visitaaponce.com

Mengenal Toilet Training pada Anak, Waktu Tepat, dan Tujuannya

Mengenal Toilet Training pada Anak, Waktu Tepat, dan Tujuannya
Ilustrasi penerapan toilet training(Freepik)

KETERLAMBATAN dalam memberikan edukasi toilet training pada anak dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan sosial.

Selain memengaruhi anak, dampak dari kurangnya kemampuan menggunakan toilet secara mandiri juga dirasakan oleh lingkungan sekitarnya.

Apa Itu Toilet Training?

Toilet training adalah proses pembelajaran bagi anak agar dapat buang air secara mandiri di toilet seperti orang dewasa.

Sebagai salah satu tahap penting dalam perkembangan anak menuju kemandirian, proses ini dilakukan sesuai dengan tahapan usia dan kesiapan anak agar hasilnya optimal.

Menurut Dokter Spesialis Anak dan anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Meitha Pingkan Esther usia toddler adalah fase yang ideal untuk memulai toilet training.

“Pada usia toddler, yaitu antara 12 hingga 36 bulan, anak akan lebih eksploratif terhadap lingkungan. Pada fase ini, mereka juga memasuki fase anal yang menjadi waktu tepat untuk memulai toilet training,” ujar dr. Meitha dalam Seminar Daring Media IDAI pada Selasa (24/12).

Usia Ideal untuk Memulai Toilet Training

Sebagian besar perkembangan fisiologis, kognitif, dan emosional yang mendukung toilet training terjadi antara usia 18 hingga 30 bulan. Namun, rata-rata anak tanpa autisme mulai dilatih toilet training pada usia sekitar 2 tahun 6 bulan.

Meski demikian, dr. Meitha menegaskan bahwa usia tidak bisa menjadi patokan utama untuk memulai toilet training. Setiap anak memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda, sehingga orang tua perlu menunggu tanda-tanda kesiapan tertentu pada anak.

“Walaupun anak sudah mencapai usia ideal untuk toilet training, tetapi jika tanda-tanda perkembangan belum terlihat, sebaiknya jangan memaksakan memulai proses ini,” tambahnya.

Tujuan Toilet Training

Toilet training bertujuan untuk melatih anak mengontrol buang air besar dan kecil di tempat yang sesuai. Selain itu, toilet training juga mengajarkan anak cara memakai celana kembali setelah buang air. Berikut adalah dua tujuan utama dari toilet training:

  1. Tercapainya Kontinensia: Anak mampu mengenali sensasi eliminasi, seperti keinginan buang air besar atau kecil.

  2. Penguasaan Perilaku Mandiri: Anak menguasai rangkaian perilaku yang diperlukan saat ke toilet, mulai dari mengenali sensasi buang air, menuju toilet, duduk, buang air, membersihkan diri, menyiram toilet, hingga mencuci tangan.

Waktu yang Tepat untuk Memulai

Selain usia dan tahapan perkembangan, kondisi anak juga menjadi faktor penting dalam memulai toilet training.

Meitha menyarankan untuk menghindari toilet training saat anak sedang sakit atau dalam situasi penuh tekanan, seperti baru pindah rumah, berganti daycare atau sekolah, atau ketika ada anggota keluarga baru.

“Proses toilet training sebaiknya dilakukan saat anak dalam kondisi bahagia dan nyaman sehingga mereka dapat belajar kemandirian dengan sukarela,” tutup Meitha.

Toilet training bukan sekadar mengajarkan anak buang air di tempat yang benar, tetapi juga mendukung perkembangan kemandirian mereka secara keseluruhan.

Dengan memperhatikan kesiapan fisik, emosional, dan kondisi anak, orang tua dapat membantu anak menjalani proses toilet training dengan lebih mudah dan menyenangkan. Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan dan apresiasi selama proses ini berlangsung. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat