visitaaponce.com

Memperingati Hari Kanker Sedunia

Memperingati Hari Kanker Sedunia
(Dokpri)

PADA 4 Februari 2025, dunia kembali memperingati Hari Kanker Sedunia. Ini momentum penting untuk mengevaluasi upaya kolektif dalam melawan salah satu tantangan kesehatan terbesar umat manusia. Pada peringatan ini, Indonesia meluncurkan Rencana Kanker Nasional 2024-2034, langkah bersejarah penting setelah hampir delapan dekade kemerdekaan. Rencana ini bertujuan mengurangi angka insidensi kanker, meningkatkan kesintasan pasien, serta mewujudkan sistem penanganan kanker yang holistik melalui pencegahan, deteksi dini, pengobatan, dan dukungan sosial.

Meski kanker bukan sekadar penyakit medis, akan tetapi memengaruhi aspek sosial, emosional, dan finansial, serta menjadi ujian bagi sistem kesehatan, keluarga, dan komunitas. Sementara, tantangan besar seperti keterbatasan infrastruktur, ketimpangan akses, serta rendahnya kesadaran masyarakat masih harus segera diatasi. 

Peluncuran rencana ini menuntut komitmen kolektif dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan visi yang lebih inklusif, serta berkelanjutan. Sampai sejauh mana tantangan menjadikan kanker bukan hanya ancaman yang perlu ditakuti, akan tetapi juga peluang untuk memperkuat solidaritas kemanusiaan?

Beban global dan pengelolaan kanker

Kanker telah lama menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia. Di Indonesia, penyakit ini berada pada posisi ketiga tertinggi sebagai penyebab kematian, setelah penyakit kardiovaskular dan stroke. Data Rencana Kanker Nasional 2024-2034 menunjukkan bahwa pada 2022, terdapat 408.661 kasus baru kanker dan 242.099 kematian, yang diakibatkan oleh penyakit ini. Angka ini tidak hanya mencerminkan tingginya beban penyakit, tetapi juga kompleksitas tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan kanker di tingkat nasional.

Sementara, laporan Global Cancer Observatory (Globocan), jika tidak ada perubahan strategi yang signifikan, beban kasus kanker di Indonesia diperkirakan meningkat hingga 63% pada 2040 karena berbagai faktor, seperti keterbatasan akses layanan kesehatan hingga rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pencegahan dan deteksi dini.

Masalah kanker di Indonesia bukan hanya masalah medis, akan tetapi juga masalah sistemik yang melibatkan dimensi sosial dan ekonomi, seperti beban finansial menjadi salah satu isu utama, terutama bagi keluarga berpenghasilan rendah yang harus menghadapi biaya pengobatan yang tinggi. Meski Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) membantu meringankan beban ini, laporan menunjukkan bahwa 79% pasien kanker yang menjadi peserta JKN masih mengalami kesulitan finansial.

Pilar penanggulangan kanker

Peluncuran Rencana Kanker Nasional 2024-2034 pada tahun lalu menjadi langkah penting dalam sejarah penanggulangan kanker di Indonesia. Dokumen ini dirancang untuk menyelaraskan strategi nasional dengan tujuan mengurangi insiden kanker, meningkatkan angka kesintasan pasien, dan memperbaiki kualitas hidup mereka yang terdampak. 

Ada enam strategi utama yang mencakup berbagai aspek. Pertama, strategi promotif dan preventif: meningkatkan kesadaran masyarakat melalui edukasi publik tentang faktor risiko kanker dan pentingnya pola hidup sehat. 

Kedua, strategi skrining dan deteksi dini: memperluas akses untuk skrining lima jenis kanker prioritas, termasuk kanker payudara dan leher rahim, dengan target cakupan 70% pada 2030. 

Ketiga, strategi peningkatan layanan, yakni mengintegrasikan layanan diagnosis, pengobatan, dan paliatif ke dalam sistem kesehatan yang inklusif dan berkualitas. 

Keempat, strategi penguatan registrasi dan penelitian kanker: mengembangkan registrasi kanker berbasis populasi untuk mendukung pengambilan keputusan berbasis data.

Kelima, strategi kemitraan: melibatkan sektor publik, swasta, dan komunitas untuk menciptakan ekosistem penanggulangan kanker yang kolaboratif. 

Dan keenam, strategi tatakelola: memastikan pelaksanaan program yang akuntabel melalui monitoring dan evaluasi berbasis data. Visi besar dari semua rencana ini adalah menciptakan sistem kesehatan yang responsif, mengurangi beban kanker, dan meningkatkan kualitas hidup pasien, serta keluarganya.

Tantangan implementasi rencana kanker nasional

Meskipun peluncuran Rencana Kanker Nasional ini merupakan langkah maju, implementasinya tidak akan lepas dari berbagai tantangan yang harus diatasi. Berikut adalah beberapa tantangan utama:
 
1. Keterbatasan infrastruktur. 

Sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum memiliki fasilitas lengkap untuk diagnosis dan pengobatan kanker. Data menunjukkan bahwa pada 2023, hanya 22 kabupaten/kota yang memiliki fasilitas radioterapi, sementara 169 kabupaten/kota baru memiliki layanan mammografi. Ketimpangan ini mencerminkan perlunya investasi besar-besaran dalam infrastruktur kesehatan. 

2. Ketimpangan akses. 

Pasien di daerah terpencil sering kali harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan layanan kesehatan berkualitas. Hal ini tidak hanya memperburuk kondisi mereka, tetapi juga menambah beban finansial yang mereka tanggung. 

3. Kendala finansial. 

Beban biaya pengobatan kanker masih menjadi masalah besar bagi banyak pasien. Meskipun JKN telah membantu, ada kebutuhan untuk memperluas cakupan dan meningkatkan efisiensi program ini agar lebih inklusif.

Peluang dan harapan baru

Di tengah berbagai tantangan ini, ada peluang besar yang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat transformasi penanggulangan kanker di Indonesia: Pemanfaatan Teknologi Kesehatan. Platform SATUSEHAT menjadi salah satu inisiatif penting dalam pengumpulan dan integrasi data kanker berbasis populasi. Dengan teknologi ini, pemantauan dan evaluasi program dapat dilakukan secara real-time, yang memungkinkan intervensi yang lebih cepat dan tepat sasaran.

Solidaritas global. Kolaborasi dengan organisasi internasional seperti WHO dan IARC membuka peluang untuk mendapatkan dukungan teknis, pendanaan, dan berbagi pengetahuan dalam penelitian kanker mutakhir.

Edukasi dan kesadaran. Kampanye edukasi yang masif dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan dan skrining dini. Kesadaran yang lebih tinggi tentang pentingnya gaya hidup sehat dan pemeriksaan rutin adalah langkah awal yang esensial untuk mengurangi beban kanker.

Dimensi sosial kanker

Kanker bukan hanya penyakit fisik, ia adalah isu sosial yang memengaruhi individu, keluarga, dan komunitas. Stigma sosial terhadap pasien kanker masih menjadi hambatan besar dalam mendorong mereka untuk mencari diagnosis dini. Selain itu, biaya pengobatan yang tinggi sering kali menyebabkan pasien mengalami toksisitas finansial, yang tidak hanya memengaruhi kualitas hidup mereka, tetapi juga keluarga mereka.

Pendekatan holistik yang melibatkan semua pemangku kepentingan menjadi kunci untuk mengatasi tantangan ini. Pemerintah perlu terus berinvestasi dalam sistem kesehatan yang inklusif dan berkelanjutan, sementara masyarakat perlu didorong untuk menjalani pola hidup sehat dan memanfaatkan layanan kesehatan yang tersedia.

Kanker bukan sekadar penyakit, melainkan cerminan dari tantangan mendasar dalam sistem kesehatan, keadilan sosial, dan solidaritas kemanusiaan. Melalui Rencana Kanker Nasional 2024-2034, Indonesia telah mengambil langkah berani untuk menjadikan kesehatan sebagai hak universal, bukan privilese. Namun, keberhasilan rencana ini tidak hanya bergantung pada kebijakan yang tertulis, tetapi juga pada implementasi nyata yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Penanggulangan kanker adalah panggilan untuk bertindak menyatukan komitmen lintas sektor, mengatasi ketimpangan akses, dan menciptakan sistem kesehatan yang benar-benar inklusif. 

Dengan kerja keras, inovasi, dan semangat gotong royong, kita dapat mengubah kanker dari ancaman mematikan menjadi tantangan yang dapat diatasi. Solusi penanggulangan kanker bukan hanya kesehatan, akan tetapi juga penegasan kembali nilai-nilai kemanusiaan berupa keberanian, solidaritas, dan harapan untuk diwujudkan agar masa depan penyakit kanker bisa diatasi secara komprehensif.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat