visitaaponce.com

Keluarga SMKN 4 Semarang Tidak Boleh Melihat Jenazah

Keluarga SMKN 4 Semarang Tidak Boleh Melihat Jenazah
Siman,70, kakek Gamma Rizkynata Oktafansy, siswa SMKN 4 Semarang, korban penembakan oleh polisi.(MI/Akhmad Safuan)

 

SUASANA duka masih terlihat jelas dari di raut wajah keluarga korban penembakan Gamma Rizkynata Oktafansy, 17, siswa SMKN 4 Semarang, Jawa Tengah. Mata mereka terlihat berkaca-kaca setiap kali menceritakan tentang almarhum yang meninggal akibat terjangan timah panas senjata api Aipda Robig Zaenudin, anggota Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Semarang.

Pembongkaran makam Gamma Rizkynata Oktafansy, korban penembakan di TPU Bangunrejo, Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, Jumat (29/11) untuk melengkapi bukti penyidikan diharapkan akan membuka tabir kematian korban. Apalagi keluarga tidak pernah diperbolehkan melihat jenazah almarhum sejak meninggal hingga dimakamkan.

Cuaca berawan Jumat (29/11) sore menyelimuti Kabupaten Sragen dan alunan doa berkumandang di tempat pemakaman umum (TPU) tempat peristirahatan terakhir Gamma Rizkynata Oktafansy setelah proses  ekshumasi selesai dan jenazah kembali dikuburkan di tempat itu.

"Saya tidak diperbolehkan memeriksa jenazah cucu saya. Hanya diperbolehkan melihat mukanya saja sebelum dibawa ke Sragen untuk dimakamkan," kata Siman, 70, kakek almarhum Gamma Rizkynata Oktafansy seusai pembongkaran makam.

Selain tidak boleh memeriksa jenazah, lanjut Siman, juga tidak ada pemberitahuan penyebab kematian korban dari pihak berwenang baik itu dokter di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi Semarang maupun kepolisian. Bahkan dia baru mendengar kasus itu setelah banyak teman sekolahnya dan orang-orang berdatangan untuk takziah.

Menurut Siman yang sehari-hari tinggal bersama cucunya tersebut, Gamma merupakan anak yang baik dan pendiam. Selain berprestasi di sekolah juga tidak pernah aneh-aneh, sehingga kaget ketika mendapat kabar meninggal dunia. "Dia pulang ke Sragen jika liburan sekolah atau lebaran saja," tambahnya.

Sementara Diah Pitasari, bude (kakak dari orang tua) Gamma mengatakan keluarganya sangat kaget ketika mendapat kabar meninggalnya keponakan yang dikenal sangat baik dan suka bermain dengan kucing saat di rumah.

Keluarga juga mengikhlaskan kematian almarhum. Namun ketika disebutkan Gamma adalah anggota gangster membuat seluruh keluarga dan teman-temannya tidak percaya. Karena selain baik dan pendiam juga merupakan siswa berprestasi dengan nilai akademis yang selalu bagus. "Maka kami kemudian menyetujui untuk pembongkaran makam guna pemeriksaan," imbuhnya.

Hal serupa juga diungkapkan Andrian, kakak kandung Gamma yang kecewa atas pernyataan-pernyataan yang menyebutkan seolah-olah almarhum adalah anak nakal dan jahat yang layak dihukum mati tanpa pengadilan oleh polisi, meskipun pada awalnya sudah mengikhlaskan kepergian Gamma untuk selamanya.

Awalnya keluarga semua iklas atas meninggalnya Gamma, demikian Andrian, tidak perlu lagi diperpanjang. Atas pertimbangan tersebut membuat pihak keluarga terkesan tertutup, bahkan cenderung menghindari awak media yang berusaha mencari informasi guna mengungkap duduk perkara kematian Gamma itu.

"Namun setelah disebut Gamma adalah anggota gangster dan anak nakal, kami kecewa karena itu jauh dari kenyataan, sehingga keluarga memutuskan untuk melaporkan kasus itu dan memperbolehkan pembongkaran makam almarhum," kata Andrian. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat