visitaaponce.com

Bayi Tabung Idealnya Dilakukan Sebelum Istri Berusia 35 Tahun

Bayi Tabung Idealnya Dilakukan Sebelum Istri Berusia 35 Tahun
Tingkat keberhasilan metode bayi tabung lebih tinggi bila dilakukan saat istri berusia di bawah 35 tahun.(Dok. Freepik)

METODE bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) menjadi salah satu solusi untuk pasangan suami istri yang mengalami gangguan kesuburan sehingga sulit punya anak. Bagi pasangan yang sudah menjalani pemeriksaan dan disarankan untuk menjalani IVF, sebaiknya jangan ditunda-tunda. Mengingat, faktor usia istri turut menentukan tingkat keberhasilan bayi tabung.

“Idealnya, proses bayi tabung dilakukan ketika istri masih di bawah usia 35 tahun. Sebab, seiring dengan bertambahnya usia perempuan, kuantitas dan kualitas sel telur akan menurun. Kualitas sel telur sangat berpengaruh pada keberhasilan bayi tabung,” ujar Dokter Konsultan Fertilitas-Endokrinologi Reproduksi dari Brawijaya IVF Center, dr. Mohammad Haekal, Sp.OG-KFER, pada seminar Update in Infertility Care, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan, ketika usia perempuan di bawah 35 tahun, angka keberhasilan bayi tabung mencapai 50-70 persen. Namun, ketika dilakukan di atas 35 tahun, angka keberhasilan itu menurun menjadi 20-30 persen.

Baca juga : Fertilisasi Sel Telur dan Sperma serta Kondisi Janin saat Hamil

Dokter Haekal menyarankan, pasangan yang sudah menikah dan berhubungan seksual secara teratur, namun tak kunjung terjadi kehamilan setelah 12 bulan menikah, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter. “Nanti akan digali akar permasalahannya dan dicari solusinya. Bisa jadi tidak perlu memakai metode bayi tabung, ada sejumlah cara yang bisa ditempuh, tergantung jenis gangguannya. Tapi, kalau memang diindikasikan untuk menjalani bayi tabung, sebaiknya jangan ditunda agar angka keberhasilannya tinggi,” papar dr. Haekal.

Teknologi Bayi Tabung Makin Berkembang

Sejak bayi hasil IVF/bayi tabung pertama lahir pada 1978 di Manchester, Inggris, teknologinya terus berkembang, termasuk di Indonesia. Kepala Tim Dokter Brawijaya IVF Center, dr. Luky Satria, Sp.OG-KFER, menjelaskan beberapa teknologi canggih tersebut.

Pertama, Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI), yaitu menyuntikkan sperma langsung ke dalam sel telur untuk keberhasilan pembuahan yang lebih tinggi. “Cara ini sesuai untuk pasangan yang kualitas spermanya kurang bagus,” kata dr. Luky.

Baca juga : Ini Daftar Tes Kesuburan untuk Pasangan yang Ingin Memiliki Anak

Kedua, Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidies (PGT-A) atau pemilihan embrio terbaik. Teknologi ini berfungsi untuk mendeteksi masalah kromosom pada embrio untuk mencegah terjadinya keguguran.

Ketiga, IVF Time Lapse Technology, yaitu teknologi untuk memonitor embrio secara kontinu untuk memastikan perkembangan optimal embrio. “Teknologi mutakhir ini tidak hanya memungkinkan tim medis dalam mengumpulkan data untuk memilih embrio terbaik, tapi juga untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan kehamilan dalam proses yang lebih efektif,” kata dr. Luky.

Pada kesempatan sama, Direktur Operasional Brawijaya Hospital Antasari dr. UF Bagazi, Sp.OG mengungkapkan, untuk meningkatkan kualitas layanan Brawijaya IVF Center, pihaknya menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Termasuk dengan menyelenggarakan seminar Update in Infertility Care yang menghadirkan peneliti bidang kedokteran reproduksi, Prof. dr. Budi Wiweko, Sp.OG-KFER serta Dr. Robert Fisher, MD, pelopor dan pendiri Fertility Center Hamburg, klinik IVF terbesar di Jerman.

“Jerman adalah salah satu negara pelopor program bayi tabung di dunia. Dokter Robert Fischer memberikan perspektif baru dalam upaya peningkatan layanan kami,” pungkas dr. Bagazi. (B-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eni Kartinah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat