Terus Melaju Menggapai Mimpi
KALA itu usianya sudah tak lagi muda, tetapi Greysia Polii bisa membuktikan kemampuannya meraih medali emas pada ajang Olimpiade. Atlet bulu tangkis itu mengungkap medali emas merupakan mimpinya sejak kecil. Namun, ia harus menunggu 28 tahun untuk bisa menunaikan mimpinya tersebut.
Greysia meraih medali emas Olimpiade pada 2021, saat pesta olahraga terbesar dunia itu berlangsung di Tokyo, Jepang. Mungkin belum banyak orang tahu bahwa Greysia meraih medali saat usianya menginjak 33 tahun. Ia bahkan mendapat predikat peraih medali emas Olimpiade tertua untuk cabang olahraga bulu tangkis.
Saat berbicara dalam program Kick Andy episode Menembus Batas Menggapai Mimpi yang tayang di Metro TV pada Minggu (31/8), Greysia bercerita soal proses panjang untuk mencapai puncak tertinggi dalam karier bulu tangkis. Ia juga mengungkapkan sempat berpikir untuk pensiun dini sebagai atlet bulu tangkis pada 2012.
Baca juga : Keterbatasan Ekonomi bukan Hambatan untuk Sekolah Tinggi
“Harapan saya sejak kecil bisa berprestasi semuda mungkin. Kalau saya bisa berprestasi umur 17 tahun, sudah jadi juara Olimpiade, why not? Tapi seiring perjalanan waktu, di usia 33 tahun saya baru bisa jadi juara Olimpiade,” kata Greysia.
Selama 28 tahun menggenggam mimpi untuk bisa meraih medali emas Olimpiade bukan hal yang mudah. Perempuan yang karib disapa Greys itu sudah berulang kali merasakan jatuh-bangun dan manis-pahit perjalanan di dunia bulu tangkis. Selama bermain di nomor ganda putri, Greys kerap bergonta-ganti pasangan. Namun, ia tetap semangat dan konsisten.
Di Olimpiade Tokyo, Greysia berhasil merebut medali emas saat berpasangan dengan Apriyani Rahayu. Greysia/Apriyani hadir di Olimpiade Tokyo bak monster, deretan pasangan top dunia dikalahkan pada setiap babak. Puncaknya, Greysia/Apriyani berhasil menumbangkan ganda putri peringkat kedua dunia asal Tiongkok Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.
Baca juga : Berdayakan Perempuan Desa lewat Pertanian
“Jadi, memang perjalanan yang panjang (meraih puncak prestasi), bahkan saya sampai dinobatkan sebagai atlet bulu tangkis peraih medali emas tertua dan belum terpecahkan. Kadang-kadang kalau tertua, kayak 'wah, gila, kayak tua banget gue ya'. Tapi di balik semua itu ada yang namanya komitmen, ada sesuatu hal yang kayak 'wah, hebat ya',” ungkapnya.
Ngotot main meski tangan cedera
Baca juga : Mengemudikan Helikopter di Area Perhutanan
Olimpiade Tokyo bukan pertama yang diikuti Greysia. Perempuan kelahiran Jakarta itu pernah mengikuti tiga Olimpiade mulai London 2012, Rio 2016, hingga Tokyo 2020 (yang digelar pada 2021 akibat pandemi). Karena begitu besar ambisi Greysia untuk meraih medali emas di Olimpiade, dia pernah nekat turun bertanding meski dalam kondisi cedera tangan.
Kejadian itu berlangsung di Jepang Terbuka pada 2011, Greysia yang divonis menderita cedera ligamen tangan kanan seharusnya menjalani recovery selama enam bulan. Namun, karena kondisi saat itu Greysia sedang memperebutkan poin untuk bisa lolos Olimpiade, dia pun nekat bertanding.
“Saat dokter bilang saya harus istirahat bermain bulu tangkis selama enam bulan dan menjalani operasi, saya langsung bilang enggak mau dioperasi dan kekeh mau ikut Jepang Open. Saya maksa, dengan watak saya yang agak bebal pada saat itu, saya bilang mau main. Kalau sampai di Jepang saya enggak bisa main pakai tangan kanan, terpaksa pakai tangan kiri,” ucap Greysia.
Baca juga : Belajar Toleransi dari Ayah
Ia mengaku kondisi tangannya memang sudah parah dan harus naik meja operasi. Greys mencontohkan, ia tak mampu mengangkat mikrofon dengan tangannya karena terasa seperti hampir lumpuh.
Meski dalam kondisi cedera, Greysia yang saat itu berpasangan dengan Meiliana Jauhari berhasil melewati rintangan pertama pada Japan Open 2011 dengan mengalahkan pasangan asal Makau, Sao Chi Lei/Ka Lei Mak, dengan skor 21-8, 21-19. Namun, di babak selanjutnya perjalanan Greysia/Meiliana kandas karena Greysia dilarikan ke rumah sakit akibat cedera tangannya yang semakin parah.
“Babak pertama menang, tapi babak kedua udah enggak menang karena saya udah menyerah, sakitnya luar biasa, pakai painkiller sudah enggak bisa, dan saya harus kasih apresiasi buat partner pada saat itu, dia yang pontang-panting ngejar bola sana-sini,” ucap Greysia.
Kendati Greysia terhenti di babak kedua, hasil pertandingan itu cukup berpengaruh untuknya dapat merebut tiket Olimpiade London 2012. Itu kali pertama Greysia bermain di Olimpiade.
Kartu hitam dan pensiun
Debut di Olimpiade semestinya menjadi hal yang membahagiakan bagi semua atlet, tetapi London 2012 memberi pengalaman yang sangat menyakitkan bagi Greysia. Saat itu Greysia menerima kartu hitam dan didiskualifikasi dari Olimpiade. Ia dituduh ‘main sabun’ atau dituduh melakukan kecurangan pengaturan skor saat pertandingan melawan wakil Korea Selatan.
Greysia dengan tegas menyatakan tidak ada niat untuk melakukan kecurangan itu. Meski ia sudah berkeras bahwa itu merupakan sebuah tuduhan, apa daya, wasit tetap memberinya kartu hitam dan melarangnya untuk mengikuti kompetisi bulu tangkis baik dalam dan luar negeri selama sekitar dua tahun.
“Kejadiannya itu sebetulnya saya kena imbas dari pertandingan lain antara Tiongkok dan Korea Selatan. Jadi, ada sistem yang memang baru diubah BWF saat itu. Dibuat sistem grup-grup. Dari sistem itu memang ada celah kira-kira strategi apa yang cocok supaya bisa masuk semifinal,” tutur Greysia.
Ia menceritakan kejadian itu bermula saat Tian Qing/Zhao Yunlei (Tiongkok) secara mengejutkan kalah dari Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen (Denmark) pada sesi pertandingan pagi. Kekalahan itu membuat Tian/Zhao jadi runner-up Grup D. Di sesi sore, kemudian dipertandingkan duel Wang Xiaoli/Yu Yang (Tingkok) melawan Jung Kyung-eun/Kim Ha-na (Korea Selatan). Karena saat itu ada dugaan Tiongkok berambisi melangsungkan all Chinese final, Wang/Yu pun menghindari pertemuan antarwakil Tiongkok di babak sebelum final sehingga membuatnya bermain tidak sportif agar kalah dan menjadi runner-up Grup A.
Di atas kertas, Wang/Yu ialah ganda putri terbaik di dunia saat itu. Alhasil, juara Grup B alias pemenang duel Greysia/Meiliana vs Ha/Kim (Korea) akan bertemu Wang/Yu yang merupakan ganda terkuat di babak selanjutnya. Greysia saat itu mengaku tidak ada niat bermain tidak sportif untuk menghindari pertemuan dengan Wang/Yu. Namun, wasit secara sepihak melihat Greysia bermain tidak sportif dan berupaya untuk kalah.
“Ketika lagi 0-0 (baru mulai pertandingan), Korea lawan Indonesia, saya enggak tahu apa yang dipikirkan wakil Korea, dia servis, tapi servisnya itu out. Karena kejadian itu, BWF langsung masuk lapangan dan bilang, kalian kalau enggak bisa main, kalau tidak menunjukkan sportivitas, kita keluarin dan kasih kartu hitam. Saya protes, saya mau main, jangan pernah menilai saya seperti itu. Akhirnya kami bisa main, tetapi tetap dikasih kartu hitam,” ucap Greysia.
Menerima kartu hitam berarti Greysia harus absen di dunia bulu tangkis selama dua tahun. Saat itu dunianya dirasanya runtuh. Belum lagi Greys menerima banyak komentar negatif baik dari dalam maupun luar negeri. Tuduhan Greysia ‘cuci sabun’ pun ramai diperbincangkan media internasional.
“Walaupun saya yakin enggak salah, saya merasa sangat bersalah karena apa yang telah dilakukan dari usia 5 tahun sampai 25 tahun menjadi useless," ungkapnya.
Masa itu menjadi paling kelam bagi kariernya. Pun ia sempat trauma saat memegang raket. Beruntungnya Greysia memiliki ibunda yang selalu ada dan menolak keinginan Greysia yang hendak pensiun dari bulu tangkis.
Setelah menjalani hukuman, Greysia perlahan bangkit. Ia berupaya membuktikan diri masih mampu berprestasi. Kejuaraan Asian Games 2014, disebut Greysia, menjadi titik balik untuk kembali memiliki ambisi mengejar medali emas Olimpiade. Saat itu, Greysia yang berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari berhasil meraih medali emas di Asian Games.
Api semangat Greysia terus menyala hingga tujuh tahun kemudian atau tepatnya hingga Olimpiade Tokyo. Greysia yang sudah menjalani manis-pahit dunia bulu tangkis saat itu telah menjelma menjadi atlet yang matang. Kehadiran Greysia di Olimpiade Tokyo saat itu pun rasanya sudah bukan main-main, ia terlihat sangat siap memboyong medali emas. Dengan tenang ia pun memenangi satu demi satu pertandingan dan berhasil memboyong medali emas Olimpiade.
“Saya yakin banyak teman juga bisa menembus garis batas masing-masing. Garis batas itu macam-macam, ada pencapaian pribadi, baik itu dalam personal life, karier, atau studi. Jadi, saya ingin terus menyemangati kalian dan tidak menyerah untuk bisa menembus garis batas kalian masing-masing." (M-3)
Terkini Lainnya
Jatuh Bangun Membangun Bisnis di Usia Muda
Drama Kudeta di Kadin
Bule Sabang Merauke
Sosok Pahlawan Pangan Masa Kini
Keterbatasan Ekonomi bukan Hambatan untuk Sekolah Tinggi
Metro TV Gelar Prominent Awards 2024
Berdayakan Perempuan Desa lewat Pertanian
Pertautan Muslim Indonesia dan Tiongkok Menyambut 75 Tahun Hubungan Diplomatik Dua Bangsa
75 Tahun Tiongkok dan Ambisi Globalnya Langkah Strategis Indonesia
Menyiapkan Generasi Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Pembangunan Manusia dan Makan Bergizi Anak Sekolah
Menunggu Perang Besar Hizbullah-Israel
Rekonstruksi Penyuluhan Pertanian Masa Depan
1.000 Pelajar Selami Dunia Otomotif di GIIAS 2024
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap