Awas Israel Kalap
BEBERAPA tahun yang lalu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengeluarkan pernyataan bahwa kepemimpinan adikuasa Barat sudah tidak mampu lagi mengatur konstelasi sosial politik dunia seperti sebelumnya. Hal itu ditandai dengan bangkrutnya sistem demokrasi Barat di negara-negara penganut demokrasi Barat di berbagai negara di dunia, terutama Amerika Serikat dan Inggris.
Sejak mengeluarkan kritik pedas ke negara-negara Barat tersebut, tiba-tiba saja Iran seolah-olah 'tidur', absen berkiprah di blantika politik internasional. Hal itu menarik perhatian penulis sebagai pemerhati sosial politik, mengapa tiba-tiba Iran diam seribu bahasa yang ternyata ada sesuatu di balik kondisi tersebut.
Benar saja apa yang menjadi perkiraan penulis ternyata selama 'tidur' ilmuwan-ilmuwan Iran sedang mempersiapkan sebuah senjata mutakhir berupa pesawat-pesawat nirawak (drone), yang dilengkapi rudal-rudal modern berbahan ticonal yang mampu menembus dinding baja setebal beberapa cm.
Benar saja, ketika persiapan tersebut sudah rampung, termasuk uji cobanya, Iran secara mendadak menyerang ibu kota Israel Tel Aviv yang dibangga-banggakan bahwa sistem pengamanan iron dome tak mungkin ditembus rudal-rudal dengan tipe apa pun.
Nyatanya serangan drone dengan rudal-rudal modern Iran berhasil menjebol kubah baja Israel sehingga ibu kota Israel Tel Aviv mengalami kerusakan parah. Walaupun demikian, Israel menyatakan serangan Iran tersebut tidak separah yang digembar-gemborkan, nyatanya Bandara Udara Militer Israel tetap dapat beroperasi sebagaimana biasanya.
Walaupun demikian, keberhasilan Iran menghancurkan kubah baja (iron dome) Israel membuat pukulan psikologis yang sangat mendalam bagi Israel. Karena hal itu, dua jenderal andalan mereka menyatakan mengundurkan diri karena merasa bertanggung jawab atas berhasilnya serangan dadakan Iran tersebut. Israel secara arogan tetap saja menepuk dada akan mengadakan serangan balasan, yang akan memorak-porandakan Palestina hingga menggigit debu!
Sebagaimana biasa untuk mempersiapkan serangan balasan tadi Israel berpura-pura menerima baik anjuran dunia internasional, agar diadakan gencatan senjata dan perundingan bilateral antara Israel dan Palestina di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dalam kesempatan adanya 'jeda' waktu tersebut badan intelijen mereka, Mossad, dengan Divisi Tzomet mereka, melakukan rekrutmen agen-agen baru baik di Israel maupun luar negeri. Mungkin saja terjadi juga di Indonesia (?!).
Setelah segala sesuatunya rampung, mulailah Israel menghantam Gaza bahkan Palestina dengan serangan-serangan membabi buta tanpa pilih bulu apakah itu instalasi militer, rumah sakit, permukiman sipil, dan lain sebagainya. Seluruh operasi tersebut diinstruksikan dengan satu komando; hancur leburkan Palestina!
Serangan membabi buta itu tidak saja ditujukan ke Palestina, bahkan merambah-rambah ke Libanon dan negara-negara tetangga lainnya dengan menggunakan senjata pamungkas terbaru mereka, yaitu unit 8200! Hingga saat ini korban yang jatuh diperkirakan berjumlah 41 ribu jiwa.
Namun, rakyat Palestina menolak untuk takluk pada Israel walaupun Israel nyata-nyata dibantu secara militer oleh Amerika dan konco-konco mereka. Palestine will not go down! Begitu semboyannya.
Sikap tegas Indonesia
Dalam menghadapi kekalapan Israel, sangat melegakan hati kita kekuatan patriotis Sukarnois dengan adanya pernyataan dari Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi yang tegas-tegas menyatakan Indonesia dalam situasi apa pun harus tetap mendukung Palestina apa pun konsekuensinya.
Suatu pernyataan yang gagah berani meneladani sikap proklamator Bung Karno yang menyatakan memang Indonesia ialah sebuah negara yang cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan.
Banyak hal yang dapat Indonesia lakukan untuk membantu Palestina, antara lain melalui forum-forum internasional seperti Solidaritas Asia-Afrika melalui Gerakan Nonblok yang antineokolonialisme.
Melaksanakan Konferensi The New Emerging Forces (Conefo), yang beberapa dekade yang lalu belum terlaksana. Belum lagi adanya hubungan diplomatik antara diplomat-diplomat Indonesia dan Palestina dan negara-negara pendukung Palestina.
Singkat cerita kekalapan Israel harus kita hadapi dengan ajaran Bung Karno, yaitu dengan menggunakan ordinary military strategy plus mass struggle. Insya Allah, zionisme akan tumpas menghadapi tesis di atas.
Terkini Lainnya
Sejarawan Dunia asal Israel Simpulkan Negaranya Lakukan Genosida di Gaza
PM Kanada Dituding Abaikan Genosida di Jalur Gaza
Ingatkan Donald Trump, Hamas: Dengarkan Suara Publik Amerika Serikat
Malaysia Godok Resolusi untuk Tendang Israel dari PBB
Pelapor Khusus PBB: Jangan Sebut Perang, ini Genosida Gaza
Setahun Genosida Gaza dan Hancurnya Hukum Humaniter
Blinken Sebut Pembicaraan Nuklir dengan Iran tidak Dapat Berlangsung tanpa Batas
Raisi Tolak Bertemu Biden tapi Ingin Hubungan dengan Saudi
Presiden Terpilih Iran Ebraham Raisi si Juaranya Orang Miskin
Dua dari Tujuh Kandidat Mundur dari Pilpres Iran
Presiden Iran Desak Kompetisi Lebih Menantang pada Pilpres Juni
Rumi, Perempuan, dan Kesehatan Mental: Refleksi Haul Ke-750 Rumi
Profesor Kehormatan
Organisasi Masyarakat dan Tuberkulosis
Realitas Baru Timur Tengah
Indonesia Kekurangan Dokter: Fakta atau Mitos?
Serentak Pilkada, Serentak Sukacita
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap