visitaaponce.com

Donald Trump Perintahkan Tekanan Maksimum terhadap Iran

Donald Trump Perintahkan Tekanan Maksimum terhadap Iran
Donald Trump dan Benjamin Netanyahu.(Dok Al-Jazeera)

PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan perintah eksekutif yang memberlakukan kembali kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran pada Selasa (4/2). Ini bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ke Gedung Putih.

Trump menyuarakan bahwa ia bimbang tentang penandatanganan perintah tersebut dan mengakui bahwa ia tidak senang melakukannya. Ia mencatat bahwa perintah eksekutif tersebut sangat keras terhadap Iran.

"Mudah-mudahan kita tidak perlu terlalu sering menggunakannya," kata Trump kepada wartawan.

Trump kemudian mengatakan kepada wartawan dalam konferensi pers bersama dengan Netanyahu bahwa ia yakin Iran hampir mengembangkan senjata nuklir, tetapi AS akan menghentikan Teheran yang kuat untuk memperolehnya.

"Mereka sangat kuat saat ini dan kami tidak akan membiarkan mereka mendapatkan senjata nuklir," kata Trump.

Perintah tersebut menginstruksikan Departemen Keuangan untuk melaksanakan tekanan ekonomi maksimum terhadap Iran melalui serangkaian sanksi yang ditujukan untuk menenggelamkan ekspor minyak Iran.

Pemerintahan pertamanya juga mengadopsi inisiatif tekanan maksimum terhadap Teheran. Ia mengeluarkan sanksi lebih besar dan penegakan hukum lebih keras atas pelanggaran.

Para anggota parlemen juga tertarik untuk memberikan tekanan yang lebih besar terhadap Iran. Misalnya, Senator Lindsey Graham, R-S.C., dan John Fetterman, D-Penn., bersama dengan para anggota parlemen di DPR, memperkenalkan resolusi pada Kamis yang menegaskan bahwa semua opsi harus tetap tersedia dalam menghadapi ancaman nuklir Iran.

Graham mengatakan dalam pernyataan pada pekan lalu itu bahwa jika Iran memperoleh senjata nuklir, itu akan menjadi salah satu peristiwa yang paling tidak stabil dan berbahaya dalam sejarah dunia.

Selain itu, Graham mengatakan menjelang kunjungan Netanyahu bahwa saat ini ialah saat yang tepat untuk menghilangkan ancaman nuklir Iran sekarang. AS harus mendukung Israel jika negara itu memilih untuk menghancurkan program nuklir Iran.

"Israel kuat. Iran lemah. Hizbullah, Hamas telah dihancurkan," kata Graham dalam sebuah wawancara dengan Fox News Sunday. 

"Mereka belum tamat, tetapi mereka telah dilemahkan. Dan ada peluang untuk menyerang program nuklir Iran dengan cara yang belum pernah saya lihat selama beberapa dekade. Dan saya pikir akan menjadi kepentingan dunia bagi kita untuk menghancurkan ancaman nuklir Iran selagi kita bisa. Jika tidak melakukannya, kita akan menyesalinya nanti." 

Sanksi ketat kembali diberlakukan terhadap Iran setelah Trump menarik diri dari kesepakatan Iran, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama, pada Mei 2018. Perjanjian tahun 2015 yang ditengahi di bawah pemerintahan Obama telah mencabut sanksi terhadap Iran dengan imbalan pembatasan pada program nuklir Iran. 

Trump mengisyaratkan pada Januari beberapa optimisme tentang mengamankan kesepakatan nuklir dengan Iran ketika ditanya dukungannya atas Israel menyerang fasilitas nuklir Iran. "Iran mudah-mudahan akan membuat kesepakatan. Maksud saya, mereka tidak membuat kesepakatan, saya kira itu juga tidak apa-apa," kata Trump. 

Perintah eksekutif lain yang ditandatangani Trump pada Selasa termasuk menarik AS keluar dari Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa dan memotong pendanaan untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). (Fox News/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat