visitaaponce.com

Warga Palestina semakin Sulit Bertahan Hidup di Gaza Utara

Warga Palestina semakin Sulit Bertahan Hidup di Gaza Utara
Situasi di dekat Kamp Shati yang menampung pengungsi Palestina di Kota Gaza sebelah barat, pada 7 Mei 2024.(AFP)

WARGA Palestina menghadapi kondisi yang semakin buruk untuk bertahan hidup di beberapa bagian Gaza utara yang dikepung oleh pasukan Israel. PBB menyebut hampir tidak ada bantuan yang dikirim dalam 40 hari karena terkendala izin masuk dari Israel.

PBB mengatakan semua upaya untuk mendukung sekitar 65.000 hingga 75.000 orang di Beit Hanoun, Beit Lahia, dan Jabalia bulan ini ditolak dan dihambat.

Badan-badan PBB merencanakan 31 misi ke wilayah-wilayah yang terkepung di Provinsi Gaza Utara, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA). 27 misi ditolak oleh otoritas Israel dan empat misi lainnya terhambat.

"Ini terjadi ketika Komite Peninjauan Kelaparan IPC mengatakan hanya 11 hari yang lalu bahwa beberapa wilayah di Gaza utara menghadapi risiko kelaparan yang mengancam dan bahwa tindakan segera diperlukan dalam hitungan hari, bukan minggu," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan di New York seperti dilansir BBC.

"Akibatnya, toko roti dan dapur di Provinsi Gaza Utara tutup, dukungan nutrisi untuk anak-anak dan wanita hamil dan menyusui terhenti dan pengisian bahan bakar untuk fasilitas air dan sanitasi terhenti sepenuhnya," imbuh Dujarric.

PBB mengatakan ada kemungkinan besar kelaparan akan segera terjadi di wilayah Gaza utara.

Sementara itu, diperkirakan 130 ribu orang  mengungsi ke wilayah pusat Gaza. PBB mengatakan sumber daya penting seperti tempat berlindung, air, dan perawatan kesehatan juga sangat terbatas di sana.

Bak kuburan
Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan, jalur Gaza telah menjadi kuburan bagi anak-anak di tengah serangan tanpa henti Israel terhadap wilayah tersebut.

"Gaza telah menjadi kuburan bagi anak-anak. Mereka dibunuh, terluka, dipaksa melarikan diri, dan terampas dari rasa aman, kesempatan untuk belajar, dan bermain," kata Lazzarini dalam sebuah pernyataan untuk memperingati Hari Anak Sedunia.

Israel melancarkan perang genosida terhadap Jalur Gaza setelah serangan Hamas tahun lalu, yang menewaskan hampir 44.000 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 104.000 orang.

Lazzarini mengatakan bahwa dunia telah berkomitmen untuk menghormati dan menegakkan hak-hak anak dengan mengadopsi Konvensi Hak Anak tiga dekade lalu.

"Mereka telah dirampas masa kecilnya dan hampir menjadi generasi yang hilang karena mereka kehilangan satu tahun ajaran lagi. Hari ini, hak-hak anak Palestina dilanggar setiap hari," lanjut Lazzarini.

Lazzarini juga membuat unggahan disertai foto dua anak yang tampak lelah di Gaza mengenakan pakaian compang-camping.

Gambar tersebut, yang diambil di sekolah yang dijalankan oleh UNRWA yang diubah menjadi tempat penampungan bagi keluarga pengungsi, menggambarkan penderitaan yang dialami anak-anak Palestina karena pendidikan dan keselamatan mereka terganggu oleh perang Israel.

Kepala UNRWA itu juga menyebutkan bahwa anak-anak Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat juga hidup dalam ketakutan dan kecemasan.

"Sejak Oktober tahun lalu, lebih dari 170 orang tewas di sana, sementara yang lainnya kehilangan masa kecil mereka di pusat penahanan Israel. Wilayah Palestina yang diduduki bukan tempat bagi anak-anak. Mereka pantas mendapatkan yang lebih baik, mereka pantas mendapatkan perdamaian, keadilan, dan masa depan yang lebih baik," cetusnya. (P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat