Warga Palestina semakin Sulit Bertahan Hidup di Gaza Utara
WARGA Palestina menghadapi kondisi yang semakin buruk untuk bertahan hidup di beberapa bagian Gaza utara yang dikepung oleh pasukan Israel. PBB menyebut hampir tidak ada bantuan yang dikirim dalam 40 hari karena terkendala izin masuk dari Israel.
PBB mengatakan semua upaya untuk mendukung sekitar 65.000 hingga 75.000 orang di Beit Hanoun, Beit Lahia, dan Jabalia bulan ini ditolak dan dihambat.
Badan-badan PBB merencanakan 31 misi ke wilayah-wilayah yang terkepung di Provinsi Gaza Utara, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA). 27 misi ditolak oleh otoritas Israel dan empat misi lainnya terhambat.
"Ini terjadi ketika Komite Peninjauan Kelaparan IPC mengatakan hanya 11 hari yang lalu bahwa beberapa wilayah di Gaza utara menghadapi risiko kelaparan yang mengancam dan bahwa tindakan segera diperlukan dalam hitungan hari, bukan minggu," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan di New York seperti dilansir BBC.
"Akibatnya, toko roti dan dapur di Provinsi Gaza Utara tutup, dukungan nutrisi untuk anak-anak dan wanita hamil dan menyusui terhenti dan pengisian bahan bakar untuk fasilitas air dan sanitasi terhenti sepenuhnya," imbuh Dujarric.
PBB mengatakan ada kemungkinan besar kelaparan akan segera terjadi di wilayah Gaza utara.
Sementara itu, diperkirakan 130 ribu orang mengungsi ke wilayah pusat Gaza. PBB mengatakan sumber daya penting seperti tempat berlindung, air, dan perawatan kesehatan juga sangat terbatas di sana.
Bak kuburan
Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan, jalur Gaza telah menjadi kuburan bagi anak-anak di tengah serangan tanpa henti Israel terhadap wilayah tersebut.
"Gaza telah menjadi kuburan bagi anak-anak. Mereka dibunuh, terluka, dipaksa melarikan diri, dan terampas dari rasa aman, kesempatan untuk belajar, dan bermain," kata Lazzarini dalam sebuah pernyataan untuk memperingati Hari Anak Sedunia.
Israel melancarkan perang genosida terhadap Jalur Gaza setelah serangan Hamas tahun lalu, yang menewaskan hampir 44.000 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 104.000 orang.
Lazzarini mengatakan bahwa dunia telah berkomitmen untuk menghormati dan menegakkan hak-hak anak dengan mengadopsi Konvensi Hak Anak tiga dekade lalu.
"Mereka telah dirampas masa kecilnya dan hampir menjadi generasi yang hilang karena mereka kehilangan satu tahun ajaran lagi. Hari ini, hak-hak anak Palestina dilanggar setiap hari," lanjut Lazzarini.
Lazzarini juga membuat unggahan disertai foto dua anak yang tampak lelah di Gaza mengenakan pakaian compang-camping.
Gambar tersebut, yang diambil di sekolah yang dijalankan oleh UNRWA yang diubah menjadi tempat penampungan bagi keluarga pengungsi, menggambarkan penderitaan yang dialami anak-anak Palestina karena pendidikan dan keselamatan mereka terganggu oleh perang Israel.
Kepala UNRWA itu juga menyebutkan bahwa anak-anak Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat juga hidup dalam ketakutan dan kecemasan.
"Sejak Oktober tahun lalu, lebih dari 170 orang tewas di sana, sementara yang lainnya kehilangan masa kecil mereka di pusat penahanan Israel. Wilayah Palestina yang diduduki bukan tempat bagi anak-anak. Mereka pantas mendapatkan yang lebih baik, mereka pantas mendapatkan perdamaian, keadilan, dan masa depan yang lebih baik," cetusnya. (P-3)
Terkini Lainnya
4.000 Truk Bantuan Kemanusiaan Siap Dialirkan ke Jalur Gaza
12.329 Pelajar Palestina Tewas Oleh Agresi Israel
Baznas RI Salurkan Bantuan Rp7 Miliar untuk Pengungsi Palestina Melalui UNRWA
Israel Biarkan Anak Gaza Mati Menggigil
Kepala UNRWA Sebut Israel Langgar Semua Aturan Perang di Gaza
Indonesia Sambut Pengesahan Resolusi PBB terkait Gencatan Senjata Gaza
Tentara Israel Bakar Rumah-rumah Warga Palestina di Jenin
Terungkap, Dukungan Rahasia AI Google untuk Israel Lebih Besar di Tengah Perang Gaza
17.000 Anak kehilangan Keluarga Mereka di Gaza
Serangan Israel di Jenin Memaksa Ratusan Pengungsi Mengungsi di Tengah Ketegangan Tepi Barat
Lebih dari 38.000 Anak Palestina Jadi Yatim Akibat Perang di Gaza
Israel Secara Paksa Gusur Warga Palestina di Jenin
Mendorong Keamanan Lingkungan sebagai Pilar Stabilitas Nasional
Cara Berpikir Manusia VS Artificial Intelligence: Apa Implikasi Perbedaannya?
Israel Negara Kepala Batu!
Trumpisme dalam Tafsiran Protagorian: Relativitas dalam Ekonomi Global
PLTN di Tengah Dinamika Politik dan Korupsi, Siapkah Indonesia Maju?
Setelah 30 Kali Ditolak MK
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap