Harga Gabah Anjlok, Petani Aceh Resah
PETANI padi di Provinsi Aceh sejak tiga pekan terakhir resah. Pasalnya harga gabang padi kering (GPK) panen di wilayah provinsi paling barat Indonesia itu turun drastis.
Padahal, di tengah fenomena alam El Nino sekarang ini, mereka lebih besar mengeluarkan modal untuk mengolah tanah. Contohnya, para petani harus melakukan penyemprotan pestisida dan perangsang tumbuh lebih sering dari biasanya.
Dari pantauan Media Indonesia, di Kabupaten Aceh Timur misalnya, harga gabah padi kering panen sudah anjlok memasuki Agustus dari sebelumnya Rp8.000 per kilogram, sekarang turun menjadi Rp6.500 per kilogram. Itu merupakan harga pembelian tingkat tengkulak (pedagang pengumpul) dari petani sawah.
Baca juga : Fenomena El Nino, Petani Aceh Bisa Panen Gadu 15 Ribu Hektare
Semantara pada pekan lalu, harga gabah baru panen itu masih bertahan pada posisi Rp7.000 per kilogram. Setelah harga turun lagi menjadi Rp6.500 petani semakin tidak bersemangat atau tampak lesu oleh kondisi ini.
Husaini, tokoh petani di Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, kepada Media Indonesia mengatakan seharusnya pemerintah baik melalui dinas pertanian atau satgas pangan melakukan penertiban terkait harga gabah. Hal itu penting untuk mencegah permainan pasar oleh pengusaha.
"Sudah menjadi kebiasaan kalau musim panen harga gabah anjlok. Padahal, hanya sebagian kecil saja yang musim panen. Ini tidak bisa dimaklumi oleh petani. Tapi karena pemerintah diam saja, perlakuan tidak memihak ke petani itu terus berjalan saban tahun," tutur Husaini dengan raut wajah kecewa.
Kondisi tidak jauh berbeda juga terjadi di kawasan Kabupaten Aceh Utara, Bireuen, Pidie Jaya, dan Kabupaten Pidie. Ironisnya lagi musim panen gadu (musim panen kedua) kali ini persis di tengah fenomena alam El Nino.
"Keuntungan dari bertani padi sawah sudah cukup sulit dalam kondisi seperti sekarang ini. Petani tidak bersemangat lagi menanam padi. Apalagi kaum muda yang mengira pergi ke sawah sawah pekerjaan paling rendah. Tugasnya berat dan hasilnya tidak setimpal," tambah Ridwan, petani di Kecamatan Indramayu, Kabupaten Pidie. (MR/J-3)
Terkini Lainnya
Mekanisasi Pertanian Jadi Solusi Jitu Tingkatkan Produksi Padi di Tangerang
World Bank Ungkap Pertumbuhan Hasil Panen Padi Indonesia masih Lemah
Kementan Dorong Petani Beradaptasi dengan Pemasaran Digital
856 Hektare Pertanian Padi di Kabupaten Bandung Terancam Gagal Panen
Lahan Eks Tambang Disulap Jadi Pertanian hingga Bisa Panen Raya
Militer Thailand Dituding Melanggar HAM
Harga Beras di Tasikmalaya Terus Meroket
Mencuri 2 Karung Gabah Padi, Pemuda di Cariu Bogor Diamuk Warga
Bulog Targetkan Serap Lebih 900 Ribu Ton Beras dari Dalam Negeri
Tindakan Bulog Membeli Beras dari Kamboja Dinilai akan Menekan Petani Lokal
Jaga Cadangan Pangan, Bulog Serap 700 Ribu Ton Beras Petani
Meninggikan Perguruan Tinggi
Bagaimana NU Bisa Mengurai Sejarah Kelam Tragedi 1965?
Pil(kadal) dan Kesadaran Kritis Rakyat
Pembangunan Manusia dan Makan Bergizi Anak Sekolah
Menunggu Perang Besar Hizbullah-Israel
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap