Bangladesh Minta India Pastikan Hasina Tetap Diam
KEPALA pemerintahan transisi Bangladesh Muhammad Yunus meminta India untuk memastikan mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina tetap diam. Maklum, pernyataan politiknya dapat menyebabkan ketidaknyamanan antara kedua negara tetangga tersebut.
Dalam wawancara dengan Press Trust of India, pada Kamis (5/9), Yunus mengatakan bahwa Sheikh Hasina yang melontarkan pernyataan politik dari India merupakan sikap tidak ramah. Menurut Yunus, ia harus tetap diam sampai Dhaka meminta ekstradisinya.
Hasina melarikan diri ke India pada 5 Agustus. Dia tinggal di India hingga saat ini, menyusul protes massal terhadap pemerintahan yang dijalankannya selama 15 tahun di Bangladesh.
Baca juga : 20 Orang Tewas akibat Banjir di Bangladesh
"Jika India ingin mempertahankannya sampai (pemerintah) Bangladesh menginginkannya kembali, syaratnya dia harus diam," kata Yunus.
Hasina tampaknya hanya memberikan satu wawancara kepada media yang menyatakan bahwa Amerika Serikat berada di balik pemecatannya.
Hasina mengatakan dia menolak menyerahkan Pulau Saint Martin kepada AS yang akan memberi pengaruh Washington atas Teluk Benggala, berdasarkan laporan harian India, Economic Times, pada Agustus. Namun AS membantah pernyataan Hasina.
Baca juga : Eks PM Bangladesh Tuding AS Turut Menggulingkannya terkait Pulau Saint Martin
Setelah jatuhnya pemerintahan Hasina, Yunus diangkat sebagai kepala pemerintahan transisi sampai pemilu baru diadakan. Yunus mengatakan Bangladesh menghargai hubungan yang kuat dengan India.
Namun, New Delhi bertindak melampaui narasi yang menggambarkan setiap partai politik lain kecuali Liga Awami sebagai kelompok Islamis dan negara itu akan berubah menjadi Afghanistan tanpa Sheikh Hasina.
Sementara itu, Penasihat Urusan Luar Negeri Md Touhid Hossain sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah akan meminta India untuk mengirim kembali Hasina dari India jika diperlukan oleh sistem hukum negara tersebut.
Baca juga : Ekonomi Bangladesh Terpukul Gejolak Politik
Banyak kasus, termasuk pembunuhan, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida diajukan terhadap Hasina dan pejabat pemerintahannya setelah pengunduran dirinya.
Adapun ketua komisi pemilihan umum dan empat komisioner lain dari pengawas pemilihan Bangladesh mengundurkan diri pada Kamis.
Ketua Komisi Pemilihan Umum Kazi Habibul Awal mengatakan bahwa pemilihan terakhir yang diadakan pada 7 Januari tahun ini yang memberikan Hasina masa jabatan keempat yang belum pernah terjadi merupakan kontroversial karena tidak inklusif secara politik. (Ant/Z-2)
Terkini Lainnya
Pawai Obor dan Tuntut Keadilan bagi Dokter yang Dibunuh
Institusi Kesehatan asal India Siap Transfer Teknologi ke Indonesia
Rumah Sakit India dan Indonesia Berkolaborasi demi Perkuat Sistem Kesehatan
Ekspansi ke Filipina dan India, Kopi Kenangan Gunakan Biji Kopi dari Indonesia
Peringati 75 Tahun Hubungan Diplomatik India-Indonesia Kedubes India Gelar Kompetisi Golf
Lebih dari 2.000 Pengungsi Baru Rohingya Masuki Bangladesh
Mantan PM Bangladesh Terjerat Kasus Kejahatan Kemanusiaan dan Genosida
Eks PM Bangladesh Tuding AS Turut Menggulingkannya terkait Pulau Saint Martin
Pemimpin Unjuk Rasa Bangladesh Ungkap Militer Takut Dukung Hasina
Ekonomi Bangladesh Terpukul Gejolak Politik
Pemerintah Harus Atasi Turunnya Jumlah Kelas Menengah
Prabowo dan Diplomasi Good Neighbors Policy di ASEAN
Biodiesel Sawit dan Ancaman Deforestasi
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
Transformasi BKKBN demi Kesejahteraan Rakyat Kita
Fokus Perundungan PPDS, Apa yang Terlewat?
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap