Letupan Nada dalam Kanvas
GURATAN itu terkadang terpotong dan sering kali pula berputar. Garis bekas tangan berputar, menegas, dan menjalur di atas kanvas. Sering kali garis berpisah tegas dengan garis lain, tapi tak jarang terjadi gurat yang saling berpotong dan berkelindan. Inspirasi bisa datang dari mana saja, tak terkecuali dari musik. Irama, lirik, dan nada bisa berubah menjadi energi pendorong lahirnya karya. Setidaknya itulah yang terjadi pada Ardiandra Achmadi Semesta, 25, yang akrab dengan nama Andra Semesta. Dalam tema Peleburan rupa, nada, dan kata, Andra memamerkan kurang lebih 20 karya. Lukisan yang dipamerkan kebanyakan lahir dari hasil bersentuhan dengan musik. Pameran tunggal lukisan karya pemilik nama lengkap Ardiandra Achmadi Semesta dihelat 29 Maret-11 April 2016 di Galeri Cemara, Jakarta. Pameran itu menjadi pameran tunggal kedua Andra Semesta. Tahun lalu, Andra sempat berpamer tunggal dalam bertema Visualisasi musik Andra Semesta; Mandala (featuring Aidil Usman). Kala itu pameran dihelat di Taman Ismail Marzuki Jakarta selama seminggu
pada Mei 2015.
Penghayatan terhadap musik menjadi energi bagi Andra Semesta dalam melukis. Beberapa karyanya memang terlahir dari hasil tangkapannya. Misalnya, karya berjudul Iwan Fals belum Ada Judul (2015). Lukisan terpampang dalam kanvas berbentuk bulat berdiameter 50 cm. Ada banyak serabut seperti bekas tarikan jemari tangan. Serabut itu juga meninggalkan jejak warna. Sering kali warna tak utuh ditempa warna yang lain. Warna-warna itu saling bertepuk dengan yang lain. Menurut Andra, lagu Belum Ada Judul mempunyai komposisi kata yang dahsyat. Lirik dalam lagu penuh penjiwaan sekaligus mampu bercerita tentang kehidupan masyarakat Indonesia. Baginya, ini menimbulkan suatu visi semangat juang membara yang harus diukirkan di atas kanvas. “Belum Ada Judul merupakan lagu Iwan Fals favorit saya. Warna pekat melankolisnya tak pernah gagal ‘menampar’ pikiran saya,” terang Andra. Selain lagu Iwan Fals, masih ada beberapa lagu lain yang mendorong tangan Andra menari di atas kanvas, seperti lukisan berjudul Joanna Newsom’s Divers (2015), Kanye West’s The Life of Pablo (2016), dan Bob Dylan’s Blood On The Tracks (2015).
Ada pula grup band yang menjadi pemicu karya Andra, seperti The Beatles (2015), Death Grips (2015), dan Animal Collective (2015). Album pula penyanyi seperti karya Carly Rae Jepsen, Emotion (2015). Bagi Andra, album Emotion milik Carly Rae Jepsen mampu mewarnai hatinya dengan lantunan pop cerah yang sarat dengan pengaruh musik era 1980-an. Menurutnya, emosi dari kisah romansa di lirik Carly diekspresikan dalam melodi dan hentakan irama yang sangat pas mampu menuntun setiap mood lagu. “Emosi yang saya tangkap saat mendengarkan album tersebut saya tumpahkan ke kanvas, tentunya emosi-emosi saya juga banyak yang terikut ke dalamnya,” jelas pemuda yang sempat mengikuti Art Foundation Course 2010-2011 di United Kingdom. Tidak hanya berdasar satu lagu ataupun satu grup musik, Andra juga memberikan judul lukisannya dengan angka. Susunan bilangan itu bermakna tahun. Karya dengan judul ini lahir dari kompilasi lagu favorit Andra pada kurun tersebut. Seperti 2012 (2015), 2009 (2015), 2013 (2015), 2013 (2015), dan 2010 (2015).
Musik Andalas
Judul yang terakhir itu menandai tahun yang penting bagi Andra. Ia mulai melukis proyek music mandalas. Musik yang menghiasi 2010 pun cukup beragam. Andra menghias 2010 dengan musik yang cukup beragam. Dari lagu psikedelik yang cenderung kontemplatif, seperti Solitude is Bliss dari Tame Impala sampai hentakan-hentakan penuh emosi nan sensual dari lagu Sex Karma karya Of Montreal. “Itulah tahun ketika saya mulai melukis proyek music mandalas ini. Warna-warna yang membara pada tahun itu, tahun yang penuh energi kreativitas dan harapan yang meluap-luap, yang membanjir keluar saat mendengar kompilasi 10 lagu favorit dari tahun tersebut,” tegasnya. Bagaimanapun, dari rupa musik yang mengalir, Andra nyatanya mampu menangkapnya, lalu membingkainya dalam sebidang kanvas. Dalam catatan kuratorial, Eddy Soetriyono menyebut Andra juga dapat mendengar irama musik dan kumandang lirik tatkala dia melukiskan warna, garis, bentuk, serta
huruf-huruf ke atas kertas ataupun kanvasnya.“Andra Semesta ialah jenis perupa yang secara terang benderang bisa melihat warna dan garis serta bentuk ketika mendengar nada-nada musik, lengkap dengan liriknya sekaligus,” tulis Eddy dalam catatan kuratorial. (M-2)
Terkini Lainnya
Digitalisasi Pendidikan via Integrasi Platform
Upaya Mendekonstruksi Citra Perpustakaan
Pilkada dan Tanggung Jawab Moral Profesor
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
Transformasi BKKBN demi Kesejahteraan Rakyat Kita
Fokus Perundungan PPDS, Apa yang Terlewat?
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap