Sikapi Ketidakpastian lewat Interdisiplin Ilmu, UT Selenggarakan Seminar FUSION

UNIVERSITAS Terbuka (UT) melalui Sekolah Pascasarjana (SPs) UT menyelenggarakan seminar internasional inovatif Forum for University Scholars in Interdisciplinary Opportunities and Networking (FUSION) yang pertama. Acara dilakukan secara luring di Universitas Terbuka Convention Center (UTCC) serta daring melalui Zoom dan YouTube pada Kamis (5/12).
Tahun ini, tema yang diangkat adalah “Research Methodology in VUCA: Navigating Complexity and Diversity”. Tema ini menyoroti bagaimana peran metodologi penelitian dalam membantu menghadapi tantangan dalam dunia yang penuh dinamika dan ketidakpastian.
Ia juga membahas solusi untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs4 tentang pendidikan berkualitas untuk semua dan SDGs17 tentang kemitraan untuk mencapai tujuan global.
Forum ini menjadi wadah bagi para sarjana, peneliti, dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu dan profesional untuk bertukar ide, berdiskusi tentang tantangan terkini, serta merancang pendekatan inovatif demi tercapainya pendidikan yang inklusif dan berkualitas.
Direktur Sekolah Pascasarjana UT, Maman Rumanta, menyebut kegiatan ini merupakan salah satu upaya UT menuju universitas kelas dunia (world class university). Melalui penyelenggaraan FUSION, UT ingin mendorong para mahasiswa terutama S2 dan S3 untuk bisa mengikuti seminar nasional dan internasional.
“Ini adalah salah satu untuk mewadahi mahasiswa-mahasiswa yang kita wajibkan untuk melakukan seminar internasional,” kata Maman dalam konferensi pers di sela-sela kegiatan.
Ia menyebut kegiatan yang mengkolaborasikan berbagai disiplin ilmu ini cukup membanggakan dengan turut menampilkan perwakilan dari universitas luar negeri. Maman juga memastikan FUSION hanyalah salah satu seminar internasional yang digagas UT dalam rangka menuju universitas kelas dunia.
“Kalau FUSION kan interdisiplin, jadi berbagai disiplin ilmu kita hadirkan di sini. Sedangkan nanti untuk prodi-prodi tertentu juga biasa akan melakukan seminar internasional sesuai dengan keperluannya masing-masing,” jelasnya.
Dalam debut perdananya, FUSION melibatkan 18 perguruan tinggi negeri dan swasta sebagai co-host. Dari 18 perguruan tinggi ini, sebanyak 156 pemakalah akan bergabung baik secara luring maupun daring.
Melalui inisiatif ini, para peserta berkesempatan terlibat dalam diskusi kolaboratif yang memperkuat kemitraan akademik serta membuka jalan bagi penelitian interdisipliner. Sebagai apresiasi terhadap kontribusi akademik terbaik, FUSION 2024 memberikan penghargaan kepada enam best paper dan tujuh best presenter.
Ada dua sesi diskusi panel yang dihadirkan pada kegiatan FUSION. Sesi pagi dipandu oleh A. Hadian Pratama Hamzah. Dua pembicara sesi ini adalah Harjum Muharam dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, serta Amanda Reichelt-Brushett dari Faculty of Science and Engineering Southern Cross University Australia.
Sementara pada sesi diskusi panel siang dimoderatori oleh Bachtiar dan menghadirkan tiga pembicara. Mereka adalah yaitu Mohd. Na’eim Bin Ajis dari College of Law, Government & International Student Universiti Utara Malaysia, Oscar Odena dari School of Education University of Glasgow serta Maman Rumanta dari Sekolah Pascasarjana Universitas Terbuka.
Pada kesempatan yang sama, Harjum memaparkan bahwa VUCA (volatility, uncertainty, complexity, and ambiguity) yang menjadi aspek dalam tema FUSION ini menuntu adaptasi dari kondisi yang serba tak pasti. Dampak dari ketidakpastian ini, katanya, menyasar berbagai bidang.
Untuk itu upaya kolaboratif melalui riset interdisiplin perlu dilakukan. “Tindakan satu pihak itu akan berpengaruh dengan pihak-pihak yang lain. Riset-riset yang seperti itu semakin menarik, semakin dibutuhkan, dan menantang,” kata Harjum.
Ketua Panitia FUSION 2024 Astri Dwi Jayanti Suhandoko menyebut artikel yang dipresentasikan tidak hanya dari Indonesia, tapi juga beberapa negara seperti Nigeria, Malaysia, Chechnya, dan lain-lain.
“Harapan kami di tahun depan lebih banyak lagi teman-teman akademia dari luar Indonesia ikut bergabung dan mempresentasikan makalahnya,” katanya.
Selain FUSION, Hari ini UT juga melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Universitas Darul Ulum Islamic Centre Sudirman GUPPI. Penandatanganan MoU itu perihal Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Selain itu, terdapat tiga mitra yang menandatangani Memorandum of Agreement (MoA) dengan UT yaitu Universitas Batanghari Jambi, Universitas Bale Bandung, dan Universitas Putra Bangsa. (Z-9)
Terkini Lainnya
Wamendiktisaintek Minta Kampus Sediakan Prodi yang Sesuai Kebutuhan Lingkungan Sekitar
UKRIDA Rayakan Dies Natalis ke-58: Kolaborasi Unggul Antara Perguruan Tinggi, Industri, dan Pemerintah
Pakar Geologi UGM Tidak Setuju Usulan Pemberian Izin Usaha Pertambangan bagi Perguruan Tinggi
Rencana Pemberian Izin Tambang ke Perguruan Tinggi Dikritik
Kerja Sama Strategis Tingkatkan Kompetensi Digital di Lingkungan Kampus
UMY Duduki Posisi 801-1.251 Pemeringkatan Dunia Times Higher Education by Subject 2025
Guru dan Pedagogi Digital
Hati-Hati Sistem Penerimaan Murid Baru
Memaknai 102 Tahun NU dalam Percaturan Dunia
Penyehatan Tanah untuk Peningkatan Produktivitas Pertanian
Trumpisme dalam Tafsiran Protagorian: Relativitas dalam Ekonomi Global
PLTN di Tengah Dinamika Politik dan Korupsi, Siapkah Indonesia Maju?
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap