Petisi India Klaim Makam Sufi di Atas Kuil Dewa Siwa
PENGADILAN India di negara bagian Rajasthan menerima petisi dari kelompok Hindu sayap kanan yang mengeklaim bahwa makam seorang Sufi dan filsuf Muslim yang dihormati berada di atas kuil untuk dewa Hindu, Siwa.
Penerimaan petisi oleh pengadilan pada Rabu (27/11) berarti pengadilan akan mendengarkan kasus tersebut dan akhirnya memutuskan makam Mu'in al-Din Chishti harus dinyatakan sebagai kuil Hindu atau tetap menjadi makam Chishti.
Kelompok sayap kanan di balik petisi tersebut, Hindu Sena, didirikan pada 2011 dan dipimpin oleh Vishnu Gupta. Aktivis kelompok tersebut merusak kantor Pakistan International Airlines di New Delhi, India, pada 2016.
Pada 2017, kelompok tersebut mengadakan pesta ulang tahun untuk merayakan Donald Trump, yang saat itu menjadi kandidat presiden, dengan menyebutnya sebagai juru selamat umat manusia.
Makam Mu'in al-Din Chisti, yang terletak di kota Ajmer, ialah salah satu tempat yang paling dihormati di kalangan umat Islam di India. Chishti ialah seorang filsuf dan mistikus Sufi abad ke-13, dan setelah kematiannya, makamnya menjadi situs yang dihormati.
Ia juga memperkenalkan tarekat Sufi Chishti ke anak benua India yang sekarang menjadi salah satu tarekat Sufi paling terkemuka di anak benua tersebut.
Petisi tersebut telah memicu kemarahan dari komunitas Muslim India, yang beberapa kali harus berhadapan dengan kelompok Hindu yang mencoba menghancurkan situs-situs Islam atas klaim bahwa situs-situs Hindu terkubur di bawahnya.
Kasus yang paling menonjol dari semua ini ialah Masjid Babri di Ayodha. Pada 1992, massa Hindu menghancurkan masjid abad ke-16 tersebut, yang memicu kerusuhan agama terburuk di India sejak kemerdekaan dan pemisahan.
Kerusuhan tersebut menewaskan lebih dari 2.000 orang. Sebagian besar dari mereka ialah Muslim.
Setelah proses pengadilan yang panjang, kuil Hindu yang didedikasikan untuk dewa Ram dibangun di atas masjid yang hancur. Kuil tersebut resmi dibuka pada Januari 2024.
Di India, di bawah Perdana Menteri Narendra Modi, gagasan Hindutva--yang terkadang dikenal sebagai nasionalisme Hindu--menjadi lebih populer, tetapi dengan mengorbankan kelompok minoritas, termasuk Muslim, Sikh, dan Kristen.
Organisasi hak asasi manusia telah menunjukkan beberapa contoh kebijakan anti-Muslim di India di bawah Modi, termasuk mencabut status otonomi khusus Kashmir yang mayoritas Muslim, menghancurkan properti Muslim, dan melarang jilbab di provinsi Karnataka, tempat Partai Bharatiya Janata Modi berkuasa. (MEE/Z-2)
Terkini Lainnya
Albania Ingin Dirikan Negara seperti Vatikan untuk Tarekat Sufi Syiah
10 Syair Cinta Allah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah
Sajak Cinta Allah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah Bagian II
Lima Puisi Cinta Allah Sufi Wanita Rabiah Al-Adawiyah
Presiden: Islam Moderat Memperkokoh Keberagaman
Pura Pertama di Belanda Diresmikan
Polisi India Tangkap Puluhan Orang setelah Bentrokan Mematikan di Sambhal
Ratusan Umat Hindu Gelar Upacara Abhiseka di Candi Prambanan
Keberagaman Indonesia: 6 Agama Resmi dan 187 Aliran Kepercayaan
Beri Apresiasi dan Motivasi, Ditjen Bimas Hindu Anugerahi Guru yang Berprestasi
Pendidikan Bermutu dan Kesejahteraan Guru
Belajar Kolaboratif
Membangun Kapasitas Biologi Komputasi untuk Kemandirian Bangsa
Indonesia Kekurangan Dokter: Fakta atau Mitos?
Serentak Pilkada, Serentak Sukacita
Menuju Pendidikan Tinggi Transformatif
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap