Hidup Seimbang, Tips Mengatasi Stres, untuk Kesehatan Mental yang Lebih Baik
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengonseptualisasikan kesehatan mental sebagai kondisi kesejahteraan di mana individu menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi bagi komunitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental yaitu genetik, pengalaman traumatis, isolasi sosial, ketidaksetaraan sosial ekonomi, stres dan tekanan hidup.
Stres merupakan masalah umum yang kerap terjadi di kehidupan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga usia lanjut. Pada usia dewasa, terbanyak usia 35 tahun, dan perempuan lebih banyak mengalami stres daripada laki-laki, karena perempuan menekan kebutuhan biologisnya secara lebih ketat, apalagi tidak didukung oleh coping mechanism yang baik.
Coping mechanism adalah strategi yang membantu orang mengatasi stres dan emosi tidak nyaman. Mekanisme koping ini dapat berupa reaksi emosional, perilaku, atau pola pikir yang digunakan individu. Tujuannya untuk mengurangi ketegangan dan mengatasi masalah yang dihadapi.
Baca juga : Dampak Judi Online terhadap Kesehatan Mental Menjadi Bahaya Laten
Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan berbagai gangguan, baik pada kesehatan fisik maupun mental, seperti cemas, depresi dan mania, yang mengganggu aspek kehidupan. Gejala-gejala cemas antara lain ketegangan motorik (gemetar, gelisah, nyeri kepala, bahu sakit), hiperaktivitas otonomik (sesak nafas, jantung berdebar, keringat sangat banyak, mual muntah), dan kewaspadaan berlebihan (mudah terkejut, irritable, sulit tidur).
Gejala-gejala depresi yaitu mood depresi, kehilangan minat dan rasa senang, merasa tidak bertenaga, perubahan pola tidur dan makan, merasa bersalah dan tidak percaya diri. Gejala klinis Mania yaitu mood yang elevasi (euphoric), ekspansif dan irritable.
Mania pada remaja, tanda-tanda yang bisa menyertai yaitu psychosis, penyalahgunaan alkohol atau zat lain, percobaan bunuh diri, masalah di sekolah, OCD (Obsessive Compulsive Disorder), keluhan somatik yang banyak, bertengkar, dan tingkah laku antisosial. Untuk penyakit-penyakitnya bisa didiagnosis banding sebagai Bipolar, gangguan kepribadian antisosial, dan skizofrenia.
Baca juga : Yuk Nikmati Mindfulness, Menikmati Setiap Momen Hidup
Gangguan mental, seperti depresi dan cemas (neurosis), sangat lazim di seluruh dunia dan merupakan kontributor utama terhadap morbiditas, disabilitas, dan kematian dini. Neurosis berat bisa menyebabkan tentamen suicide dan kecelakaan, bahkan efek jangka panjang bisa menimbulkan gangguan-gangguan kardiovaskuler, saluran nafas dan saraf yang meningkat, serta adanya kesulitan terapi yang disebabkan karena takut kecanduan dan ketidakteraturan minum obat.
Penyakit-penyakit gangguan mental antara lain Reaksi Stress Akut, Gangguan Penyesuaian, Gangguan Stres Paska Trauma (PTSD), Disosiatif/ konversi, Trans/ kesurupan, Gangguan Somatoform (keluhan-keluhan berupa gejala fisik yang berulang, permintaan pemeriksaan medik dengan hasil negatif, menyangkal keterkaitan faktor psikis terhadap keluhan), Fobia, Panic Attack, Gangguan Cemas Menyeluruh, Gangguan OCD.
Upaya untuk meningkatkan kesehatan mental yaitu mengatur pola hidup sehat, menjaga hubungan sosial, menghargai diri sendiri, menurunkan stres, menetapkan tujuan yang realistis, positif thingking, membatasi gadget dan medsos, meminta bantuan terutama profesional, membantu orang lain dan tertawa.
Terapi-terapi yang diberikan yaitu psikoterapi suportif (katarsis, persuasif, negosiasi, dan jaminan keamanan untuk pasien), dimana terapis akan memberikan dorongan untuk memperkuat coping mechanism dan mengurangi kecemasan; sleep hygiene, evaluasi diagnosis yang lengkap; rencana terapi yang juga memperbaiki kualitas hidup pasien; rawat inap; terapi psikososial; serta farmakoterapi.
Kesimpulan yang bisa diambil bahwa peran dukungan sosial, dengan memiliki support system yang kuat dapat memberikan dorongan, harapan, dan rasa pemberdayaan, bahkan dapat membantu mencegah atau mengurangi efek penyakit mental. (H-2)
Terkini Lainnya
Biar Tetap Waras, Ini Sembilan Tips Tingkatkan Kesehatan Mental
Remaja di Zaman Modern, Apakah Hidup Mereka Lebih Sulit dari Sebelumnya?
Kenapa Muka Tiba-Tiba Menjadi Sembab?
Ini Pertolongan yang Bisa Anda Berikan Jika Ada Rekan Kerja yang Stres
Ini Fitur di Galaxy Watch7 yang Bisa Kelola Stres
Cegah Depresi hingga Bunuh Diri, Anak Muda Jangan Memendam Masalah Sendiri
Baru 38% Puskesmas di Indonesia yang Punya Layanan Kesehatan Jiwa
Keluarga dan Lingkungan jadi Garda Terdepan Awasi Mahasiswa Depresi
Tekanan Akademis dan Tuntutan Sosial Berpotensi Membuat Mahasiswa Depresi
Ini Dampak Masalah Kejiwaan pada Pekerja
Keselamatan Pasien: Tanggung Jawab Profesi dan Kompetensi
Muhibah Ideologis Megawati ke Rusia dan Uzbekistan
Hizbullah Pasca-Nasrallah dan Hasyim Sofiyuddin
Pemerintahan Baru dan Reformasi Pemilu
Pembangunan Manusia dan Makan Bergizi Anak Sekolah
Menunggu Perang Besar Hizbullah-Israel
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap