visitaaponce.com

Agar Terhindar dari Pinjol, Unpad PSDKU Gelar Literasi Keuangan Bagi PSP di Pangandaran

Agar Terhindar dari Pinjol, Unpad PSDKU Gelar Literasi Keuangan Bagi PSP di Pangandaran
Para pekerja seks perempuan di Pangandaran mendapat pelatihan literasi keuangan(DOK/UNPAD)

AGAR terhindar dari jeratan pinjaman online (pinjol), Program Studi di Luar Kampus Utama Universitas Padjadjaran (PSDKU Unpad) mengadakan literasi keuangan bertajuk Mereta jalur kemandirian keuangan bagi
pekerja seks perempuan dalam upaya manajemen stress dan manajemen beban kehidupan (finansial femmes) di Kabupaten Panggadaran, Jawa Barat.

Dosen Fakultas Keperawatan Unpad sekaligus Ketua Tim Finansial Femmes Kurniawan mengatakan, pekerja seks perempuan (PSP) di Kabupaten Pangandaran harus memiliki kemampuan pengelolaan keuangan yang baik. Terutama agar tidak terjebak ancaman pinjol yang tengah merebak.

Hal ini dirasa penting karena kemandirian keuangan bagi PSP menjadi bagian dari upaya manajemen stress dan manajemen beban kehidupan.

“Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya manajemen stres yang efektif dan literasi keuangan untuk menciptakan kehidupan yang lebih sejahtera,” ungkap Kurniawan.

Menurut dia, kegiatan yang dilaksanakan di Kantor Desa Ciliang, Kecamatan Parigi-Kabupaten Pangandaran ini dihadiri oleh 18 orang PSP yang berdomisili di kawasan yang terkenal dengan beragam objek wisata pantai ini. Bersama sejumlah dosen dan mahasiswa di Fakultas Keperawatan dan Fakultas Administrasi Bisnis, para PSP diberikan materi tentang literasi keuangan.

“Pemberian materi ini merupakan tindak lanjut dari hasil temuan tim
sebelumnya. Prof Suryani dari  Fakultas Keperawatan dan Farisadri Fauzan dari Fakultas Administrasi Bisnis memberikan materi berdasarkan temuan riset mereka,” ujarnya.

Kegiatan ini, lanjut Kurniawan, dilaksanakan berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan oleh tim peneliti. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, didapatkan informasi bahwa PSP di Pangandaran pada dasarnya
ingin mencari pekerjaan lain yang lebih layak dan berpenghasilan yang pasti seperti berdagang.

Namun, mereka mengaku memiliki keterbatasan keterampilan dalam mengatur dan mengelola keuangan dan administrasi bisnis.

“Hal ini menjadi faktor penghambat PSP. Mereka sulit untuk keluar dari pekerjaannya. Para PSP menyatakan kegagalan tersebut menjadi penyebab stress dan meningkatnya beban hidup. Maka dari itu kegiatan ini
didasarkan pada masalah sasaran yaitu terkait dengan kurangnya literasi keuangan yang menimbulkan stres sehingga meningkatkan beban hidup,” papar Kurniawan.

Dia menambahkan, kegiatan ini disambut baik PSP peserta pelatihan. Salah seorang peserta mengaku senang karena bisa curhat tentang kesulitan yang dialami.  Selain itu, kegiatan ini memberinya kesempatan belajar mengelola keuangan dan stress yang kerap
dihadapi.

“Kalau sudah ada rezeki, kami ingin beralih profesi, seperti
ingin buka usaha sendiri yang halal entah itu berdagang, buka warung, atau bekerja yang bener di tempat yang lebih layak,” tutur Kurniawan menirukan ucapan seorang peserta.

Literasi keuangan ini didanai oleh Kemendikbud Ristek Dikti, melalui skema pendanaan hibah BIMA kemitraan Pemberdayaan Berbasis Masyarakat dalam ruang lingkup Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat 2024.

Rangkaian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan antara lain FGD lanjutan, Penyusunan Roadmap, Konsep Program Pemberdayaan, Referensi, modul literasi keuangan, modul manajemen stress dan manajemen beban, pembuatan video edukasi teknik manajemen stres dan manajemen beban, Pelatihan fasilitator, workshop, pendampingan dan evaluasi untuk keberlanjutan program.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Sugeng

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat