visitaaponce.com

Untung Ada Mudik

BANGSA kita amat beruntung karena punya kekayaan tradisi. Dengan beragam tradisi itu, kita punya modal sosial penting untuk terus merajut persatuan dalam keragaman. Rupa-rupa tradisi itu nyatanya sanggup menguatkan kohesi sosial di antara banyak perbedaan.

Tradisi mudik salah satunya. 'Ritual' pulang kampung itu mampu mewujudkan silaturahim akbar antaranak bangsa. Saat mudik, kesabaran dan empati tumbuh. Orang tidak marah kendati harus berjam-jam menanti roda transportasi bisa berjalan karena macet.

Bahkan, bila ada yang tertimpa kemalangan di jalan, tidak segan-segan antara satu dan lainnya saling membantu. Itulah solidaritas sosial tanpa dianjurkan, apalagi diinstruksikan atau dipaksa. Semua berjalan secara sukarela.

Mudik juga tidak sekadar memupuk modal sosial penting. Di luar itu, mudik juga mampu mewujudkan modal kebangkitan ekonomi. Walau berlangsung singkat, sekitar dua minggu, mudik mampu membuat perekonomian bergeliat sekaligus terdistribusi secara merata.

Tingginya jumlah pemudik diyakini sanggup membawa daya ungkit ekonomi yang tidak kecil. Pada 2024 ini, pergerakan masyarakat diproyeksikan melonjak signifikan pada momen Ramadan dan Lebaran. Berdasarkan survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan menunjukkan pergerakan mudik masyarakat secara nasional berpotensi mencapai 71,7% dari jumlah penduduk atau sebanyak 193,6 juta orang.

Jumlah itu meningkat jika dibandingkan dengan jumlah survei mudik Lebaran 2023 yang sebesar 123,8 juta orang, dan Lebaran 2022 sebanyak 85,5 juta orang. Peningkatan pergerakan tersebut akan berimbas pada tingginya potennsi perputaran uang. Dengan asumsi jumlah per keluarga ialah empat orang, akan ada setidaknya 48,4 juta keluarga yang mudik. Jika diasumsikan setiap keluarga membawa uang rata-rata Rp3.250.000, perputaran uang selama Ramadan dan Idul Fitri 1445 Hijriah ini diperkirakan mencapai Rp157,3 triliun.

Jumlah tersebut masih berpotensi naik karena perkalian yang saya pakai merupakan angka minimal atau moderat. Perputaran uang tersebut akan menyebar di berbagai sektor usaha seperti retail, fashion, makanan dan minuman, BBM, transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara.

Perputaran uang saat Lebaran juga memberikan efek pada sektor pariwisata, seperti hotel, motel, vila, restoran, kafe, minimarket, aneka warung/toko, destinasi wisata/taman hiburan, UKM makanan khas daerah, dan aneka produk unggulan lainnya. Karena itu, bisa dibayangkan betapa berkahnya mobilitas mudik. Inilah pergerakan ekonomi tanpa diorkestrasi.

Perputaran uang selama mudik juga akan menyebar di seluruh pelosok Tanah Air, terutama daerah yang menjadi tujuan utama mudik, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, dan Jabodetabek. Secara akumulatif, populasi daerah-daerah tersebut diperkirakan mencapai 62% dari total jumlah penduduk Indonesia. Sisanya akan menyebar di Sumatra, Kalimantan, Bali/NTB, Sulawesi, NTT, Maluku dan Papua.

Dengan perputaran uang yang cukup besar tersebut, perekonomian daerah dan konsumsi rumah tangga juga akan terdorong naik. Di sisi lain, perputaran uang di momen libur dan mudik Lebaran juga signifikan untuk mengerek pertumbuhan ekonomi nasional kuartal I 2024. Hal itu akan menjadi modal awal untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 2024, yakni bertahan di angka 5%.

Jumlah perputaran uang Rp157 triliun lebih selama Lebaran itu bisa menyumbang sepersepuluh nilai pertumbuhan ekonomi kita. Itu artinya, 0,5% dari total pertumbuhan 5% disumbang perputaran uang selama mudik Lebaran. Itu baru dari belanja uang langsung selama mudik.

Bila dihitung, efek turunan yang muncul setelah pemudik membelanjakan uang mereka ialah tumbuhnya sejumlah usaha baru. Dalam kurun singkat, multiplier effect ekonomi tercipta. Pemerataan pendapatan juga terwujud kendati cuma berlangsung singkat.

Karena itu, kita semua kiranya patut bersyukur bahwa di tengah ekonomi yang cenderung melemah, daya beli yang tergerus harga pangan, mudik menyalakan harapan sebaliknya, yakni geliat ekonomi. Lebaran dengan tradisi mudiknya memberikan pelajaran penting bahwa modal sosial ternyata jauh lebih diperlukan untuk melawan segala kemustahilan. Dengan modal sosial yang besar, tidak ada yang tidak bisa diwujudkan. Untung ada mudik.



Terkini Lainnya

Tautan Sahabat