visitaaponce.com

15 Pandangan Grand Syekh Al-Azhar terkait Natal dan Gereja

15 Pandangan Grand Syekh Al-Azhar terkait Natal dan Gereja
Grand Syaikh al-Azhar, Kairo-Mesir, Ahmed Muhammad Ahmed El-Tayeb, menyampaikan pidato saat mengunjungi Pondook Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, beberapa tahun lalu.(Antara/Siswowidodo)

PADA Jumat 25 Desember 2020, Grand Syekh Al-Azhar Ahmed At-Tayeb menyampaikan selamat kepada Paus Fransiskus dan umat Kristen seluruh dunia, bertepatan dengan perayaan Hari Natal. Ada 15 pernyataan Grand Syekh Al-Azhar berbarengan dengan momen perayaan Hari Natal oleh umat Kristiani di seluruh dunia.

Meskipun sudah empat tahun lalu disampaikan, ada baiknya kita ulang kembali pandangan resmi Grand Syekh Al-Azhar Ahmed At-Tayeb terkait Natal. Pandangannya antara lain istilah ahli dzimmah sudah tidak ada di zaman sekarang. 

Selain itu, pemeluk Kristen ialah warga negara yang memiliki hak sama dengan warga negara pemeluk Islam. Ada pula disinggung tentang pendirian gereja dan masjid.

Dilansir dari sanadmedia.com, berikut 15 pandangan Grand Syekh Al-Azhar berbarengan dengan momen perayaan Hari Natal oleh umat Kristiani di seluruh dunia.

1. Suara yang melarang dan mengharamkan menyampaikan selamat dan tahniah kepada pemeluk agama Kristen yang merayakan Hari Natal adalah pemikiran ekstrem (keras) yang tidak ada pertaliannya dengan agama Islam.

2. Sejak dekade 1970-an abad 20 lalu, terjadi infiltrasi terhadap masyarakat Mesir, yang berdampak pada kehidupan umat Islam dan pemeluk Kristen.

3. Upaya infiltrasi itu mengalami kristalisasi menjadi yang kami sebut sebagai Kerahiban Baru Islam saat setiap muslim tidak akan berjalan kecuali dalam setiap langkah, ia bertanya halal dan haramnya.

4. Orang-orang yang mengharamkan mengucapkan tahniah kepada umat Kristen atas hari raya mereka tidak menelaah falsafah Islam tentang interaksi dengan yang lain di luar agama Islam.

5. Para pemeluk Kristen adalah orang-orang yang berbelas kasih dan lemah lembut. Sifat dan karakter ini akan terus ada dalam diri mereka hingga hari kiamat.

6. Al-Azhar Mesir sama sekali tidak merasa aib dan terhina dalam urusan pembangunan gereja (tempat ibadah).

7. Agama Islam tidak anti pendirian gereja. Tidak ada di dalam Al-Qur'an dan sunah, nash atau dalil yang mengharamkan pendirian gereja.

8. Tidak mungkin Al-Azhar melakukan intervensi untuk melarang dan mencegah pembangunan gereja.

9. Saya melihat rumah ibadah tidak memerlukan undang-undang yang mengatur pembangunan tempat ibadah.

10. Saya tidak setuju masjid didirikan di depan gereja, karena itu termasuk perbuatan menyakiti yang dilarang agama.

11. Sebagaimana saya tidak setuju gereja didirikan di depan masjid, karena tentu akan menyakiti perasaan umat Islam juga.

Baca juga: Al-Azhar Kecam Menlu Jerman Dukung Israel Bunuh Warga Gaza

12. Bumi Allah luas. Hendaknya masjid dibangun jauh dari gereja. Begitu pula hendaknya gereja dibangun jauh dari masjid.

13. Pendirian tempat ibadah satu agama berdekatan dengan tempat ibadah agama lain adalah tindakan menyia-nyiakan ibadah dan tidak memfungsikan peran gereja dan masjid sebagai tempat ibadah.

14. Tidak ada tuntutan dan perintah kepada saya sebagai seorang Muslim untuk melakukan penutupan gereja, memadamkan cahayanya, dan melarang pemeluk Kristen beribadah di dalamnya.

Baca juga : Yahya Sinwar Gugur, Al Azhar Mesir Mereka bukan Teroris

15. Yang dituntut dan diperintahkan kepadaku sebagai Muslim adalah jika sampai terjadi gangguan dan serangan terhadap gereja, aku akan membelanya.

Grand Syekh Al-Azhar gigih memperjuangkan gagasan kebangsaan dan nasionalisme di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya ialah konsep ahli dzimmah sudah tidak berlaku pad zaman sekarang. Gagasan kebangsaan ini dianggapnya sebagai asas hidup rukun bersama sebagai anak bangsa. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat