PM Sheikh Hasina Tinggalkan Bangladesh dengan Helikopter Militer
PERDANA Menteri (PM) Bangladesh Sheikh Hasina meninggalkan Dhaka dengan helikopter militer di tengah kekerasan yang meluas di negara tersebut. Dalam laporan terbaru dari media lokal Bangladesh, Sheikh Hasina telah berangkat ke India.
Namun, belum ada konfirmasi resmi tentang kepergian Hasina itu. Kantor media ProthomAlo mengatakan bahwa helikopter militer Hasina lepas landas dari Bangabhaban, kediaman resmi presiden Bangladesh pada pukul 02.30 waktu setempat, Senin (5/8).
ProthomAlo melaporkan mengutip sumber yang mengklaim bahwa Perdana Menteri Bangladesh berangkat ke Benggala Barat di India dengan helikopter. Ia ditemani oleh adik perempuannya Sheikh Rehana.
Baca juga : PM Bangladesh Sheikh Hasina Mundur setelah Didemo Berminggu-minggu
Sementara para pengunjuk rasa memaksa membuka gerbang Gono Bhaban dan memasuki kediaman perdana menteri sekitar pukul 15.00.
The Daily Star melaporkan ribuan orang mengikuti program Pawai ke Dhaka dari Gerakan Mahasiswa Antidiskriminasi di bundaran Mirpur 10 dan bergerak menuju Farmgate.
Panglima Angkatan Darat Jenderal Waker-Uz-Zaman yang diminta menyampaikan pidato di televisi telah diundur. Demikian disampaikan Hubungan Masyarakat AntarLayanan (ISPR) dilansir media Bangladesh, Daily Star.
Baca juga : Demonstrasi Tuntut PM Bangladesh Mundur Berujung Bentrok, Puluhan Tewas
Sebelumnya pada 3 Agustus, Gerakan Mahasiswa Antidiskriminasi mengumumkan satu poin tuntutan agar Hasina dan anggota kabinetnya mengundurkan diri. Nahid Islam, salah satu penyelenggara utama, mengumumkan tuntutan tersebut pada rapat umum di Central Shaheed Minar.
Pengumuman Gerakan Mahasiswa Antidiskriminasi muncul setelah PM Bangladesh Hasina mendesak para mahasiswa yang melakukan agitasi untuk duduk bersamanya di Gono Bhaban untuk mengakhiri kekerasan yang berfokus pada protes reformasi kuota. "Pintu Gono Bhaban terbuka. Saya ingin duduk bersama para siswa yang melakukan kerusuhan dan mendengarkan mereka. Saya ingin tidak ada konflik," katanya.
Hal tersebut disampaikannya dalam pertemuan dengan pimpinan pusat Paroki Peshajibi Somonnoy atau Dewan Koordinasi Profesi di Gono Bhaban pada Sabtu (3/8). Sementara itu, gerakan mahasiswa antidiskriminasi mengumumkan akan mengadakan program Pawai ke Dhaka hari ini untuk menyampaikan satu tuntutannya, yaitu pengunduran diri pemerintahan pimpinan Sheikh Hasina.
Baca juga : Demonstrasi Anti-Modi Tewaskan Lima Orang di Bangladesh
Mereka mendesak pelajar dan masyarakat di seluruh negeri untuk berpartisipasi dalam pawai ke Dhaka. Tiga koordinator gerakan ini, yakni Asif Mahmud, Sarjis Alam, dan Abu Baker Majumder, telah mengkonfirmasi demonstrasi mereka, The Daily Star melaporkan.
Awalnya, Pawai ke Dhaka dijadwalkan berlangsung pada Selasa. Namun, kemudian, aksi tersebut dijadwal ulang pada Senin (5/8).
Setelah krisis yang semakin meluas, Bangladesh mengumumkan penutupan kantor-kantor pemerintah dan swasta, termasuk bank, selama tiga hari. Para pelajar telah menjadwalkan perjalanan panjang hari ini, sehingga berpotensi bertabrakan dengan kelompok pro-pemerintah.
Baca juga : Lebih 10 Ribu Orang Ditahan dan 280 tewas di Bangladesh
Gelombang protes baru terjadi ketika para demonstran hanya mengajukan satu tuntutan, yakni pengunduran diri Hasina dan anggota kabinetnya. Pada saat yang sama, mereka juga memprakarsai kampanye nonkooperatif, menasihati masyarakat untuk tidak membayar pajak, dan pekerja migran untuk tidak mengirimkan uang ke kampung halaman mereka melalui sistem perbankan.
Setidaknya 93 orang dilaporkan tewas ketika gelombang kekerasan baru melanda Bangladesh. Lebih dari ribuan orang terluka, banyak di antaranya terkena peluru seperti dikutip Daily Star, Senin (5/8).
Situasi di Bangladesh menjadi lebih tegang setelah anggota Liga Awami yang berkuasa turun ke jalan untuk meredam demonstrasi antipemerintah, sehingga mengubah keadaan menjadi kekerasan. Protes di Bangladesh meletus karena tuntutan reformasi sistem kuota yang mencadangkan pekerjaan pegawai negeri untuk kelompok tertentu, termasuk keturunan veteran perang pada 1971.
Kerusuhan meningkat setelah para mahasiswa menentang kebijakan baru yang mengalokasikan pekerjaan pemerintah kepada keturunan pejuang kemerdekaan yang berujung pada kekerasan, termasuk serangan terhadap kantor pusat televisi pemerintah dan kantor polisi di Dhaka.
Channel 24 Bangladesh menyiarkan gambar kerumunan orang yang berlarian ke kediaman resmi perdana menteri di ibu kota, sambil melambaikan tangan ke kamera saat mereka merayakannya.
Visual yang disiarkan di saluran TV Bangladesh menunjukkan pengunjuk rasa menyerbu istana Hasina, membalikkan perabotan, menghancurkan panel kaca pintu, dan membawa buku serta barang-barang lain, termasuk ayam hidup. (Z-2)
Terkini Lainnya
Bangladesh Hadapi Krisis Likuiditas, Kemendag RI Terbitkan Imbauan
Bangladesh Minta India Pastikan Hasina Tetap Diam
Ketinggian Air Sungai-Sungai Utama Bangladesh Terus Turun
20 Orang Tewas akibat Banjir di Bangladesh
25 Negara dengan Populasi Terbanyak pada 2023
Lebih dari 2.000 Pengungsi Baru Rohingya Masuki Bangladesh
Amerika Serikat Desak Warganya Segera Tinggalkan Suriah
Festival Serak Gulo, Simbol Tradisi Keberagaman di Kota Padang
Petisi India Klaim Makam Sufi di Atas Kuil Dewa Siwa
Ke Dubai Sendiri, Aishwarya Rai Bercerai dengan Abhishek Bachchan?
Prabowo akan Datangkan Profesor hingga Dokter Spesialis dari India, Ini Kata Menkes
Ilmuwan India Laporkan Hasil Signifikan dari Misi Pengamatan Matahari Aditya-L1
Sakit Hati Politik
Jalan Lain Mengakhiri Korupsi
Pembangunan HAM di Indonesia sebagai Gerakan Transformasi Sosial
Realitas Baru Timur Tengah
Indonesia Kekurangan Dokter: Fakta atau Mitos?
Serentak Pilkada, Serentak Sukacita
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap