Presiden Jokowi Stunting, Stroke, Jantung masih Jadi Masalah Kesehatan Nasional
Presiden Joko Widodo membeberkan berbagai permasalahan utama yang sedang dihadapi Indonesia di sektor kesehatan. Setidaknya terdapat beberapa pekerjaan rumah di bidang kesehatan yang harus segera dituntaskan bersama seperti stunting, masalah jantung, stroke serta kanker.
Terkait stunting, Jokowi mencatat telah terjadi penurunan angka selama hampir satu dekade dari 37,6% pada awal 2014 menjadi 21,5% pada akhir 2023 dan tahun ini ditargetkan menjadi 14%.
“Tapi saya hitung-hitung ternyata juga tidak mudah dalam kesempatan setahun ini kita bisa capai 14%. Tidak tahu jika dalam tahun ini bisa kita capai atau tidak karena ini pekerjaan yang harus terintegrasi,” tuturnya.
Baca juga : Ibu Hamil dengan Gangguan Jantung Berisiko Lahirkan Bayi Stunting
Lebih lanjut Jokowi memaparkan bahwa penyakit terbanyak yang juga menimpa masyarakat Indonesia adalah stroke. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 330 ribu orang yang mati per tahun akibat penyakit tersebut.
“Kemudian kematian akibat jantung sebanyak 300 ribu. Kematian akibat penyakit jantung di negara kita nomor 2 tertinggi dan yang letiga adalah kanker. Inilah pekerjaan kita. laboratorium, USG, IKG, untuk mengatasi sedini mungkin hal-hal yang tadi saya sampaikan tadi,” jelasnya.
Sementara itu, Jokowi juga menyoroti kurangnya tenaga medis khusus spesialis yang menjadi tantangan besar di masa depan dalam sektor kesehatan. Saat ini Indonesia menduduki peringkat 147 dengan jumlah dokter spesialis dunia.
Baca juga : Coba Empat Olahraga Ini Untuk Kesehatan Jantung
“Masalah terbesar kita adalah dokter yang kurang, khususnya dokter spesialis. Dan kita masih 0,47% dengan rincian peringkat 147 dunia. Ini yang akan kita kejar. Oleh sebab itu perlu langkah menengah dan signifikan di bidang kesehatan untuk memperkuat industri kesehatan dalam negeri,” ujarnya.
Lebih lanjut Jokowi memaparkan bahwa pelayanan sektor kesehatan Indonesia masih harus terus ditingkatkan baik dari segi penyediaan tenaga kesehatan, alat kesehatan hingga produksi farmasi.
“Saya sering bolak-balik sampaikan ada satu juta lebih warga negara kita Indonesia berobat ke luar negeri khususnya Amerika, karena itu kita kehilangan 11,5 miliar US Dollar, kenapa tidak mau berobat di dalam negeri pasti ada sebabnya, bahkan bahan produksi farmasi masih impor, 52% alat kesehatan juga impor. Kita harus berani memproduksi sendiri,” jelasnya. (Z-11)
Terkini Lainnya
Jokowi: Kesehatan Menjadi Fundamen, Peluang Indonesia Meraih Peluang untuk Menjadi Negara Maju
Penurunan PBI BPJS Kesehatan Harus Jadi Catatan Bagi Seluruh Pihak
Beri Akses Kesehatan Mancanegara, Lifepack Kerja Sama dengan MaNaDr Singapura
HES Ingin Layanan Kesehatan Inklusif yang Merata
6 Makanan Pilihan untuk Menangkal Ancaman Kanker Serviks
Dana CSR di Jawa Barat Capai Rp251 Miliar pada 2023
Kolaborasi Cegah Stunting Bantu Siswa Raih Prestasi
Pemangku Kepentingan Diminta Manfaatkan Dana CSR untuk Atasi Stunting
Tekan Stunting Kalsel Galakkan Program Bapak-Bunda Asuh Anak Stunting
Bantu Pemerintah Turunkan Stunting, Kemenag Optimalkan Peran Penyuluh Agama dan Penghulu
Mengenal Penyakit Parkinson: Harapan dan Tatalaksana di Masa Depan
Pilpres 2024 Selesai, Semoga tidak Seperti Firaun
Kota (dalam) Plastik
Kartini dan Emansipasi bagi PRT
Menakar Kebutuhan Pendanaan untuk Pilpres 2024 Putaran Kedua
Arus Balik, Urbanisasi, dan Nasib Penduduk Perdesaan
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Gerakan Green Movement Sabuk Hijau Nusantara Tanam 10 Ribu Pohon di IKN
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap