Akuntansi Berkelanjutan di Indonesia Bukan Cuma Soal Uang, Tapi Masa Depan
SUSTAINABLE accounting atau akuntansi berkelanjutan semakin sering menjadi perbincangan di kalangan profesional keuangan, akademisi, dan pemangku kepentingan global. Hal ini bukan tanpa alasan, karena praktik akuntansi konvensional yang hanya berfokus pada kinerja keuangan sering kali mengabaikan dampak lingkungan dan sosial.
Dalam era di mana krisis iklim, kesenjangan sosial, dan degradasi lingkungan semakin mengkhawatirkan, urgensi akuntansi berkelanjutan menjadi jelas. Sustainable accounting memungkinkan perusahaan untuk mengukur dan melaporkan dampak non-keuangan, seperti emisi karbon dan penggunaan sumber daya alam. Dengan demikian, perusahaan dapat mengambil tanggung jawab lebih besar terhadap keberlanjutan, yang bukan hanya berdampak positif pada reputasi mereka, tetapi juga menjawab tuntutan regulasi dan ekspektasi konsumen yang semakin peduli terhadap isu-isu lingkungan.
Urgensi sustainable accounting terkait dengan peluang strategis, perusahaan yang mengadopsinya cenderung lebih adaptif terhadap perubahan pasar dan regulasi global, yang bergerak menuju ekonomi hijau. Oleh karena itu, implementasi sustainable accounting tidak hanya menjadi kebutuhan, melainkan langkah strategis yang harus segera diambil untuk menjaga relevansi dan keberlanjutan bisnis.
Baca juga : Apakah yang Dimaksud dengan Saldo? Berikut Penjelasannya
Bertolak belakang dengan urgensi akuntansi berkelanjutan di era modern ini, pengetahuan terkait konsep tersebut di Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan survei yang dilakukan di dalam riset eksperimen terkait Green Finance Policy dan Green Accounting, dengan melibatkan 100 mahasiswa sebagai sampel, hanya 10% yang sudah memiliki pemahaman tentang akuntansi berkelanjutan.
Angka ini menunjukkan, bahwa sebagian besar mahasiswa yang merupakan calon tenaga kerja dan pemimpin masa depan di berbagai sektor masih belum memahami pentingnya akuntansi yang mencakup aspek lingkungan dan sosial, selain aspek keuangan. Rendahnya pengetahuan ini, bisa berdampak pada lambatnya adopsi praktik berkelanjutan di perusahaan-perusahaan, yang pada akhirnya berpotensi memperlambat upaya menuju ekonomi hijau dan Indonesia Emas 2045.
Sebagai negara yang dihadapkan pada tantangan perubahan iklim dan degradasi lingkungan, pemahaman yang lebih luas tentang akuntansi berkelanjutan sangat diperlukan, agar sektor ekonomi dan bisnis Indonesia mampu beradaptasi dengan tuntutan global yang semakin menekankan pentingnya keberlanjutan.
Baca juga : Kemenkeu Paparkan Ketahanan Keuangan di Edukasi Publik SW Indonesia
Selain itu, akuntansi berkelanjutan di Indonesia kini bukan sekadar urusan laporan keuangan, melainkan tanggung jawab moral untuk masa depan bangsa. Di tengah derasnya arus global yang semakin menekankan pentingya keberlanjutan, sektor ekonomi dan bisnis Indonesia menjadi sasaran yang harus siap beradaptasi dengan standar baru yang tidak hanya diukur dengan profit, tetapi dampak sosial dan lingkungan.
Akuntansi keberlanjutan memastikan bahwa aktivitas bisnis tidak hanya melihat keuntungan bagi perusahaan, tetapi arah akuntansi keberlanjutan ditujukan untuk pembangunan berkelanjutan (SDGs). Dengan mengimplementasikan, Indonesia akan lebih siap menghadapi tantangan global, mampu bersaing, sekaligus tonggak pembangunan ekonomi yang lebih inklusif dan ramah lingkungan menuju Visi Indonesia Emas 2045.
Hal ini tidak bisa berjalan tanpa adanya sinergi. Perusahaan dan pelaku bisnis memegang peran utama dalam mengintegrasikan praktik keberlanjutan ke dalam laporan keuangan mereka. Namun, hal yang penting pemerintah harus mensupport melalui regulasi dan kebijakan yang mendorong transparansi serta akuntabilitas terkait aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
Di sisi lain, akuntan dan auditor sebagai pihak yang berkompeten memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan tersebut sesuai dengan standar internasional, dan mencerminkan dampak yang sebenarnya. Sinergi ini diperkuat oleh peran investor dan lembaga keuangan yang semakin mempertimbangkan keberlanjutan dalam keputusan investasi dan pendanaan.
Selain itu, masyarakat dan konsumen berperan dalam mendorong perubahan dengan memilih produk dan layanan yang lebih etis dan ramah lingkungan. Dengan kerja sama yang harmonis antara semua pihak, akuntansi berkelanjutan dapat berfungsi sebagai pilar penting dalam membangun ekonomi Indonesia yang lebih tangguh menuju Indonesia Emas 2045.
Terkini Lainnya
Merayakan Keluarga dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Jastiper
Sidang terhadap 115 Dakwaan Pelanggaran Keuangan oleh Manchester City Mulai Digelar
Populasi Kelas Menengah di Indonesia Menyusut, Ini Panduan Keuangan Praktis untuk Anda
BNI dan IKA Trisakti Kolaborasi Perluas Ekosistem Keuangan Kampus
Usut Dugaan Penyelewengan Keuangan, Bareskrim Datangi Lokasi PON Aceh-Sumut
Pertautan Muslim Indonesia dan Tiongkok Menyambut 75 Tahun Hubungan Diplomatik Dua Bangsa
75 Tahun Tiongkok dan Ambisi Globalnya Langkah Strategis Indonesia
Menyiapkan Generasi Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Pembangunan Manusia dan Makan Bergizi Anak Sekolah
Menunggu Perang Besar Hizbullah-Israel
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap