Babak Baru Eksplorasi Rupiah Digital
MENJELANG akhir 2024, Bank Indonesia telah menyelesaikan tahapan proof of concept rupiah digital. Proof of concept merupakan sebuah proses untuk menguji kesiapan teknologi yang mendukung pengembangan model bisnis rupiah digital. Sejak 2022, Bank Indonesia, melalui Proyek Garuda, telah melakukan eksplorasi pengembangan central bank digital currency (CBDC) di Indonesia yang disebut rupiah digital.
MI/Seno
Tren pengembangan CBDC global
Masa depan bank sentral kini berada di persimpangan, menghadapi disrupsi mata uang resmi akibat inovasi teknologi, terutama dengan munculnya private digital currency atau sering disebut crypto assets dan stablecoins. Komunitas bank sentral global tidak tinggal diam.
Pertemuan Group of Twenty (G-20) di Saudi Arabia (2020), Italia (2021), dan termasuk Presidensi G-20 Indonesia (2022) memandatkan Financial Stability Board (FSB), Bank for International Settlements (BIS), International Monetary Fund (IMF), dan Bank Dunia untuk mengkaji dan merekomendasikan langkah-langkah yang diperlukan dunia internasional untuk merespons perkembangan digital currencies, termasuk pengembangan CBDC. Survei BIS pada 2023 (Di lorio et al, 2024) menunjukkan 81 bank sentral global terlibat aktif dalam pengembangan CBDC dengan tahapan bervariasi, mulai tahap penelitian, proof of concept, hingga piloting.
Sebagai sesuatu yang benar-benar baru, pengembangan CBDC bukan merupakan perkara yang mudah bagi bank sentral. Bank sentral perlu merumuskan dan menavigasi desain CBDC secara terukur dan berimbang antara asas manfaat dan pengelolaan implikasi risikonya. Desain CBDC harus memprioritaskan kepentingan publik dan tugas bank sentral.
Layaknya uang kertas yang memiliki desain dan unsur pengaman berbeda di setiap negara, desain rupiah digital perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik ekosistem sistem pembayaran Indonesia.
Opsi pengembangan dapat berupa retail CBDC, yaitu mata uang digital yang langsung bisa diakses dan berdampak kepada masyarakat. Opsi kedua ialah wholesale CBDC, yaitu mata uang digital yang digunakan untuk transaksi antarbank dan lembaga keuangan lain. Wholesale CBDC umumnya lebih populer di negara-negara maju yang pasar keuangannya dalam dan tingkat inklusi keuangannya sudah tinggi. Sebaliknya, retail CBDC umumnya populer di negara-negara berkembang yang pasar keuangannya belum maju dan tingkat inklusi keuangannya masih rendah (Maryaningsih et al, 2022).
Sebagaimana disebutkan dalam white paper Proyek Garuda, pengembangan rupiah digital akan dimulai dengan wholesale pada tahap awal yang menjadi fondasi dari tahapan pengembangan retail dan wholesale rupiah digital.
Di lorio, Kosse, and Mattei (2024) mencatat sepanjang 2023 pengembangan CBDC mengalami kemajuan yang signifikan, yang mana persentase bank sentral di negara-negara maju yang menjalankan proof of concept (81%) atau piloting (33%) meningkat tajam ketimbang tahun sebelumnya (masing-masing 60% dan 10%).
Menurut Cambridge Centre for Alternative Finance (2024), tren eksplorasi CBDC oleh bank sentral dalam dua hingga tiga tahun terakhir lebih mengarah ke wholesale CBDC, meninggalkan retail CBDC. Berdasarkan laporan tersebut, hanya tiga negara yang sudah mengimplementasikan retail CBDC, yaitu Bahama, Tiongkok, dan Nigeria.
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa kemungkinan bank sentral akan menerbitkan wholesale CBDC dalam enam tahun ke depan lebih besar daripada kemungkinan mereka akan menerbitkan retail CBDC. Memperhatikan tren itu, pengembangan CBDC di Indonesia, yaitu eksplorasi rupiah digital, yang fokus pada wholesale di fase awal sudah selaras dengan tren global.
Babak baru
Proof of concept rupiah digital merupakan tahap pengujian secara komprehensif mencakup aspek teknis yang kritikal, keamanan transaksi, serta interoperabilitas dengan sistem pembayaran dan infrastruktur keuangan yang ada. Ketiga aspek yang penting untuk diuji guna memastikan bahwa sistem yang dikembangkan mampu menghadirkan layanan yang efisien, aman, dan andal.
Secara lebih teknis, proof of concept rupiah digital menguji pemanfaatan platform teknologi berbasis distributed ledger technology (DLT), yaitu sebuah sistem teknologi informasi yang melakukan pencatatan transaksi secara terdistribusi. Pengujian terhadap platform DLT itu dilakukan untuk pendetailan proses bisnis, pengujian teknis juga dilakukan pada kedua platform yang mencakup aspek resiliensi, privasi, dan performa.
Pengujian dilakukan melalui 55 skenario untuk menjawab tiga pertanyaan kunci: bagaimana DLT dapat dimanfaatkan untuk mengimplementasikan model bisnis wholesale rupiah digital? Apa manfaat dan nilai tambah dari diimplementasikannya smart contract pada wholesale rupiah digital cash ledger? Bagaimana wholesale rupiah digital cash ledger dapat terhubung dengan sistem konvensional, sistem internal Bank Indonesia, transaksi antarnegara, dan DLT lainnya berdasarkan prinsip integrasi, interoperabilitas, dan interkoneksi?
Hasil pengujian menunjukkan bahwa platform DLT dapat memenuhi seluruh skenario pengujian dan menjawab seluruh pertanyaan kunci. Pertama, DLT dapat mendukung implementasi wholesale rupiah digital cash ledger dengan baik. Kedua, smart contract menawarkan nilai tambah berupa fleksibilitas pengembangan rupiah digital dan efisiensi transaksi. Ketiga, DLT dapat terhubung dengan sistem konvensional menggunakan standar yang ada dan ke sistem lainnya menggunakan standar ISO 20022. Proof of concept juga menunjukkan bahwa terdapat area potensial yang dapat dieksplorasi lebih lanjut terkait dengan privasi, manajemen likuiditas, dan penempatan multivalidator.
Keberhasilan proof of concept ini menandai babak baru eksplorasi rupiah digital. Tahapan ini memungkinkan Bank Indonesia untuk mengidentifikasi dan mengelola berbagai risiko yang mungkin timbul dari implementasi rupiah digital, seperti risiko privasi, manajemen likuiditas, dan keamanan data.
Pengembangan rupiah digital terus berlanjut ke eksplorasi yang lebih luas terkait dengan securities ledger dengan cakupan pengembangan model bisnis, pengujian fisibilitas, interoperabilitas dengan aset digital lain, dan eksplorasi keunggulan yang dapat dimaksimalkan dari implementasi digital securities.
Dalam proses pengembangan eksplorasi rupiah digital Bank Indonesia, dilakukan secara berhati-hati dan senantiasa berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan solusi yang dihasilkan memenuhi kebutuhan semua pemangku kepentingan.
Bank Indonesia terus mempersiapkan infrastruktur yang diperlukan dalam rangka pengembangan rupiah digital. Dengan demikian, selesainya proof of concept ialah langkah krusial untuk memastikan rupiah digital dapat diimplementasikan dengan sukses dan memberikan manfaat maksimal bagi perekonomian Indonesia.
Terkini Lainnya
BI Beberkan Progres Rupiah Digital
Pengembangan Rupiah Digital Kuatkan Ekosistem Blockchain di Indonesia
Mengirim Rupiah Digital Hingga Pelosok Negeri
Menggagas (Re)posisi Santri sebagai Penggerak Kesejahteraan Sosial
Tinjauan Kekuatan Jejaring People to People Relations RI-Korsel Dari Darurat Militer ke Darurat Demokrasi
Guru Hebat Indonesia Kuat: Kunci Peningkatan Kualifikasi dan Kesejahteraan untuk Pendidikan Berkualitas
Pasang-Surut Pendidikan Perempuan di Arab Saudi
Bangkitnya BRICS dan Pudarnya Pesona Politik AS di Pentas Global
RUU Sisdiknas dan Harapan Mewujudkan Pendidikan Holistik
Bahaya Mengancam Anak di Ranah Daring
Penghancuran Kreatif
Trumpisme dalam Tafsiran Protagorian: Relativitas dalam Ekonomi Global
PLTN di Tengah Dinamika Politik dan Korupsi, Siapkah Indonesia Maju?
Setelah 30 Kali Ditolak MK
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap