agar korban tidak kembali jatuh ke lubang yang sama.
Dukungan emosional seperti mendengarkan tanpa menghakimi, memberikan semangat dan memahami masalah mereka dengan empatik dapat membantu pasien merasa diterima dan termotivasi untuk sembuh.
"Jadi, keluarga itu sangat kuat, signifikan, penting perannya untuk membantu untuk sembuh, terutama dukungan emosional bahwa ngerti
masalah kamu, berusaha untuk tidak menghakimi karena mengerti, ngasih semangat bisa sembuh, tetapi, di satu sisi juga harus bisa tegas, membatasi, disiplin," tegas Ratih.
Keluarga juga bisa memberikan dukungan teknis dengan cara terlibat dalam sesi terapi, mengelola keuangan korban dan mencegah akses keuangan yang bisa digunakan berjudi, tidak lagi membicarakan terkait perjudian, mengajak korban untuk sibuk aktif berkegiatan seperti olahraga atau bercocok tanam.
Proses pemulihan bukan hanya tanggung jawab pasien, tapi, juga memerlukan peran aktif keluarga, komunitas bahkan pemerintah sebagai penegak hukum. (Ant/Z-1)
Terkini Lainnya
Waspada Tawaran Kerja ke Kamboja
Polisi Ungkap Keluarga Tewas di Ciputat Terlilit Pinjol dan Terlibat Situs Judol
Langkah Besar OJK, 8.500 Rekening Judi Online Diblokir!
Hotel Aruss yang Disita Polri Dibangun dengan Uang Judol Rp200 Miliar
17 Rekening Diblokir, Bareskrim Ungkap Nominal Transaksi Judol sejak 2020
Bareskrim Ungkap Modus Operandi Penyembunyian TPPU Judol
Risiko Diabetes Meski Ada Riwayat keluarga Bisa Diminimalisir Sejak Usia Muda
Adam Sandler Ajak Keluarga dalam Film Komedi Kinda Pregnant
Jack Nicholson Habiskan Waktu Bersama Keluarga Selama Musim Liburan
Victoria Beckham Unggah Foto Keluarga Bahagia di Miami Selama Liburan
Keluarga Tahanan KPK Manfaatkan Momen Kunjungan Natal
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Harus Mendapat Perhatian Serius
Transformasi Zakat di Era Digital: Kiprah Baznas Selama Dua Dekade (2001-2024)
Drama Nasib Honorer Pasca-UU ASN
Takdir Mahmoud Abbas Pascaperang Gaza
PLTN di Tengah Dinamika Politik dan Korupsi, Siapkah Indonesia Maju?
Setelah 30 Kali Ditolak MK
Dokter Buruh
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap