Penemuan Kereta Perang di Sinauli Bukti Kecanggihan Budaya OCP dalam Peradaban Kuno India
PENEMUAN di Sinauli menandai bukti pertama keberadaan kereta perang di anak benua India, menempatkan budaya kuno ini sebanding dengan peradaban kontemporer seperti Mesopotamia dan Yunani, di mana kereta perang sudah digunakan. Para arkeolog menemukan tiga kereta perang berukuran penuh, yang dihiasi dengan motif geometris tembaga.
Jari-jari roda kereta, dihiasi dengan segitiga tembaga, menunjukkan kereta ini tidak hanya digunakan untuk tujuan praktis tetapi juga melambangkan status dan kekuasaan. Desain dan keterampilan pembuatan kereta ini menyoroti keterampilan maju dari para pengrajin budaya OCP.
Sinauli, yang telah digali sejak 2005, merupakan bagian dari wilayah yang penting dalam sejarah kuno India. Budaya Tembikar Berwarna Oker (Ochre-Colored Pottery/OCP) berkembang antara 2000 dan 1500 SM di daerah pertemuan Sungai Gangga dan Yamuna.
Baca juga : Menggabungkan Misi Baru dan Lama untuk Melindungi Situs Arkeologi Kuno dari Luar Angkasa
Budaya ini sezaman dengan fase akhir Peradaban Lembah Indus, membuat penemuan ini semakin penting karena memberikan bukti adanya struktur sosial yang canggih, perdagangan, dan mungkin bahkan pertukaran budaya antara peradaban tetangga.
Salah satu penemuan paling menakjubkan adalah pemakaman kerajaan yang menampilkan peti mati kayu yang dihiasi dengan figur manusia tembaga, semuanya mengenakan helm dengan dua tanduk dan dihiasi dengan daun pohon suci beringin (Ficus religiosa). Pemakaman ini juga berisi dua kereta perang lengkap, helm tembaga, tongkat dekoratif, cambuk berornamen, serta manik-manik emas dan steatit, menunjukkan orang yang dimakamkan kemungkinan adalah seorang pemimpin militer berpangkat tinggi atau orang dengan status sosial yang signifikan.
Barang-barang kuburan, yang termasuk tembikar dan benda-benda upacara, menunjukkan bahwa masyarakat Sinauli sangat menekankan pada persiapan kehidupan setelah kematian.
Baca juga : Langkah Indonesia masih Mulus di Piala Suhandinata 2024
Penanggalan radiokarbon dari sisa-sisa organik, termasuk kayu dari peti mati dan kereta perang, mengonfirmasi usia situs ini, menempatkannya pada masa transisi antara Zaman Tembaga dan Perunggu di wilayah tersebut. Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Radiocarbon: An International Journal of Cosmogenic Isotope Research, temuan ini memperkokoh peran Sinauli dalam sejarah kuno, menempatkan budaya OCP sebagai salah satu pemain kunci dalam perkembangan awal teknologi perang di anak benua India.
Penggunaan analisis isotop memungkinkan para peneliti untuk lebih akurat menentukan tanggal pemakaman sekitar tahun 2000 SM, mendukung gagasan bahwa budaya ini mengembangkan strategi militer yang canggih pada saat Mesopotamia dan Yunani juga terlibat dalam kegiatan serupa.
Penemuan kereta perang di Sinauli sangat signifikan karena menantang asumsi sebelumnya tentang kemampuan teknologi anak benua India kuno. Sampai saat ini, belum ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa budaya India menggunakan kereta perang dalam peperangan.
Baca juga : India Jadi Lawan Indonesia di Perempat Final Piala Suhandinata
Pengungkapan ini tidak hanya menunjukkan penduduk Sinauli sangat terorganisir secara militer, tetapi juga mereka mungkin terlibat dalam konflik dengan budaya lain, mungkin sebagai bagian dari perdagangan atau sengketa wilayah.
Selain itu, penggalian tersebut mengungkapkan berbagai jenis pemakaman, termasuk pemakaman primer, sekunder, dan simbolik. Pemakaman primer berisi tubuh lengkap dalam posisi memanjang, sementara pemakaman sekunder berisi sisa-sisa kerangka yang telah terpapar elemen-elemen alam.
Pemakaman simbolik, yang berisi sisa-sisa hewan seperti anjing dan burung tetapi tanpa sisa-sisa manusia, mengisyaratkan pentingnya hewan-hewan ini dalam praktik penguburan.
Implikasi yang lebih luas dari penemuan Sinauli sangat mendalam. Kehadiran kereta perang, alat tembaga yang canggih, dan praktik penguburan yang rumit menunjukkan bahwa budaya Tembikar Berwarna Oker jauh lebih maju dari yang diperkirakan sebelumnya.
Penemuan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang hubungan antara budaya ini dan peradaban kontemporer lainnya, seperti di Mesopotamia, Mesir, dan Lembah Indus. (archaeologymag/Z-3)
Terkini Lainnya
Harta Karun Bangsawan Abad Pertengahan Ditemukan di Nekropolis Almalyk-Dere, Krimea
BRIN Temukan 958 Titik Lanskap Arkeologi di Gunung Penanggungan
Tulang Bayi Clovis 13.000 Tahun Lalu Ungkap Manusia Awal Amerika Makan Mamut
Penemuan Modifikasi Tanduk Domba Kuno di Hierakonpolis: Bukti Awal Praktik Pertanian Mesir Kuno
Penemuan Makam Kuno dengan 11 Pemakaman di Dekat Luxor oleh Tim Arkeologi Mesir-Amerika
Undang-Undang Cagar Budaya Dinilai Tidak Relevan, Ahli Desak Revisi
Sakit Hati Politik
Jalan Lain Mengakhiri Korupsi
Pembangunan HAM di Indonesia sebagai Gerakan Transformasi Sosial
Realitas Baru Timur Tengah
Indonesia Kekurangan Dokter: Fakta atau Mitos?
Serentak Pilkada, Serentak Sukacita
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap