Kabinet Gendut Pemerintah Bisa Terseok di Periode Pertama
KABINET pemerintahan Prabowo-Gibran yang diprediksi berjumlah banyak merupakan dampak dan konsekuensi koalisi besar yang dipilih sejak awal. Pakar politik UMY Ridho Al Hamdi mengatakan jumlah tersebut juga berkemungkinan akan membuat pemerintah terseok-seok untuk mencapai target pada periode pertama.
"Ini dampak dari koalisi besar jadi harus ada risiko dari presiden terpilih untuk mengakomodir bukan hanya dari parpol tapi dari tim sekoci yang kecil untuk mendapatkan posisi. Jadi perlu disiapkan ruang itu," ujarnya, Selasa (10/9).
Pada setahun ke depan efektivitas pemerintahan yang baru juga kemungkinan akan lambat sebab masih terdampak dari pemerintahan Presiden Joko Widodo seperti pembangunan IKN.
Baca juga : Surya Paloh Tak Permasalahkan Soal Jatah Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran
"Setahun ke depan masih dampak pemerintahan Jokowi karena anggaran negara semakin menurun dampak dari banyak hal IKN, belum makan siang gratis dan jumlah kementerian membengkak maka akan berdampak pada daya belanja pemerintah. Bisa jadi di periode pertama tidak begitu efektif karena anggaran itu harus didistribusikan ke banyak kementerian dan itu harus diterima konsekuensinya pada tahap berikutnya," paparnya.
Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin meyakini jumlah kabinet bertambah setelah dilakukan revisi UU tentang Kementerian Negara.
"Mungkin saja bertambah jumlah dan komposisinya karena kita tahu saat ini, katakanlah dari partai yang lolos di Senayan 7 berkoalisi ditambah lagi partai yang non-parlemen mengusung Prabowo Gibran. Dan kemungkinan di awal ini PDIP di luar pemerintahan," terangnya.
Baca juga : Isu Reshuffle di IKN, Istana : Jabatan Kosong di Kabinet Diisi Pelaksana Tugas atau Pejabat Definitif
Dari koalisi gendut tersebut maka pasti terjadi pembagian kekuasaan. Dalam politik hal tersebut biasa terjadi dan kemungkinan 37-40 kementerian yang akan dibentuk oleh Prabowo-Gibran.
"Senang atau tidak senang karena power sharing karena koalisi tentu harus diberi atau diganjar kursi menteri. Dalam politik itu hal biasa mendapatkan jatah menteri. Itu umum karena koalisinya besar dan gemuk kemungkinan besar jumlah menterinya akan bertambah. Itu adalah hak prerogatif presiden bisa saja komposisi pemerintahan bertambah," ungkapnya.
Namun di sisi lain sambung Ujang, pemerintah juga harus mengakomodasi dari kalangan profesional dan ahli untuk bisa masuk ke kabinet Prabowo Gibran. Hal tersebut dibutuhkan di tengah semakin kompleksitasnya kebutuhan dalam pembangunan.
"Kemungkinan besar saya lihat bisa bertambah gendut kabinet itu. Sesuai kebutuhan Prabowo saja ke depan," tukasnya. (Sru/M-4)
Terkini Lainnya
Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Tidak Menganaktirikan PTS
Ruang Sempit Pemerintahan Prabowo
Pembangunan Manusia dan Makan Bergizi Anak Sekolah
Prospek Ekonomi Keuangan Syariah di Era Prabowo Subianto
MPR akan Terbitkan Ketetapan Khusus Pelantikan Prabowo-Gibran
MPR Sepakati Pelantikan Prabowo-Gibran Melalui Ketetapan MPR
Jokowi : Pembentukan Zaken Kabinet Mempercepat Adaptasi
Tidak Prioritaskan Kader Jadi Menteri, Pengamat: NasDem Jaga Etika
Cak Imin Serahkan Porsi Jatah Menteri ke Prabowo
Kabinet Gemuk Prabowo-Gibran untuk Melanjutkan yang Sudah Dilakukan Jokowi
Cak Imin Tegaskan PKB Enggan Ikut Campur Penyusunan Kabinet
Tidak Maslah Kabinet Gemuk, Asal Diisi Orang Terbaik dan Profesional
Kurikulum Sekolah Damai
79 Tahun TNI, Transisi Kepemimpinan dan Tekad untuk Indonesia Emas
Pertautan Muslim Indonesia dan Tiongkok Menyambut 75 Tahun Hubungan Diplomatik Dua Bangsa
Pemerintahan Baru dan Reformasi Pemilu
Pembangunan Manusia dan Makan Bergizi Anak Sekolah
Menunggu Perang Besar Hizbullah-Israel
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap