50 Tahun Berlalu, Mengapa Manusia Belum Ada yang Kembali ke Bulan
SETELAH misi pendaratan terakhir di Bulan pada 1972, hingga kini para astronaut belum kembali lagi ke sana.
Seorang astronot mengungkap alasan mengapa misi ini belum dilanjutkan meski sudah berlalu 50 tahun.
Pada tahun 1969, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin mencatat sejarah sebagai manusia pertama yang menjejakkan kaki di Bulan.
Ekspedisi ini diikuti oleh lima pendaratan berawak lainnya, dengan misi Apollo 17 pada Desember 1972 sebagai pendaratan terakhir yang memecahkan banyak rekor, termasuk perjalanan luar angkasa terpanjang.
Namun, sejak itu, tak satu pun manusia kembali ke Bulan.
Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan. Apalagi, kini kita menyaksikan banyak astronot melakukan perjalanan rutin ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Ada pula astronaut yang menghadapi risiko besar dalam misi mereka, namun tetap tidak ada misi baru ke Bulan.
Menurut laporan Uniladtech, mantan Administrator NASA Jim Bridenstine menjelaskan bahwa alasan utama bukan karena keterbatasan sains atau teknologi, melainkan karena masalah politik dan anggaran.
"Jika bukan karena risiko politik, kita sudah berada di Bulan sekarang. Risiko politik inilah yang menghalangi. Program ini terlalu lama dan memakan biaya besar," jelasnya.
Seperti biasa, kombinasi politik dan ekonomi mempengaruhi eksplorasi luar angkasa. Anggaran NASA pada 2023 adalah $25,4 miliar, dan pemerintahan Presiden Biden meminta peningkatan menjadi $27,2 miliar untuk 2024.
Namun, dana tersebut harus dibagi untuk semua proyek ambisius NASA. Sebagai perbandingan, anggaran pertahanan AS untuk 2023 adalah sekitar $858 miliar.
Sebagai lembaga pemerintah, NASA sering kali bergantung pada persetujuan Kongres untuk anggarannya. Proses persetujuan yang lambat ini bisa memperlambat kemajuan proyek-proyek luar angkasa.
Astronaut Apollo 7, Walter Cunningham, pernah menyampaikan kesulitan NASA dalam mendapatkan lebih banyak dana dari pemerintah untuk mengirimkan manusia kembali ke Bulan.
"Eksplorasi berawak adalah misi luar angkasa paling mahal dan, akibatnya, paling sulit mendapatkan dukungan politik. Anggaran NASA terlalu kecil untuk melaksanakan semua misi yang kita impikan,” katanya.
Lebih dari itu, janji peningkatan anggaran oleh seorang presiden tidak selalu terwujud, karena prioritas bisa berubah seiring pergantian pemimpin.
Ironisnya, kemajuan eksplorasi ruang angkasa lebih sering terhambat oleh regulasi, anggaran, dan birokrasi pemerintah, bukan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi. (Z-10)
Terkini Lainnya
Intip Keseruan Perayaan Natal di Luar Angkasa ala Astronaut NASA
Astronaut ISS Rayakan Natal di Luar Angkasa dengan Dekorasi dan Pesan Hangat
SpaceX Kehilangan Komunikasi dengan Astronaut Swasta Sebelum Spacewalk Bersejarah
NASA Kembali Menunda Peluncuran Misi ke Venus, Eksplorasi Terancam Tertunda
Kru Shenzhou 18 Kembali Ke Bumi Usai Selesaikan Misi Lebih dari Enam Bulan di Tiangong
Artemis: Langkah Besar Menuju Eksplorasi Berkelanjutan di Bulan dan Mars
Tiongkok Siapkan Misi Chang’e 7 dengan Bendera Berkibar di Bulan
Ini Nasib Pengibaran Bendera Apollo 11 di Bulan
Penelitian Menunjukkan Permukiman di Bulan Lebih Mungkin daripada Mars
Suhu Ekstrem di Permukaan Bulan: Fluktuasi Panas dan Dingin Pengaruhi Eksplorasi
Doa Awal Bulan yang Dibaca Nabi dan Sahabat
Takdir Mahmoud Abbas Pascaperang Gaza
Menyimak Pidato Megawati
BRICS+: Kecakapan Kebijakan Energi Indonesia
PLTN di Tengah Dinamika Politik dan Korupsi, Siapkah Indonesia Maju?
Setelah 30 Kali Ditolak MK
Dokter Buruh
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap